Sementara itu, pengamat kesehatan dr Umar Zein SpPD KPTI mengatakan,peningkatan jumlah penderita ISPA di bulan ini bisa lebih tinggi melihat kasus yang terjadi baru-baru ini. “Pengalaman pribadi, di tempat praktek peningkatan kasus gak banyak karena abang batasnya belum level atas. Tapi tetap ini bisa mempengaruhi kesehatan dan harus dihindari. Pengaruhnya mulai dari hidung, trakea, dan paru-paru,” katanya. Untuk mencegahnya, ujar dokter yang juga konsultan penyakit tropik dan infeksi ini, masyarakat harus menggunakan masker, khususnya bagi anak-anak. “Tapi anak-anak ini yang susah bila disuruh pakai masker, padahal polusi udara itu sangat rentan pada anak-anak. Dinkes bisa melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan. Tetapi sekarang polusinya belum mengkhawatirkan,” katanya.
Asap Bertahan di KNIA
Kabut asap masih bertahan di Bandara KNIA dan sekitarnya. Hingga Selasa (6/10) pukul 18.30 WIB kondisi udara kategori berbahaya. Hal itu diungkapkan Desi, Staf Forecester (prakirawan) BMKG Bandara KNIA. Menurutnya jarak pandang berkisar 1100 meter dengan arah mata angin dari utara ke selatan dengan kecepatan 3-5 knot atau sekitar 6-12 Km per jam
“Jumlah titik panas (hot spot) di Sumatera berjumlah 453 dengan penyebaran di Bengkulu 5 titik panas, Jambi 12 titik panas, Bangka Belitung 12 titik panas, Lampung 58 dan Sumatera Selatan 366 titik panas. Diperkirakan cuaca berpeluang hujan dari malam hari hingga pagi,” sebutnya. Meskipun kabut asap masih pekat namun penerbangan di bandara berkelas internasional itu termasuk lancar. Duty Manager Bandara KNIA Baiquni kepada kru koran ini menjelaskan hanya satu penerbangan keberngkatan yang dibatalkan yakni Wings Air IW 1260 tujuan Gunung Sitoli, Nias dengan jadwal pukul 14.00 WIB. (win/cr-2/man/deo)
Sementara itu, pengamat kesehatan dr Umar Zein SpPD KPTI mengatakan,peningkatan jumlah penderita ISPA di bulan ini bisa lebih tinggi melihat kasus yang terjadi baru-baru ini. “Pengalaman pribadi, di tempat praktek peningkatan kasus gak banyak karena abang batasnya belum level atas. Tapi tetap ini bisa mempengaruhi kesehatan dan harus dihindari. Pengaruhnya mulai dari hidung, trakea, dan paru-paru,” katanya. Untuk mencegahnya, ujar dokter yang juga konsultan penyakit tropik dan infeksi ini, masyarakat harus menggunakan masker, khususnya bagi anak-anak. “Tapi anak-anak ini yang susah bila disuruh pakai masker, padahal polusi udara itu sangat rentan pada anak-anak. Dinkes bisa melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan. Tetapi sekarang polusinya belum mengkhawatirkan,” katanya.
Asap Bertahan di KNIA
Kabut asap masih bertahan di Bandara KNIA dan sekitarnya. Hingga Selasa (6/10) pukul 18.30 WIB kondisi udara kategori berbahaya. Hal itu diungkapkan Desi, Staf Forecester (prakirawan) BMKG Bandara KNIA. Menurutnya jarak pandang berkisar 1100 meter dengan arah mata angin dari utara ke selatan dengan kecepatan 3-5 knot atau sekitar 6-12 Km per jam
“Jumlah titik panas (hot spot) di Sumatera berjumlah 453 dengan penyebaran di Bengkulu 5 titik panas, Jambi 12 titik panas, Bangka Belitung 12 titik panas, Lampung 58 dan Sumatera Selatan 366 titik panas. Diperkirakan cuaca berpeluang hujan dari malam hari hingga pagi,” sebutnya. Meskipun kabut asap masih pekat namun penerbangan di bandara berkelas internasional itu termasuk lancar. Duty Manager Bandara KNIA Baiquni kepada kru koran ini menjelaskan hanya satu penerbangan keberngkatan yang dibatalkan yakni Wings Air IW 1260 tujuan Gunung Sitoli, Nias dengan jadwal pukul 14.00 WIB. (win/cr-2/man/deo)