26.7 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Pesan Negatif di Medsos Pengaruhi Emosi Lebih Kuat

Media sosial-Ilustrasi. Hati-hati berkomentar di media sosial. Jika menyebarkan kebencian, Anda bisa dijerat hukum.
Media sosial-Ilustrasi. Hati-hati berkomentar di media sosial. 

PENELITI Status Media Sosial dari UI Roby Muhamad, mengatakan, medsos ibarat snack. Sedikit, renyah, dan menyenangkan.

Konten emosi lebih kuat bila dibandingkan dengan media mainstream yang lebih faktual dan rasional.

Ternyata pengaruh status dengan muatan negatif lebih kuat jika dibandingkan dengan status positif.

Kondisi tersebut diungkapkan Roby Muhamad saat ditemui Jawa Pos (grup Sumut Pos) sebelum tampil sebagai pembicara big data and disruptive technologies pada Australia-Indonesia Science Symposium di The Shine Dome, Canberra, beberapa waktu lalu.

’’Emosi manusia bisa menular hanya melalui membaca status. Tak lagi membutuhkan tatap muka,’’ katanya.

Status dengan emosi negatif akan berdampak bagi pembaca. Yakni, terdorong membuat status yang negatif pula. Demikian pula sebaliknya pada status positif.

Selain emosi, status positif bisa memengaruhi kondisi fisik seseorang.

Pesan positif, antara lain, kutipan yang menyenangkan, motivasi, serta cerita inspiratif.

Dia memberikan contoh tentang pertemanan di Facebook. ’’Pada kelompok orang yang menerima banyak permintaan pertemanan, terjadi penurunan angka kematian,’’ ungkapnya.

Kelompok orang yang mengajukan banyak pertemanan tidak memengaruhi angka kematian. Kondisi itu berkaitan dengan tingkat kebahagiaan dan emosi.

’’Tapi, pesan negatif justru diingat lebih lama. Hal ini berkaitan dengan sifat dasar manusia yang menganggap sesuatu yang negatif sebagai sinyal bahaya,’’ jelas sosiolog 41 tahun tersebut.

Media sosial-Ilustrasi. Hati-hati berkomentar di media sosial. Jika menyebarkan kebencian, Anda bisa dijerat hukum.
Media sosial-Ilustrasi. Hati-hati berkomentar di media sosial. 

PENELITI Status Media Sosial dari UI Roby Muhamad, mengatakan, medsos ibarat snack. Sedikit, renyah, dan menyenangkan.

Konten emosi lebih kuat bila dibandingkan dengan media mainstream yang lebih faktual dan rasional.

Ternyata pengaruh status dengan muatan negatif lebih kuat jika dibandingkan dengan status positif.

Kondisi tersebut diungkapkan Roby Muhamad saat ditemui Jawa Pos (grup Sumut Pos) sebelum tampil sebagai pembicara big data and disruptive technologies pada Australia-Indonesia Science Symposium di The Shine Dome, Canberra, beberapa waktu lalu.

’’Emosi manusia bisa menular hanya melalui membaca status. Tak lagi membutuhkan tatap muka,’’ katanya.

Status dengan emosi negatif akan berdampak bagi pembaca. Yakni, terdorong membuat status yang negatif pula. Demikian pula sebaliknya pada status positif.

Selain emosi, status positif bisa memengaruhi kondisi fisik seseorang.

Pesan positif, antara lain, kutipan yang menyenangkan, motivasi, serta cerita inspiratif.

Dia memberikan contoh tentang pertemanan di Facebook. ’’Pada kelompok orang yang menerima banyak permintaan pertemanan, terjadi penurunan angka kematian,’’ ungkapnya.

Kelompok orang yang mengajukan banyak pertemanan tidak memengaruhi angka kematian. Kondisi itu berkaitan dengan tingkat kebahagiaan dan emosi.

’’Tapi, pesan negatif justru diingat lebih lama. Hal ini berkaitan dengan sifat dasar manusia yang menganggap sesuatu yang negatif sebagai sinyal bahaya,’’ jelas sosiolog 41 tahun tersebut.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/