26.7 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Golfrid Tewas, Ditemukan Luka Parah di Flyover Jalan Jamin Ginting, Walhi Sumut Curiga Dibunuh

Foto Golfrid Siregar, aktivis Walhi semasa hidup.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sempat diduga korban kecelakaan lalu lintas, polisi menyelidiki ulang kasus kematian aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara, Golfrid Siregar (30), yang meninggal dunia akibat luka serius di bagian kepala, Minggu (6/10).

Golfrid meninggal di RSUP Adam Malik setelah sempat dirawat intensif selama 3 hari. Walhi Sumut menyatakan curiga aktivisnya dibunuh, karena sejumlah kejanggalan. Informasi dihimpun di lapangan, pada Rabu (2/10) sore sekitar pukul 17.00 Wib, Golfrid pamit kepada istrinya akan mengirimkan barang ke agen ekspedisi dan bertemu seseorang di kawasan Marendal, Medan. Namun, setelah itu ponsel Golfrid tak bisa lagi dihubungi oleh istrinya.

Delapan jam kemudian, yakni Kamis (3/10) dinihari pukul 01.00 WIB, Golfrid ditemukan terkapar di flyover Simpang Pos, Jalan Jamin Ginting, Medan. Golfrid ditemukan oleh seorang tukang becak dalam kondisi tak sadarkan diri.

Oleh si tukang becak, Golfrid dibawa ke RS Mitra Sejati. Namun karena korban tidak memiliki identitas, RS Mitra sejati menolak. Dia lalu dirujuk ke RSUP Adam Malik karena kepalanya mengalami luka serius dan harus segera dioperasi.

“Golfrid Siregar mengalami luka serius di bagian kepala yang menyebabkan tempurung kepala hancur,” ucap Roy Lumban Gaol, aktivis Walhi Sumut dalam keterangan tertulisnya, Senin (7/10).

Setelah tiga hari mendapatkan perawatan intensif di RSU, Golfrid meninggal dunia pada Minggu (6/10).

Awalnya, kata Roy, kepolisian menyatakan Golfrid sebagai korban kecelakaan lalu lintas. Namun Walhi menduga rekan mereka adalah korban tindak kekerasan dan percobaan pembunuhan. Pasalnya, ada sejumlah kejanggalan ditemukan dalam kematiannya.

“Walhi Sumut melihat ada indikasi korban menjadi korban kekerasan dan percobaan pembunuhan karena aktivitas politik korban selama ini sebagai pembela hak asasi manusia, khususnya untuk isu lingkungan melalui Walhi Sumatera Utara,” ucap Roy.

Menurut Roy, Walhi Sumut menemukan kepala korban mengalami luka serius seperti dipukul keras dengan senjata tumpul. “Selain bagian kepala, bagian tubuhnya tidak mengalami luka yang berarti layaknya orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas,” tutur Roy.

Sementara itu barang-barang korban seperti tas, laptop, dompet, dan cincin ikut raib. “Sementara sepeda motornya hanya mengalami kerusakan kecil saja,” lanjutnya.

Untuk itu, Walhi Sumut mendesak Polda Sumatera Utara untuk mengusut tuntas apa yang dialami Golfrid. Menurutnya itu untuk memberikan rasa aman bagi para pegiat HAM serta masyarakat pada umumnya di Sumatera Utara. “Sangat penting pengungkapan kasus ini transparan dan akuntabel,” ucap Roy.

Direktur Walhi Sumut, Dana Prima Tarigan, juga menyatakan Golfrid terindikasi menjadi korban kekerasan oleh oknum dengan motif tertentu.

“Kita dapat kabar Jumat jam 11.00 WIB. Kita dikabari teman-teman bahwa dia sudah berada di rumah sakit. Kita tahunya sudah di RS Adam Malik dalam kondisi kritis,” kata Direktur Walhi Sumut, Dana Tarigan, Senin (7/10).

Menurut pihak RS, Golfrid mengalami luka serius di bagian kepala seperti bekas pukulan benda tumpul. Bagian di sekitar salah satu matanya lebam. Selain bagian kepala, bagian tubuh lainnya tidak mengalami luka seperti layaknya korban kecelakaan lalu lintas. Tidak hanya itu, pakaian yang dikenakannya juga tidak mengalami robek.

“Kan lukanya itu kasat mata, tidak mungkin kecelakaan. Karena badan tidak ada lecet dan kepala seperti kena pukul benda tumpul, hancur tempurung kepala dan itu yang dioperasi. Habis itu dia kritis sampai akhirnya dia meninggal dunia,” lanjut Dana.

Sepeda motor Golfrid pun hanya mengalami kerusakan kecil. Sementara barang-barang miliknya, hilang. Di pakaiannya juga ditemukan jejak tanah, sedangkan di Flyover Simpang Pos tidak ada tanah sama sekali. Bercak darah pun tidak ada di lokasi penemuan.

Berdasarkan fakta tersebut, Walhi Sumut menduga Golfrid telah menjadi korban kekerasan atau pembunuhan. Dugaan sementara, karena aktivitas politik dan advokasinya. Korban selama ini aktif sebagai pembela hak asasi manusia khususnya pada isu lingkungan, melalui Walhi Sumut. “Golfrid jadi kuasa hukum Walhi sejak 2016 dan sampai hari ini dia masih kuasa hukum Walhi terkait kasus yang ditangani Walhi,” ungkap Dana.

Untuk itu, lanjutnya, Walhi Sumut mendesak pihak kepolisian segera mengusut tuntas penyebab kejadian yang menimpa Golfrid. “Jika polisi serius, maka tidak akan sulit untuk mengungkapnya. Hal ini mengingat kejanggalan yang secara kasat mata terlihat, dari luka-luka yang dialami almarhum,” demikian.

Direktur Eksekutif Walhi Nasional, Nur Hidayati, ikut mendesak Polda Sumatera Utara untuk segera melakukan penyelidikan secara serius. Mengungkap penyebab pasti kematian Golfrid Siregar. “Sehingga memberikan rasa keadilan bagi almarhum dan tidak meninggalkan tanda tanya bagi keluarga yang ditinggalkan,” katanya.

Pihaknya juga meminta bantuan Komnas HAM untuk memantau secara intensif kerja pihak kepolisian. “Memastikan independensi dan imparsialitas kepolisian dalam proses penyelidikan tersebut,” ucap perempuan yang akrab disapa Yaya itu.

Selain itu, Yaya meminta negara untuk segera mengeluarkan kebijakan terkait perlindungan terhadap aktivis lingkungan hidup dan HAM. Mengingat, dalam kerja para aktivis yang menegakkan keadilan ekologis. Tidak memungkiri sangat rentan bersinggungan dengan kepentingan oknum maupun kelompok yang berkuasa.

Informasi terkini, jenazah Golfrid sudah dibawa ke kampung halamannya di Tiga Dolok, Dolok Panribuan, Simalungun. Rencananya akan dimakamkan hari Selasa 8 Oktober 2019.

Polisi Olah CCTV

Terkait dugaan penganiayaan terhadap Golfrid Siregar, Polda Sumut mengatakan telah menerima laporan dari keluarga korban.

“Laporan dari keluarga korban sudah kami terima. Namun saat ini kami masih koordinasi dulu dengan keluarga untuk proses autopsi,” ujar Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja, Senin (7/10).

Tatan masih belum mengungkap penyebab pasti kematian korban. Dia menjelaskan hal tersebut masih dalam tahap penyelidikan. “Anggota di lapangan masih olah TKP di lokasi pertama kali korban ditemukan sebelum dibawa ke rumah sakit,” katanya.

Senada, Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Asep Adi Saputra di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (7/10), mengatakan, pihak kepolisian masih melakukan pemeriksaan di TKP. “Polisi berupaya minta izin ke keluarga untuk autopsi,” ujarnya.

Menurut Asep, awalnya memang Golfrid diduga tewas lantaran kecelakaan. Namun belakangan, timbul kecurigaan lain. “Peristiwa harus didalami, meski ada dugaan awal kecelakaan, barang bawaan yang bersangkutan hilang, seperti laptop dan handphone. Ini akan terus dikembangkan apa yang menyebabkan yang bersangkutan meninggal,” jelas Asep.

Sementara Polrestabes Medan yang mengambil alih kasus ini, menyatakan telah menurunkan tim untuk menemui keluarga guna mengotopsi jasad Golfrid.

Kasat Reskrim Polrestabes Medan Kompol Eko Hartanto mengatakan, pihaknya diperintahkan untuk menyelidiki ulang kasus itu. Mereka sudah berkoordinasi dengan Polsek Deli Tua karena LP lakalantas awalnya dari sana.

“Perintah dari pimpinan, kami coba tangani kembali, lidik kembali, kita buatkan nanti laporan polisi model A, bukan laka lantas. Kami mencoba buatkan surat pengantar dan meminta pihak keluarga korban untuk jenazah ini dilakukan autopsi untuk mengetahui sebab-sebab kematian,” tegasnya.

Polisi sudah mengecek beberapa kamera CCTV di tempat kejadian perkara (TKP) dan mendapatkan beberapa temuan. Polisi sudah mengecek siapa tukang becak yang mengetahui pertama kali dan mengantar ke Rumah Sakit Mitra Sejati.

“Kami sudah cek CCTV di RS itu. Memang pada waktu isi ada 4 orang. Dua orang yang menggotong di dalam becaknya, satu pengemudi becak dan satu yang bersama korban dan setelah itu ada yang mengantar sepeda motor korban. Ada juga Grab terlihat di situ. (Grab) motor,” kata Kompol Eko, Senin (7/10).

Selain itu, pihaknya juga mengecek toko awal, apakah di fly over Amplas atau fly over Jamin Ginting namun belum identik dengan sepeda motor yang dikendarai korban. Sepeda motor korban adalah jenis CBR 150 warna merah. “Sepeda motornya kan yang CBR warna merah. Kami juga cari CCTV di sekitar situ,” katanya. (ris/bbs/han/jpg)

Foto Golfrid Siregar, aktivis Walhi semasa hidup.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sempat diduga korban kecelakaan lalu lintas, polisi menyelidiki ulang kasus kematian aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara, Golfrid Siregar (30), yang meninggal dunia akibat luka serius di bagian kepala, Minggu (6/10).

Golfrid meninggal di RSUP Adam Malik setelah sempat dirawat intensif selama 3 hari. Walhi Sumut menyatakan curiga aktivisnya dibunuh, karena sejumlah kejanggalan. Informasi dihimpun di lapangan, pada Rabu (2/10) sore sekitar pukul 17.00 Wib, Golfrid pamit kepada istrinya akan mengirimkan barang ke agen ekspedisi dan bertemu seseorang di kawasan Marendal, Medan. Namun, setelah itu ponsel Golfrid tak bisa lagi dihubungi oleh istrinya.

Delapan jam kemudian, yakni Kamis (3/10) dinihari pukul 01.00 WIB, Golfrid ditemukan terkapar di flyover Simpang Pos, Jalan Jamin Ginting, Medan. Golfrid ditemukan oleh seorang tukang becak dalam kondisi tak sadarkan diri.

Oleh si tukang becak, Golfrid dibawa ke RS Mitra Sejati. Namun karena korban tidak memiliki identitas, RS Mitra sejati menolak. Dia lalu dirujuk ke RSUP Adam Malik karena kepalanya mengalami luka serius dan harus segera dioperasi.

“Golfrid Siregar mengalami luka serius di bagian kepala yang menyebabkan tempurung kepala hancur,” ucap Roy Lumban Gaol, aktivis Walhi Sumut dalam keterangan tertulisnya, Senin (7/10).

Setelah tiga hari mendapatkan perawatan intensif di RSU, Golfrid meninggal dunia pada Minggu (6/10).

Awalnya, kata Roy, kepolisian menyatakan Golfrid sebagai korban kecelakaan lalu lintas. Namun Walhi menduga rekan mereka adalah korban tindak kekerasan dan percobaan pembunuhan. Pasalnya, ada sejumlah kejanggalan ditemukan dalam kematiannya.

“Walhi Sumut melihat ada indikasi korban menjadi korban kekerasan dan percobaan pembunuhan karena aktivitas politik korban selama ini sebagai pembela hak asasi manusia, khususnya untuk isu lingkungan melalui Walhi Sumatera Utara,” ucap Roy.

Menurut Roy, Walhi Sumut menemukan kepala korban mengalami luka serius seperti dipukul keras dengan senjata tumpul. “Selain bagian kepala, bagian tubuhnya tidak mengalami luka yang berarti layaknya orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas,” tutur Roy.

Sementara itu barang-barang korban seperti tas, laptop, dompet, dan cincin ikut raib. “Sementara sepeda motornya hanya mengalami kerusakan kecil saja,” lanjutnya.

Untuk itu, Walhi Sumut mendesak Polda Sumatera Utara untuk mengusut tuntas apa yang dialami Golfrid. Menurutnya itu untuk memberikan rasa aman bagi para pegiat HAM serta masyarakat pada umumnya di Sumatera Utara. “Sangat penting pengungkapan kasus ini transparan dan akuntabel,” ucap Roy.

Direktur Walhi Sumut, Dana Prima Tarigan, juga menyatakan Golfrid terindikasi menjadi korban kekerasan oleh oknum dengan motif tertentu.

“Kita dapat kabar Jumat jam 11.00 WIB. Kita dikabari teman-teman bahwa dia sudah berada di rumah sakit. Kita tahunya sudah di RS Adam Malik dalam kondisi kritis,” kata Direktur Walhi Sumut, Dana Tarigan, Senin (7/10).

Menurut pihak RS, Golfrid mengalami luka serius di bagian kepala seperti bekas pukulan benda tumpul. Bagian di sekitar salah satu matanya lebam. Selain bagian kepala, bagian tubuh lainnya tidak mengalami luka seperti layaknya korban kecelakaan lalu lintas. Tidak hanya itu, pakaian yang dikenakannya juga tidak mengalami robek.

“Kan lukanya itu kasat mata, tidak mungkin kecelakaan. Karena badan tidak ada lecet dan kepala seperti kena pukul benda tumpul, hancur tempurung kepala dan itu yang dioperasi. Habis itu dia kritis sampai akhirnya dia meninggal dunia,” lanjut Dana.

Sepeda motor Golfrid pun hanya mengalami kerusakan kecil. Sementara barang-barang miliknya, hilang. Di pakaiannya juga ditemukan jejak tanah, sedangkan di Flyover Simpang Pos tidak ada tanah sama sekali. Bercak darah pun tidak ada di lokasi penemuan.

Berdasarkan fakta tersebut, Walhi Sumut menduga Golfrid telah menjadi korban kekerasan atau pembunuhan. Dugaan sementara, karena aktivitas politik dan advokasinya. Korban selama ini aktif sebagai pembela hak asasi manusia khususnya pada isu lingkungan, melalui Walhi Sumut. “Golfrid jadi kuasa hukum Walhi sejak 2016 dan sampai hari ini dia masih kuasa hukum Walhi terkait kasus yang ditangani Walhi,” ungkap Dana.

Untuk itu, lanjutnya, Walhi Sumut mendesak pihak kepolisian segera mengusut tuntas penyebab kejadian yang menimpa Golfrid. “Jika polisi serius, maka tidak akan sulit untuk mengungkapnya. Hal ini mengingat kejanggalan yang secara kasat mata terlihat, dari luka-luka yang dialami almarhum,” demikian.

Direktur Eksekutif Walhi Nasional, Nur Hidayati, ikut mendesak Polda Sumatera Utara untuk segera melakukan penyelidikan secara serius. Mengungkap penyebab pasti kematian Golfrid Siregar. “Sehingga memberikan rasa keadilan bagi almarhum dan tidak meninggalkan tanda tanya bagi keluarga yang ditinggalkan,” katanya.

Pihaknya juga meminta bantuan Komnas HAM untuk memantau secara intensif kerja pihak kepolisian. “Memastikan independensi dan imparsialitas kepolisian dalam proses penyelidikan tersebut,” ucap perempuan yang akrab disapa Yaya itu.

Selain itu, Yaya meminta negara untuk segera mengeluarkan kebijakan terkait perlindungan terhadap aktivis lingkungan hidup dan HAM. Mengingat, dalam kerja para aktivis yang menegakkan keadilan ekologis. Tidak memungkiri sangat rentan bersinggungan dengan kepentingan oknum maupun kelompok yang berkuasa.

Informasi terkini, jenazah Golfrid sudah dibawa ke kampung halamannya di Tiga Dolok, Dolok Panribuan, Simalungun. Rencananya akan dimakamkan hari Selasa 8 Oktober 2019.

Polisi Olah CCTV

Terkait dugaan penganiayaan terhadap Golfrid Siregar, Polda Sumut mengatakan telah menerima laporan dari keluarga korban.

“Laporan dari keluarga korban sudah kami terima. Namun saat ini kami masih koordinasi dulu dengan keluarga untuk proses autopsi,” ujar Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja, Senin (7/10).

Tatan masih belum mengungkap penyebab pasti kematian korban. Dia menjelaskan hal tersebut masih dalam tahap penyelidikan. “Anggota di lapangan masih olah TKP di lokasi pertama kali korban ditemukan sebelum dibawa ke rumah sakit,” katanya.

Senada, Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Asep Adi Saputra di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (7/10), mengatakan, pihak kepolisian masih melakukan pemeriksaan di TKP. “Polisi berupaya minta izin ke keluarga untuk autopsi,” ujarnya.

Menurut Asep, awalnya memang Golfrid diduga tewas lantaran kecelakaan. Namun belakangan, timbul kecurigaan lain. “Peristiwa harus didalami, meski ada dugaan awal kecelakaan, barang bawaan yang bersangkutan hilang, seperti laptop dan handphone. Ini akan terus dikembangkan apa yang menyebabkan yang bersangkutan meninggal,” jelas Asep.

Sementara Polrestabes Medan yang mengambil alih kasus ini, menyatakan telah menurunkan tim untuk menemui keluarga guna mengotopsi jasad Golfrid.

Kasat Reskrim Polrestabes Medan Kompol Eko Hartanto mengatakan, pihaknya diperintahkan untuk menyelidiki ulang kasus itu. Mereka sudah berkoordinasi dengan Polsek Deli Tua karena LP lakalantas awalnya dari sana.

“Perintah dari pimpinan, kami coba tangani kembali, lidik kembali, kita buatkan nanti laporan polisi model A, bukan laka lantas. Kami mencoba buatkan surat pengantar dan meminta pihak keluarga korban untuk jenazah ini dilakukan autopsi untuk mengetahui sebab-sebab kematian,” tegasnya.

Polisi sudah mengecek beberapa kamera CCTV di tempat kejadian perkara (TKP) dan mendapatkan beberapa temuan. Polisi sudah mengecek siapa tukang becak yang mengetahui pertama kali dan mengantar ke Rumah Sakit Mitra Sejati.

“Kami sudah cek CCTV di RS itu. Memang pada waktu isi ada 4 orang. Dua orang yang menggotong di dalam becaknya, satu pengemudi becak dan satu yang bersama korban dan setelah itu ada yang mengantar sepeda motor korban. Ada juga Grab terlihat di situ. (Grab) motor,” kata Kompol Eko, Senin (7/10).

Selain itu, pihaknya juga mengecek toko awal, apakah di fly over Amplas atau fly over Jamin Ginting namun belum identik dengan sepeda motor yang dikendarai korban. Sepeda motor korban adalah jenis CBR 150 warna merah. “Sepeda motornya kan yang CBR warna merah. Kami juga cari CCTV di sekitar situ,” katanya. (ris/bbs/han/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/