30.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Warga Pidie Masih Trauma, 94 Orang Meninggal

EVAKUASI KORBAN: Warga Dayah Timue, Kec. Mereudue, mengevakuasi korban gempa yang meninggal dunia pasca gempa 6,5 SR di Pidie Jaya, Rabu (7/12). ZIAN MUSTAQIN/RAKYAT ACEH
EVAKUASI KORBAN: Warga Dayah Timue, Kec. Mereudue, mengevakuasi korban gempa yang meninggal dunia pasca gempa 6,5 SR di Pidie Jaya, Rabu (7/12).
ZIAN MUSTAQIN/RAKYAT ACEH

SUMUTPOS.CO  – Kepanikan melanda penduduk yang berada di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Rabu (7/12) pagi. Gempa berkekuatan 6,5 Skala Ritchter (SR) melanda wilayah tersebut. Tepatnya, pukul 05.03 WIB. Akibat guncangan yang terjadi, ratusan bangunan rusak, 94 orang tewas dan 617 luka.

KEPALA Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, proses pencarian dan penyelamatan korban di Kabupaten Pidie Jaya, Bireuen dan Pidie masih terus dilakukan. Tim SAR gabungan masih mencari korban yang diperkirakan terjebak dalam reruntuhan bangunan hingga pukul 20.30 WIB.

”Ratusan personel sudah diterjunkan. Ada dari unsur TNI 747 Personil, Tagana 40, Tim Pusat Krisis Kesehatan Aceh 6 personil, BNPB, Basarnas, dan relawan. Kendalanya, adanya kekurangan alat berat,” ujarnya di Jakarta, kemarin (7/12).

Data sementara yang berhasil dihimpun BPBD dan sudah dikonfirmasi, terdapat 94 orang tewas, 1 orang hilang, 128 orang luka berat, 489 orang luka ringan dan ratusan bangunan rusak. Dari jumlah tersebut, gempa paling banyak menelan korban di Kabupaten Pidie Jaya. Tercatat, koban tewas sebanyak 91 orang, 125 orang luka berat dan 411 Orang luka ringan. Sementara di Kabupaten Bireun, dua orang tewas, 8 luka berat, 123 orang luka ringan dan 10 ribu santri terdampak. Untuk Kabupaten Pidie, dilaporkan satu orang tewas dan satu orang hilang.

”Seluruh korban meinggal dirujuk ke RSUD Pidie Jaya, Rs Pidi dan RS Sigli. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah karena proses pendataan masih terus berlangsung,” ujar Sutopo.

Selain menelan korban, gempa yang berpusat di 5.19 LU – 96.36 BT itu juga merusak bangunan yang ada. Di Kabupaten Pidie Jaya, 105 Unit ruko roboh, 86 Unit rumah rusak berat, 13 Unit Bangunan  Masjid roboh, 1 unit bangunan Indomaret Roboh dan 1 unit bangunan  RSUD Pidie rusak berat.

Kondisi yang sama juga terjadi di Kabupaten Bireun dan Kabupaten Pidie. Bangunan rusak berat. Di Kabupaten Pidie, sebanyak 40 unit rumah rusak berat. Sementara di Kabupaten Bireun, tercatat 1 Unit Masjid, 35 unit rumah, 6 unit ruko dan 1 kilang padi rusak berat. Selain itu, satu unit bangunan kampus roboh.

“Kerusakan terjadi cukup berat karena pusat gempa berada di darat. Kemudian, mekanisme gempa mendatar. Sehingga, dampaknya sangat keras. Banyak korban yang tertimbun bangunan. Apalagi, banyak bangunan yang tak didesain tahan gempa,” jelas alumni Universitas Gajah Mada itu.

Sutopo menjelaskan, bangunan dengan desain tahan gempa ini sejatinya sangat diperlukan di Indonesia. Apalagi, Terdapat 386 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 157 juta jiwa yang tinggal di daerah rawan tinggi dari bahaya gempabumi di Indonesia. Sayang, hingga kini jumlah rumah tahan gempa ini masih sangat minim. Hal ini dikarenakan oleh minimnya pengetahuan warga dan mahalnya komponen untuk membangun rumah tahan gempa.

”Biaya komponennya bisa 30-50 persen lebih mahal dari yang biasa. Oleh sebab itu dibutuhkan subsidi bagi mereka yang rumahnya berada di daerah rawan gempa,” papar pria asli Boyolali itu.

Merespon bencana yang terjadi, Gubernur Aceh telah mengeluarkan SK Tanggap Darurat Bencana Gempa terhitung mulai 7 Desember 2016 sampai 20 Desember 2016. Setelah usai, status tanggap darurat akan dievaluasi untuk diputuskan akan diteruskan atau tidak.

EVAKUASI KORBAN: Warga Dayah Timue, Kec. Mereudue, mengevakuasi korban gempa yang meninggal dunia pasca gempa 6,5 SR di Pidie Jaya, Rabu (7/12). ZIAN MUSTAQIN/RAKYAT ACEH
EVAKUASI KORBAN: Warga Dayah Timue, Kec. Mereudue, mengevakuasi korban gempa yang meninggal dunia pasca gempa 6,5 SR di Pidie Jaya, Rabu (7/12).
ZIAN MUSTAQIN/RAKYAT ACEH

SUMUTPOS.CO  – Kepanikan melanda penduduk yang berada di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Rabu (7/12) pagi. Gempa berkekuatan 6,5 Skala Ritchter (SR) melanda wilayah tersebut. Tepatnya, pukul 05.03 WIB. Akibat guncangan yang terjadi, ratusan bangunan rusak, 94 orang tewas dan 617 luka.

KEPALA Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, proses pencarian dan penyelamatan korban di Kabupaten Pidie Jaya, Bireuen dan Pidie masih terus dilakukan. Tim SAR gabungan masih mencari korban yang diperkirakan terjebak dalam reruntuhan bangunan hingga pukul 20.30 WIB.

”Ratusan personel sudah diterjunkan. Ada dari unsur TNI 747 Personil, Tagana 40, Tim Pusat Krisis Kesehatan Aceh 6 personil, BNPB, Basarnas, dan relawan. Kendalanya, adanya kekurangan alat berat,” ujarnya di Jakarta, kemarin (7/12).

Data sementara yang berhasil dihimpun BPBD dan sudah dikonfirmasi, terdapat 94 orang tewas, 1 orang hilang, 128 orang luka berat, 489 orang luka ringan dan ratusan bangunan rusak. Dari jumlah tersebut, gempa paling banyak menelan korban di Kabupaten Pidie Jaya. Tercatat, koban tewas sebanyak 91 orang, 125 orang luka berat dan 411 Orang luka ringan. Sementara di Kabupaten Bireun, dua orang tewas, 8 luka berat, 123 orang luka ringan dan 10 ribu santri terdampak. Untuk Kabupaten Pidie, dilaporkan satu orang tewas dan satu orang hilang.

”Seluruh korban meinggal dirujuk ke RSUD Pidie Jaya, Rs Pidi dan RS Sigli. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah karena proses pendataan masih terus berlangsung,” ujar Sutopo.

Selain menelan korban, gempa yang berpusat di 5.19 LU – 96.36 BT itu juga merusak bangunan yang ada. Di Kabupaten Pidie Jaya, 105 Unit ruko roboh, 86 Unit rumah rusak berat, 13 Unit Bangunan  Masjid roboh, 1 unit bangunan Indomaret Roboh dan 1 unit bangunan  RSUD Pidie rusak berat.

Kondisi yang sama juga terjadi di Kabupaten Bireun dan Kabupaten Pidie. Bangunan rusak berat. Di Kabupaten Pidie, sebanyak 40 unit rumah rusak berat. Sementara di Kabupaten Bireun, tercatat 1 Unit Masjid, 35 unit rumah, 6 unit ruko dan 1 kilang padi rusak berat. Selain itu, satu unit bangunan kampus roboh.

“Kerusakan terjadi cukup berat karena pusat gempa berada di darat. Kemudian, mekanisme gempa mendatar. Sehingga, dampaknya sangat keras. Banyak korban yang tertimbun bangunan. Apalagi, banyak bangunan yang tak didesain tahan gempa,” jelas alumni Universitas Gajah Mada itu.

Sutopo menjelaskan, bangunan dengan desain tahan gempa ini sejatinya sangat diperlukan di Indonesia. Apalagi, Terdapat 386 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 157 juta jiwa yang tinggal di daerah rawan tinggi dari bahaya gempabumi di Indonesia. Sayang, hingga kini jumlah rumah tahan gempa ini masih sangat minim. Hal ini dikarenakan oleh minimnya pengetahuan warga dan mahalnya komponen untuk membangun rumah tahan gempa.

”Biaya komponennya bisa 30-50 persen lebih mahal dari yang biasa. Oleh sebab itu dibutuhkan subsidi bagi mereka yang rumahnya berada di daerah rawan gempa,” papar pria asli Boyolali itu.

Merespon bencana yang terjadi, Gubernur Aceh telah mengeluarkan SK Tanggap Darurat Bencana Gempa terhitung mulai 7 Desember 2016 sampai 20 Desember 2016. Setelah usai, status tanggap darurat akan dievaluasi untuk diputuskan akan diteruskan atau tidak.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/