31.7 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Pengamat: Medan Rentan Terorisme

Pengumuman yang diunggah di halaman Facebook (Facebook Philippine National Police (PNP) kantor regional 10 Vicente Garcia Alagar). Seorang di antaranya diduga anak Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pengamat terorisme, Ustadz Khairul Ghozali mengatakan, paham terorisme memang sudah masuk ke Sumatera Utara, khususnya Kota Medan. “Di Medan maupun Sumut, ada jaringan-jaringan dengan pemain lama dengan kelompok-kelompok (teroris) yang ada,” kata Khairul Ghozali kepada Sumut Pos, Kamis (8/6) siang.

Mantan pelaku perampokan Bank CIMB Niaga itu menjelaskan, Densus 88 melakukan penangkapan terhadap terduga pelaku teroris itu harus tetap mengacu pada unsur peraduga tak bersalah. “Dari segi hukum, Densus 88 ada waktu 7 hari melakukan pemeriksaan terhadap mereka. Selama 7 hari itu dilakukan pemeriksaan, bila tidak terbukti harus dilepas dan diklarifikasi,” katanya.

Menurut Ghozali, kerja tim elit Polri ini memang sangat tertutup dan rapi dalam setiap pengungkapan sebuah kasus terorisme maupun penangkapan terhadap terduga terorisme.

Disinggung, apakah penangkapan tiga warga Medan oleh Densus 88 ada kaitannya dengan aksi teror bom di Kampung Melayu, Jakarta, Ghozali menegaskan, tidak ada. Tapi, ada jaringan atau sel kelompok teroris lainnya yang harus diwaspadai Densus 88 atau Kepolisian.

“Tidak ada sampai ke Kampung Melayu, tidak sampai ke sana. Tapi, ada kaitan dengan kelompok lain,” jelasnya.

Dikatakannya, untuk mengantisipasi aksi kelompok radikalisme di Medan maupun di Tanah Air agar tidak berkembang, harus adanya kontribusi pemerintah setempat dalam melakukan pencegahan. Karena, antisipasi aksi radikalisme itu bukan cuma tugas Densus atau Kepolisian, tapi tugas bersama, termasuk masyarakat.

“Janganlah pemerintah setempat duduk manis saja. Karena, Medan dan Sumut sangat rentan aksi-aksi terorisme yang bisa terjadi. Sudah terjadi beberapa kali aksi teror terjadi di Medan,” bebernya.

Untuk itu, dia meminta pemerintah melakukan pendekatan dan pembinaan terhadap mantan dan keluarga pelaku teror. “Karena, sel-sel jihad ada dengan para pelaku teror itu. Mereka harus dirangkul dan pemerintah harus merangkul secara pendidikan dan ekonomi,” tandasnya.

Pengumuman yang diunggah di halaman Facebook (Facebook Philippine National Police (PNP) kantor regional 10 Vicente Garcia Alagar). Seorang di antaranya diduga anak Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pengamat terorisme, Ustadz Khairul Ghozali mengatakan, paham terorisme memang sudah masuk ke Sumatera Utara, khususnya Kota Medan. “Di Medan maupun Sumut, ada jaringan-jaringan dengan pemain lama dengan kelompok-kelompok (teroris) yang ada,” kata Khairul Ghozali kepada Sumut Pos, Kamis (8/6) siang.

Mantan pelaku perampokan Bank CIMB Niaga itu menjelaskan, Densus 88 melakukan penangkapan terhadap terduga pelaku teroris itu harus tetap mengacu pada unsur peraduga tak bersalah. “Dari segi hukum, Densus 88 ada waktu 7 hari melakukan pemeriksaan terhadap mereka. Selama 7 hari itu dilakukan pemeriksaan, bila tidak terbukti harus dilepas dan diklarifikasi,” katanya.

Menurut Ghozali, kerja tim elit Polri ini memang sangat tertutup dan rapi dalam setiap pengungkapan sebuah kasus terorisme maupun penangkapan terhadap terduga terorisme.

Disinggung, apakah penangkapan tiga warga Medan oleh Densus 88 ada kaitannya dengan aksi teror bom di Kampung Melayu, Jakarta, Ghozali menegaskan, tidak ada. Tapi, ada jaringan atau sel kelompok teroris lainnya yang harus diwaspadai Densus 88 atau Kepolisian.

“Tidak ada sampai ke Kampung Melayu, tidak sampai ke sana. Tapi, ada kaitan dengan kelompok lain,” jelasnya.

Dikatakannya, untuk mengantisipasi aksi kelompok radikalisme di Medan maupun di Tanah Air agar tidak berkembang, harus adanya kontribusi pemerintah setempat dalam melakukan pencegahan. Karena, antisipasi aksi radikalisme itu bukan cuma tugas Densus atau Kepolisian, tapi tugas bersama, termasuk masyarakat.

“Janganlah pemerintah setempat duduk manis saja. Karena, Medan dan Sumut sangat rentan aksi-aksi terorisme yang bisa terjadi. Sudah terjadi beberapa kali aksi teror terjadi di Medan,” bebernya.

Untuk itu, dia meminta pemerintah melakukan pendekatan dan pembinaan terhadap mantan dan keluarga pelaku teror. “Karena, sel-sel jihad ada dengan para pelaku teror itu. Mereka harus dirangkul dan pemerintah harus merangkul secara pendidikan dan ekonomi,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/