MEDAN, SUMUTPOS.CO – Setelah 8 hari koma di ruang ICU Rumah Sakit Umum Sembiring, Delitua, Hamsad Rangkuti akhirnya sadarkan diri. Bahkan, sastrawan berusia 73 tahun itu, sudah dipindahkan ke ruang perawatan, ruang J 07, Lantai III.
Dengan begitu, keluarga, kerabat, dan teman penulis cerita pendek (Cerpen) “Bibir dalam Pispot”, “Sampah Bulan Desember”, Sukri Membawa Pisau Belati” dan banyak lagi itu, sudah dapat menjenguk untuk memberi semangat.
“Kemarin itu lidahnya sama sekali kelu. Sekarang mulai bergerak-gerak lidahnya. Kalau dia sadar, saya tanya ini siapa, dia hanya diam sambil terus menatap saya, ” ungkap Nurwinda Sari, isteri Hamsad Rangkuti ketika ditemui wartawan, Minggu (10/7).
Diceritakan Nurwinda, sakit Hamsad Rangkuti dideritanya sejak 2009. Saat itu, Hamsad menderita sakit jantung, hingga dioperasi di Rumah Sakit Siloam di Jakarta. Seiring berjalannya waktu, di tahun 2012 Hamsad mulai menggunakan kursi roda. Sejak saat itu pula, ia kerap meminta pulang ke Medan.
Namun diakui Nurwinda, jika permintaan itu baru dapat terlaksana di Bulan Maret 2016 lalu. Selama di Medan, mereka tinggal di rumah kerabat di Jalan Eka Sama, Medan Johor. Sejak di Medan, Nurwinda menemani suaminya, napak tilas atau berkunjung ke tempat-tempat penting bagi suaminya. Namun, kembali diakui Nurwinda jika beberapa tempat, belum sempat dikunjungiya bersama suaminya.
Dikatakan Nurwinda, Minggu pertama Ramadan 1437 H, suaminya muntah-muntah usai berbuka puasa. Kemudian mereka membawa Hamsad ke rumah sakit terdekat, yaitu Rumah Sakit Umum Sembiring. Begitu tiba di rumah sakit, Hamsad dimasukkan ke Unit Gawat Darurat (UGD). Sekitar 2 jam kemudian, Hamsad sadarkan diri, namun makin parah, hingga akhirnya koma dan dirawat di ICU.
“Itu yang saya sedihkan. Belum sempat saya bawa ke Taman Sri Deli dan juga Taman Budaya. Saya tidak tahu tempat dan tidak tahu siapa yang mau ditemui di sana,” sambung Nurwinda.
Sebelum mengakhiri, Nurwinda mengungkapkan, suaminya masih tetap menulis saat berada di kursi roda. Bahkan, masa-masa di kursi roda, suaminya juga masih dapat menghasilkan karya tulis berupa cerpen berjudul “Panggilan Rosul”.
Diakui Nurwinda, karya tulis suaminya itu sudah sangat berguna bagi dirinya dan anak-anaknya. Bahkan, sudah membahagiakan dirinya karena bisa menjejakkan kaki ke beberapa negara seperti London, Timur Tengah, Hongkong dan lainnya, berkat karya tulis suaminya.
“Kalau waktu sehat dulu, hanya waktu salat dia berhenti menulis. Kalau untuk makan dan minum, terpaksa saya suapin, ” tandas Nurwinda. (ain/adz)