28 C
Medan
Friday, May 17, 2024

BKKBN Sumut Webinar Terkait Masalah Stunting

MEDAN, SumutPos.Co – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar webinar 100 profesor, terkait tentang permasalahan stunting secara nasional dan maraton bersama Assosiasi Professor Indonesia di seluruh perwakilan Provinsi, selama tiga hari, pada 5-8 Juli 2021.

Webinar: BKKBN menggelar Webinar 100 Profesor, Kamis (8/7). Sumut Pos/ ist.

Webinar ini merupakan rangkaian Peringatan Hari Keluarga Nasional ke-28, yang jatuh pada 29 Juni 2021, yang dibuka oleh Plt Kaper BKKBN Sumut, dra Rabiatun Adawiyah.

Melalui zoom meeting dan live youtube, BKKBN Perwakilan Sumatera Utara (Sumut), pada Rabu, 7 Juli 2021 bersama ketiga narasumber, yaitu Prof Drs Heru Santosa MS PhD, Prof Dr Syawal Gultom, MPd dan Prof Dr Ir Albiner siagian, BKKBN Perwakilan Provinsi Sumut menggelar webinar 100 profesor berbicara dengan tema ‘Langkah Awal Pencegahan dan Penurunan Stunting di Masyarakat’, untuk tingkat Provinsi Sumut. 

Dalam webinar ini, peserta ditargetkan sebesar 300 orang yang terdiri dari masyarakat umum, mahasiswa, SDM aparatur dan tenaga pengelola program bangga kencana di tingkat kab/kota.

Di awali dengan laporan dari ketua penyelenggara webinar yaitu koordinator bidang pelatihan dan pengembangan BKKBN Perwakilan Sumut, Dra Tengku Lafalinda, dalam laporannya mengharapkan, webinar kali ini dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi kita terkait dengan stunting.

“Saya berharap kegiatan ini menjadi tambahan pengetahuan bagi kita pada seluruh lini masyarakat sehingga kita dapat mengerti secara utuh apa itu stunting dan bagaimana rangkaian pencegahan dan penurunannya sehingga dapat diaplikasikan oleh masyarakat utamanya pada level keluarga,” katanya, Kamis (8/7).

Sementara itu, Kepala BKKBN RI Dr (HC), dr Hasto Wardoyo SpOG (K), juga berkesempatan hadir untuk menyampaikan arahannya, bahwa saat ini pemuda merupakan sasaran dan tujuan utama pemerintah dalam pencegahan stunting. 

Dia berharap, Pemerintah dan seluruh lini masyarakat bekerja sama dalam menyiapkan betul tenaga muda Indonesia yang berkualitas, berdaya saing yang mempunyai peranan penting dalam menciptakan keluarga yang sejahtera

“Tugas kita saat ini adalah menyiapkan betul tenaga muda yang berkualitas, berdaya saing, karena kalau tidak, maka bonus demografi akan lewat begitu saja tanpa kita bisa memetik atau mentranformasikannya,” ujarnya.

Karena saat ini, lanjutnya, yang mempunyai peranan penting dalam kesejahteraan adalah mereka yang muda. Mereka yang akan menjadi pasangan hidup baru dan melahirkan generasi baru. Mereka itu bisa menjadi penentu tidak menikah pada usia muda, tidak putus sekolah kemudian kehamilan tidak terlalu banyak dan tidak berulang-ulang sehingga juga dapat bekerja dengan baik dan tidak penggangguran. “Inilah menjadi tujuan utama kita untuk menciptakan keluarga yang bebas stunting,” imbuh Hasto saat memberikan arahan.

Harapan nantinya, tambah Hasto lagi, kajian itu menjadi referensi yang baik untuk membuat suatu kebijakan. “Saya yakin bahwa, ketika Pemerintah dalam hal ini BKKBN dapat mengambil langkah-langkah untuk membuat kebijakan yang tepat dengan berbagai pertimbangan. Tantangan penurunan stunting menuju 14 persen di Tahun 2024 sungguh luar biasa besar. 

“Semoga dengan usaha profesor kita diberikan kemudahan dalam membantu menciptakan generasi yang bermutu untuk Indonesia maju,” tutupnya.

Deputi Lalitbang BKKBN RI, Prof drh M Rizal Martua Damanik M RepSc PhD mendapatkan kesempatan untuk memberikan arahan dan penjelasan terkait stunting. Menurutnya, stunting saat ini merupakan ancaman terhadap kualitas sumber daya manusia. Indonesia masih punya pekerjaan rumah mendasar dalam peningkatan kualitas SDM. 

Data Riskesdas, tambahnya, menunjukkan satu dari tiga anak Indonesia mengalami stunting dan saat ini sudah dipetakan wilayah yang angka prevalensi stunting yang tinggi yaitu disektiar 6600-an desa yang tersebar di 360 kabupaten/kota. 

Secara garis besar, sebutnya lagi, intervensi yang disiapkan dalam upaya percepatan penurunaan stunting dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase calon pasangan usia subur yang memiliki peran strategis untuk memastikan kondisi calon pengantin berada dalam kondisi ideal untuk menikah dan hamil (fase pranikah), fase hamil dan fase pasca salin.

“Upaya untuk menurunkan angka stunting harus dilakukan secara timbal balik, yaitu melalui hubungan secar vertical maupun horizontal dengan pemerintah dan masyarakat. Derajat penurunan angka stunting dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu, lingkungan yang sehat, pendidikan, pekerjaan dan perilaku hidup sehat, serta pelayanan Kesehatan,” harapnya. (Mag-1)

MEDAN, SumutPos.Co – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar webinar 100 profesor, terkait tentang permasalahan stunting secara nasional dan maraton bersama Assosiasi Professor Indonesia di seluruh perwakilan Provinsi, selama tiga hari, pada 5-8 Juli 2021.

Webinar: BKKBN menggelar Webinar 100 Profesor, Kamis (8/7). Sumut Pos/ ist.

Webinar ini merupakan rangkaian Peringatan Hari Keluarga Nasional ke-28, yang jatuh pada 29 Juni 2021, yang dibuka oleh Plt Kaper BKKBN Sumut, dra Rabiatun Adawiyah.

Melalui zoom meeting dan live youtube, BKKBN Perwakilan Sumatera Utara (Sumut), pada Rabu, 7 Juli 2021 bersama ketiga narasumber, yaitu Prof Drs Heru Santosa MS PhD, Prof Dr Syawal Gultom, MPd dan Prof Dr Ir Albiner siagian, BKKBN Perwakilan Provinsi Sumut menggelar webinar 100 profesor berbicara dengan tema ‘Langkah Awal Pencegahan dan Penurunan Stunting di Masyarakat’, untuk tingkat Provinsi Sumut. 

Dalam webinar ini, peserta ditargetkan sebesar 300 orang yang terdiri dari masyarakat umum, mahasiswa, SDM aparatur dan tenaga pengelola program bangga kencana di tingkat kab/kota.

Di awali dengan laporan dari ketua penyelenggara webinar yaitu koordinator bidang pelatihan dan pengembangan BKKBN Perwakilan Sumut, Dra Tengku Lafalinda, dalam laporannya mengharapkan, webinar kali ini dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi kita terkait dengan stunting.

“Saya berharap kegiatan ini menjadi tambahan pengetahuan bagi kita pada seluruh lini masyarakat sehingga kita dapat mengerti secara utuh apa itu stunting dan bagaimana rangkaian pencegahan dan penurunannya sehingga dapat diaplikasikan oleh masyarakat utamanya pada level keluarga,” katanya, Kamis (8/7).

Sementara itu, Kepala BKKBN RI Dr (HC), dr Hasto Wardoyo SpOG (K), juga berkesempatan hadir untuk menyampaikan arahannya, bahwa saat ini pemuda merupakan sasaran dan tujuan utama pemerintah dalam pencegahan stunting. 

Dia berharap, Pemerintah dan seluruh lini masyarakat bekerja sama dalam menyiapkan betul tenaga muda Indonesia yang berkualitas, berdaya saing yang mempunyai peranan penting dalam menciptakan keluarga yang sejahtera

“Tugas kita saat ini adalah menyiapkan betul tenaga muda yang berkualitas, berdaya saing, karena kalau tidak, maka bonus demografi akan lewat begitu saja tanpa kita bisa memetik atau mentranformasikannya,” ujarnya.

Karena saat ini, lanjutnya, yang mempunyai peranan penting dalam kesejahteraan adalah mereka yang muda. Mereka yang akan menjadi pasangan hidup baru dan melahirkan generasi baru. Mereka itu bisa menjadi penentu tidak menikah pada usia muda, tidak putus sekolah kemudian kehamilan tidak terlalu banyak dan tidak berulang-ulang sehingga juga dapat bekerja dengan baik dan tidak penggangguran. “Inilah menjadi tujuan utama kita untuk menciptakan keluarga yang bebas stunting,” imbuh Hasto saat memberikan arahan.

Harapan nantinya, tambah Hasto lagi, kajian itu menjadi referensi yang baik untuk membuat suatu kebijakan. “Saya yakin bahwa, ketika Pemerintah dalam hal ini BKKBN dapat mengambil langkah-langkah untuk membuat kebijakan yang tepat dengan berbagai pertimbangan. Tantangan penurunan stunting menuju 14 persen di Tahun 2024 sungguh luar biasa besar. 

“Semoga dengan usaha profesor kita diberikan kemudahan dalam membantu menciptakan generasi yang bermutu untuk Indonesia maju,” tutupnya.

Deputi Lalitbang BKKBN RI, Prof drh M Rizal Martua Damanik M RepSc PhD mendapatkan kesempatan untuk memberikan arahan dan penjelasan terkait stunting. Menurutnya, stunting saat ini merupakan ancaman terhadap kualitas sumber daya manusia. Indonesia masih punya pekerjaan rumah mendasar dalam peningkatan kualitas SDM. 

Data Riskesdas, tambahnya, menunjukkan satu dari tiga anak Indonesia mengalami stunting dan saat ini sudah dipetakan wilayah yang angka prevalensi stunting yang tinggi yaitu disektiar 6600-an desa yang tersebar di 360 kabupaten/kota. 

Secara garis besar, sebutnya lagi, intervensi yang disiapkan dalam upaya percepatan penurunaan stunting dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase calon pasangan usia subur yang memiliki peran strategis untuk memastikan kondisi calon pengantin berada dalam kondisi ideal untuk menikah dan hamil (fase pranikah), fase hamil dan fase pasca salin.

“Upaya untuk menurunkan angka stunting harus dilakukan secara timbal balik, yaitu melalui hubungan secar vertical maupun horizontal dengan pemerintah dan masyarakat. Derajat penurunan angka stunting dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu, lingkungan yang sehat, pendidikan, pekerjaan dan perilaku hidup sehat, serta pelayanan Kesehatan,” harapnya. (Mag-1)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/