26.7 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Bangunan di Atas Drainase Dituding ‘Bersalah’

Foto: AMINEOR RASYID/SUMUT POS GALIAN:Pengguna jalan melintas di dekat lubang galian yang dipasangi kayu oleh warga untuk menandai adanya lubang kepada pengguna jalan di perempatan simpang Jalan Denai-Mandala by Pass, Medan, Rabu (21/5).  Pengerjaan lubang galian gorong-gorong ini dibiarkan sejak sepekan lalu sehingga membahayakan jiwa pengguna jalan.
Foto: AMINEOR RASYID/SUMUT POS
Saluran drainase dipasangi kayu oleh warga, untuk menandai adanya lubang di perempatan simpang Jalan Denai-Mandala by Pass, Medan, beberapa waktu lalu. Gorong-gorong drainase yang tertutup dikritik oleh anggota DPRD Medan. Drainase sebaiknya mudah dibuka dan ditutup.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Banyaknya bangunan yang berdiri di atas drainase (garis sepadan bangunan) saat ini adalah sumber penyebab banjir. Karena itu Dinas TRTB harus bertanggung jawab. “Harusnya Dinas TRTB tidak memberi izin jika bangunan berada di atas drainase. Tapi sekarang lihatlah, banyak sekali bangunan berdiri di atas drainase. Inilah sebenarnya yang buat banjir. Karena itulah, Dinas TRTB harus tanggungjawab,” tegas anggota DPRD Medan Komis D, Ilhamsyah.

Dirinya juga sangat berharap Dinas Bina Marga bisa melakukan pengontrolan rutin terhadap sejumlah drainase yang ada di Kota Medan. Penutup drainase pun harusnya mudah untuk ditutup dan dibuka. “Harusnya itu penutupnya bisa dibuka tutup. Jangan ditutup mati,” ujarnya.

Sementara untuk kanal, dirinya enggan mengomentari karena itu merupakan ranah Balai Wilayah Sungai (BWS).

Nasir selaku Konsultan Satker Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II Medan yang ditemui kru koran ini, mengaku akan segera melakukan pengecekan dan pembersihan drainase. “Kita akan melakukan pembenahan drainase. Kita akan mengecek mengenai kebersihan atau jika mengalami kerusakan. Dan ini akan membantu untuk mengalirkan air secara maksimal dan optimal,” katanya.

Namun menurutnya, tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat atas kebersihan lingkungan sangat diharapkan untuk membantu menangani banjir ini.

“Jadinya kita nanti akan bekerja mulai dari yang terkecil dulu, yaitu kerja sama dengan camat, lurah dan kepling untuk memberikan sosialisasi kesadaran terhadap warga mengenai kebersihan. Karena kalau dimulai dari yang terkecil, maka untuk seterusnya akan jadi lebih mudah,” ujarnya.

Tambahnya, untuk kendala yang dihadapi, masih banyaknya warga masyarakat yang tinggal atau menempati tanggul-tanggul yang berfungsi untuk mengatur debit air. “Jadi kendala kita, masyarakat masih banyak yang tinggal di seputaran tanggul. Jadi kita melakukan pembenahan tanggul itu terkendala, karena masyarakat tidak terima dan bermukim di sana. Jadi jangan kami terus disalahkan kalau sudah banjir, tetapi kesadaran masyarakat juga diharapkan,” ungkapnya.

Mengenai fungsi kanal sendiri untuk mengalirkan air, apakah sudah mampu mengatasi banjir? Dirinya mengatakan sudah dapat mengatasi. Namun dalam satu sisi tingkat air tanah yang tinggi juga menjadi penyebab tidak terserapnya air.

“Kalau untuk kanal itu sudah cukup membantu, namun tingkat air tanah atau di dalam tanah ini tinggi juga. Sehingga jika hujan turun dengan debit yang besar, maka penyerapan tidak maksimal. Itulah salah satu yang menyebabkan tergenangnya air tadi, karena sudah tidak mampu lagi meresap air,” terangnya. Saat ditanyai mengenai anggaran dalam pengawasan atau pemeliharaan ini, apakah mendapatkan dana dari pemerintah, dirinya mengaku tidak semua. “Kalau ada yang besar-bersar saja baru kita dapat anggaran, tapi kalau yang kecil, masih dapat ditangani secara internal untuk pengawasannya sendiri,” tandasnya. (bay/win/deo)

Foto: AMINEOR RASYID/SUMUT POS GALIAN:Pengguna jalan melintas di dekat lubang galian yang dipasangi kayu oleh warga untuk menandai adanya lubang kepada pengguna jalan di perempatan simpang Jalan Denai-Mandala by Pass, Medan, Rabu (21/5).  Pengerjaan lubang galian gorong-gorong ini dibiarkan sejak sepekan lalu sehingga membahayakan jiwa pengguna jalan.
Foto: AMINEOR RASYID/SUMUT POS
Saluran drainase dipasangi kayu oleh warga, untuk menandai adanya lubang di perempatan simpang Jalan Denai-Mandala by Pass, Medan, beberapa waktu lalu. Gorong-gorong drainase yang tertutup dikritik oleh anggota DPRD Medan. Drainase sebaiknya mudah dibuka dan ditutup.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Banyaknya bangunan yang berdiri di atas drainase (garis sepadan bangunan) saat ini adalah sumber penyebab banjir. Karena itu Dinas TRTB harus bertanggung jawab. “Harusnya Dinas TRTB tidak memberi izin jika bangunan berada di atas drainase. Tapi sekarang lihatlah, banyak sekali bangunan berdiri di atas drainase. Inilah sebenarnya yang buat banjir. Karena itulah, Dinas TRTB harus tanggungjawab,” tegas anggota DPRD Medan Komis D, Ilhamsyah.

Dirinya juga sangat berharap Dinas Bina Marga bisa melakukan pengontrolan rutin terhadap sejumlah drainase yang ada di Kota Medan. Penutup drainase pun harusnya mudah untuk ditutup dan dibuka. “Harusnya itu penutupnya bisa dibuka tutup. Jangan ditutup mati,” ujarnya.

Sementara untuk kanal, dirinya enggan mengomentari karena itu merupakan ranah Balai Wilayah Sungai (BWS).

Nasir selaku Konsultan Satker Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II Medan yang ditemui kru koran ini, mengaku akan segera melakukan pengecekan dan pembersihan drainase. “Kita akan melakukan pembenahan drainase. Kita akan mengecek mengenai kebersihan atau jika mengalami kerusakan. Dan ini akan membantu untuk mengalirkan air secara maksimal dan optimal,” katanya.

Namun menurutnya, tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat atas kebersihan lingkungan sangat diharapkan untuk membantu menangani banjir ini.

“Jadinya kita nanti akan bekerja mulai dari yang terkecil dulu, yaitu kerja sama dengan camat, lurah dan kepling untuk memberikan sosialisasi kesadaran terhadap warga mengenai kebersihan. Karena kalau dimulai dari yang terkecil, maka untuk seterusnya akan jadi lebih mudah,” ujarnya.

Tambahnya, untuk kendala yang dihadapi, masih banyaknya warga masyarakat yang tinggal atau menempati tanggul-tanggul yang berfungsi untuk mengatur debit air. “Jadi kendala kita, masyarakat masih banyak yang tinggal di seputaran tanggul. Jadi kita melakukan pembenahan tanggul itu terkendala, karena masyarakat tidak terima dan bermukim di sana. Jadi jangan kami terus disalahkan kalau sudah banjir, tetapi kesadaran masyarakat juga diharapkan,” ungkapnya.

Mengenai fungsi kanal sendiri untuk mengalirkan air, apakah sudah mampu mengatasi banjir? Dirinya mengatakan sudah dapat mengatasi. Namun dalam satu sisi tingkat air tanah yang tinggi juga menjadi penyebab tidak terserapnya air.

“Kalau untuk kanal itu sudah cukup membantu, namun tingkat air tanah atau di dalam tanah ini tinggi juga. Sehingga jika hujan turun dengan debit yang besar, maka penyerapan tidak maksimal. Itulah salah satu yang menyebabkan tergenangnya air tadi, karena sudah tidak mampu lagi meresap air,” terangnya. Saat ditanyai mengenai anggaran dalam pengawasan atau pemeliharaan ini, apakah mendapatkan dana dari pemerintah, dirinya mengaku tidak semua. “Kalau ada yang besar-bersar saja baru kita dapat anggaran, tapi kalau yang kecil, masih dapat ditangani secara internal untuk pengawasannya sendiri,” tandasnya. (bay/win/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/