25.6 C
Medan
Tuesday, May 14, 2024

Mitra Minta Batasi Driver

Driver Minta Dirazia

Dimas, salah seorang driver Gojek roda dua menuturkan, kebijakan yang dikeluarkan itu jangan hanya sekadar menakut-nakuti driver saja. Artinya, benar-benar diterapkan dengan tegas.

“Sudah pasti mendukunglah karena sangat membantu para driver yang bekerja sungguh-sungguh mencari penumpang tanpa adanya aplikasi ‘tuyul’. Makanya, kalau bisa dirazia handphone (smartphone) setiap driver yang ada khususnya di Medan,” ungkap Dimas, salah seorang driver Gojek roda dua, Selasa (10/4).

Diutarakan pria yang sudah sekitar 2 tahunan menjadi ojek online ini, tak hanya dirazia, pihak Gojek juga harus membatasi penerimaan driver. Sebab, kabarnya sampai sekarang penerimaan masih terus dibuka walaupun pemerintah pusat telah membatasi.

“Batasi penerimaan driver, itu yang penting. Sebab, sampai sekarang jumlah driver terus bertambah,” ucapnya.

Hal senada disampaikan driver taksi online lainnya, Amri. Bahkan, kata dia, kalau bisa pengemudi yang ketahuan belum menghapus GPS palsu diblokir (suspend) permanen. “Harus benar-benar tegas, suspend dan tidak bisa masuk lagi,” ucapnya.

Pun begitu, sambungnya, walaupun sudah ada pendeteksi aplikasi ‘tuyul’ terhadap driver, sistem tetap harus diperkuat. Karena, semakin canggih sistem tetap ada juga celah untuk dibobol. “Kejahatan akan selalu ada dan terus berinovasi, makanya sistem harus terus diperbaharui untuk menutup celah,” tandasnya.

Sebelumnya, Vice President (VP) Corporate Communication Go-Jek Michael Say mengatakan, pihaknya tengah mengembangkan sistem yang dapat medeteksi GPS palsu. Kepada mitra pengemudi baik roda empat (Go-Car) maupun roda dua (Go-Ride) segera menghapus GPS palsu tersebut.

Menurutnya, sistem yang dikembangkan untuk memastikan keadilan bagi para mitra driver yang jujur dan bekerja keras membantu jutaan warga Indonesia setiap harinya. Untuk itu, diberikan kesempatan kepada mitra driver segera menghapus aplikasi GPS palsu sebelum mendapat sanksi.

“Mulai hari ini (kemarin, Red), driver yang terdeteksi memiliki tuyul maka langsung menerima notifikasi melalui smartphone mereka masing-masing. Notifikasi yang diterima, mengharuskan driver segera menghapus GPS palsu tersebut,” ungkap Michael Say.

Disebutkannya, bila driver tak menghapus GPS palsu selama 7 hari ke depan ketika menerima notifikasi, maka diberikan sanksi tak bisa mengambil bonus. Namun demikian, driver tetap bisa beroperasi menarik penumpang. Akan tetapi, sambungnya, jika sampai kurun waktu 14 hari tak juga menghapus tuyul maka diberi sanksi tegas berupa pemblokiran atau suspend.

“Kebijakan ini menjawab aspirasi mitra driver terkait dengan masalah yang sering mereka hadapi dalam mendapatkan order dari pelanggan. Diharapkan dengan penerapan kebijakan ini, mitra bisa bekerja lebih nyaman demi keluarga mereka,” ujar Michael Say.

Ia mengaku, saat ini jumlah driver yang terdata di seluruh Indonesia mencapai 1.000 lebih baik itu Go-Car ataupun Go-Ride. Namun sayangnya, ia tak merinci berapa persen yang terdeteksi menggunakan GPS palsu.

“Kalau di Jakarta, Bandung dan Surabaya sudah 80 persen menghapus atau meng-instal ulang tuyulnya. Untuk di Medan sendiri masih dalam proses pendataan dan akhir bulan ini baru bisa disampaikan,” tandas dia. (dvs/ris/ila)

 

Driver Minta Dirazia

Dimas, salah seorang driver Gojek roda dua menuturkan, kebijakan yang dikeluarkan itu jangan hanya sekadar menakut-nakuti driver saja. Artinya, benar-benar diterapkan dengan tegas.

“Sudah pasti mendukunglah karena sangat membantu para driver yang bekerja sungguh-sungguh mencari penumpang tanpa adanya aplikasi ‘tuyul’. Makanya, kalau bisa dirazia handphone (smartphone) setiap driver yang ada khususnya di Medan,” ungkap Dimas, salah seorang driver Gojek roda dua, Selasa (10/4).

Diutarakan pria yang sudah sekitar 2 tahunan menjadi ojek online ini, tak hanya dirazia, pihak Gojek juga harus membatasi penerimaan driver. Sebab, kabarnya sampai sekarang penerimaan masih terus dibuka walaupun pemerintah pusat telah membatasi.

“Batasi penerimaan driver, itu yang penting. Sebab, sampai sekarang jumlah driver terus bertambah,” ucapnya.

Hal senada disampaikan driver taksi online lainnya, Amri. Bahkan, kata dia, kalau bisa pengemudi yang ketahuan belum menghapus GPS palsu diblokir (suspend) permanen. “Harus benar-benar tegas, suspend dan tidak bisa masuk lagi,” ucapnya.

Pun begitu, sambungnya, walaupun sudah ada pendeteksi aplikasi ‘tuyul’ terhadap driver, sistem tetap harus diperkuat. Karena, semakin canggih sistem tetap ada juga celah untuk dibobol. “Kejahatan akan selalu ada dan terus berinovasi, makanya sistem harus terus diperbaharui untuk menutup celah,” tandasnya.

Sebelumnya, Vice President (VP) Corporate Communication Go-Jek Michael Say mengatakan, pihaknya tengah mengembangkan sistem yang dapat medeteksi GPS palsu. Kepada mitra pengemudi baik roda empat (Go-Car) maupun roda dua (Go-Ride) segera menghapus GPS palsu tersebut.

Menurutnya, sistem yang dikembangkan untuk memastikan keadilan bagi para mitra driver yang jujur dan bekerja keras membantu jutaan warga Indonesia setiap harinya. Untuk itu, diberikan kesempatan kepada mitra driver segera menghapus aplikasi GPS palsu sebelum mendapat sanksi.

“Mulai hari ini (kemarin, Red), driver yang terdeteksi memiliki tuyul maka langsung menerima notifikasi melalui smartphone mereka masing-masing. Notifikasi yang diterima, mengharuskan driver segera menghapus GPS palsu tersebut,” ungkap Michael Say.

Disebutkannya, bila driver tak menghapus GPS palsu selama 7 hari ke depan ketika menerima notifikasi, maka diberikan sanksi tak bisa mengambil bonus. Namun demikian, driver tetap bisa beroperasi menarik penumpang. Akan tetapi, sambungnya, jika sampai kurun waktu 14 hari tak juga menghapus tuyul maka diberi sanksi tegas berupa pemblokiran atau suspend.

“Kebijakan ini menjawab aspirasi mitra driver terkait dengan masalah yang sering mereka hadapi dalam mendapatkan order dari pelanggan. Diharapkan dengan penerapan kebijakan ini, mitra bisa bekerja lebih nyaman demi keluarga mereka,” ujar Michael Say.

Ia mengaku, saat ini jumlah driver yang terdata di seluruh Indonesia mencapai 1.000 lebih baik itu Go-Car ataupun Go-Ride. Namun sayangnya, ia tak merinci berapa persen yang terdeteksi menggunakan GPS palsu.

“Kalau di Jakarta, Bandung dan Surabaya sudah 80 persen menghapus atau meng-instal ulang tuyulnya. Untuk di Medan sendiri masih dalam proses pendataan dan akhir bulan ini baru bisa disampaikan,” tandas dia. (dvs/ris/ila)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/