25.6 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Banyak Gepeng Berkeliaran di Kota Medan, Dinsos Akui Terkendala Tempat Penampungan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Selain mewujudkan program Medan Tanpa Kabel (Metal), gelandangan dan pengemis (gepeng) juga menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan Pemko Medan dalam menjaga estetika kota.

Bahkan, jumlah gepeng di Kota Medan justru semakin banyak.

Seperti di kawasan Jalan Nibung Raya, Kecamatan Medan Baru, tampak banyak sekali para gepeng yang terdiri dari pria dan wanita, dewasa sampai anak-anak yang tidur di depan-depan toko milik warga. Setiap harinya, para gepeng tampak tidur bertutupkan terpal dan beralaskan kain.

Ditanya terkait hal itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Medan, Khoiruddin Rangkuti saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya sudah sering sekali melakukan penertiban terhadap gepeng di Kota Medan. Hanya saja setelah dilakukan asesmen, pihaknya terkendala dengan tempat penampungan gepeng.

Pasalnya, Pemko Medan belum memiliki tempat penampungan untuk para gepeng. Namun saat ini, Pemko Medan sedang membangun panti sosial di kawasan Medan Tuntungan yang nantinya dapat digunakan untuk menampung para gepeng yang berkeliaran di Kota Medan.

“Saat ini kan kita masih membangun tempat penampungan (panti sosial) di kawasan Medan Tuntungan,” ucap Khoiruddin, Rabu (9/8/2023).

Dikatakan Khoiruddin, selama ini gepeng-gepeng yang mereka amankan dititipkan di tempat penampungan atau panti sosial milik Pemprov Sumut. Akan tetapi saat ini panti sosial tersebut telah penuh, bahkan melebihi kapasitas (overload).

“Jadi tempat penampungan yang dimiliki Provinsi Sumut di kawasan Binjai itu overload. Sebab tempat penampungan itu untuk se-Sumut, sehingga tidak semua gepeng (di Medan) bisa ditampung disana,” ujarnya.

Khoiruddin menjelaskan, berdasarkan pendataan dari setiap penertiban yang mereka lakukan, dominan para gepeng yang berada di Kota Medan justru berasal dari luar Kota Medan.

“Kalau gepengnya masih berasal dari dalam Provinsi (Sumut), kita akan berkordinasi dengan dinsos setempat. Namun kalau sudah dari luar Provinsi, maka Dinsos Provinsi Sumut yang lebih berwenang,” katanya.

Terkait bagaimana upaya Dinsos dalam memulangkan para gepeng tersebut ke daerah asalnya, Khoiruddin mengaku bahwa hampir semua gepeng yang ada di Medan sudah merasa nyaman hidup di Kota Medan sehingga tidak mau kembali ke daerah asalnya.

“Kalau memang bersedia, maka akan kita fasilitasi untuk kembali ke daerah asalnya. Kebanyakan mereka memang tidak mau karena sudah terlalu nyaman tinggal di Medan,” jelasnya.

Hal senada juga dikatakan Kasatpol PP Kota Medan, Rakhmat Harahap. Dikatakannya, bahwa penertiban gepeng sudah sangat sering dilakukan pihaknya bersama unsur kewilayahan dan OPD terkait, namun tempat penampungan gepeng tetap menjadi permasalahannya.

“Harapan kita nanti setelah tempat penampungan itu selesai dibangun, para gepeng bisa ditampung di sana, sehingga para gepeng tidak ada lagi berada di jalanan,” pungkasnya.
(map/ram)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Selain mewujudkan program Medan Tanpa Kabel (Metal), gelandangan dan pengemis (gepeng) juga menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan Pemko Medan dalam menjaga estetika kota.

Bahkan, jumlah gepeng di Kota Medan justru semakin banyak.

Seperti di kawasan Jalan Nibung Raya, Kecamatan Medan Baru, tampak banyak sekali para gepeng yang terdiri dari pria dan wanita, dewasa sampai anak-anak yang tidur di depan-depan toko milik warga. Setiap harinya, para gepeng tampak tidur bertutupkan terpal dan beralaskan kain.

Ditanya terkait hal itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Medan, Khoiruddin Rangkuti saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya sudah sering sekali melakukan penertiban terhadap gepeng di Kota Medan. Hanya saja setelah dilakukan asesmen, pihaknya terkendala dengan tempat penampungan gepeng.

Pasalnya, Pemko Medan belum memiliki tempat penampungan untuk para gepeng. Namun saat ini, Pemko Medan sedang membangun panti sosial di kawasan Medan Tuntungan yang nantinya dapat digunakan untuk menampung para gepeng yang berkeliaran di Kota Medan.

“Saat ini kan kita masih membangun tempat penampungan (panti sosial) di kawasan Medan Tuntungan,” ucap Khoiruddin, Rabu (9/8/2023).

Dikatakan Khoiruddin, selama ini gepeng-gepeng yang mereka amankan dititipkan di tempat penampungan atau panti sosial milik Pemprov Sumut. Akan tetapi saat ini panti sosial tersebut telah penuh, bahkan melebihi kapasitas (overload).

“Jadi tempat penampungan yang dimiliki Provinsi Sumut di kawasan Binjai itu overload. Sebab tempat penampungan itu untuk se-Sumut, sehingga tidak semua gepeng (di Medan) bisa ditampung disana,” ujarnya.

Khoiruddin menjelaskan, berdasarkan pendataan dari setiap penertiban yang mereka lakukan, dominan para gepeng yang berada di Kota Medan justru berasal dari luar Kota Medan.

“Kalau gepengnya masih berasal dari dalam Provinsi (Sumut), kita akan berkordinasi dengan dinsos setempat. Namun kalau sudah dari luar Provinsi, maka Dinsos Provinsi Sumut yang lebih berwenang,” katanya.

Terkait bagaimana upaya Dinsos dalam memulangkan para gepeng tersebut ke daerah asalnya, Khoiruddin mengaku bahwa hampir semua gepeng yang ada di Medan sudah merasa nyaman hidup di Kota Medan sehingga tidak mau kembali ke daerah asalnya.

“Kalau memang bersedia, maka akan kita fasilitasi untuk kembali ke daerah asalnya. Kebanyakan mereka memang tidak mau karena sudah terlalu nyaman tinggal di Medan,” jelasnya.

Hal senada juga dikatakan Kasatpol PP Kota Medan, Rakhmat Harahap. Dikatakannya, bahwa penertiban gepeng sudah sangat sering dilakukan pihaknya bersama unsur kewilayahan dan OPD terkait, namun tempat penampungan gepeng tetap menjadi permasalahannya.

“Harapan kita nanti setelah tempat penampungan itu selesai dibangun, para gepeng bisa ditampung di sana, sehingga para gepeng tidak ada lagi berada di jalanan,” pungkasnya.
(map/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/