25.6 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Sekda dan Warga Salahkan Sampah di Drainase, Trus…???

Foto: Tomi Sanjaya Lubis/Sumut Pos Siswi SD sedang duduk di dekat tumpukan sampah di dalam drainase di Jalan Pintu Air II Kecamatan Medan Johor, Senin (12/3).
Foto: Tomi Sanjaya Lubis/Sumut Pos
Siswi SD sedang duduk di dekat tumpukan sampah di dalam drainase di Jalan Pintu Air II Kecamatan Medan Johor, Senin (12/3).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perubahan musim kemarau ke penghujan sudah terjadi. Banjir jadi momok menakutkan bagi warga Medan. Sekda Kota Medan, Syaiful Bahri mengaku pihaknya tak ada memberi imbauan khusus pada para camat terkait drainase yang tumpat dipenuhi sampah. Karena tanpa harus diimbau, itu sudah menjadi tanggung jawab para camat.

“Ya, itu sudah tugas camat untuk menjaga wilayahnya masing-masing. Apalagi ini soal drainase dan sampah. Tidak perlu diajari lagi,” ujarnya. Syaiful juga menyalahkan masyarakat yang tak punya kesadaran menyelesaikan persoalan ini. Dia mengaku miris melihat masyarakat yang belum paham pentingnya menjaga milik bersama untuk kepentingan bersama.

“Kalau tidak ada yang buang sampah sembarangan apa masalahnya? Enggak ada ‘kan? Jadi ini ada di tangan masyarakat. Kuncinya mau atau tidak berubah,” tandasnya. Metropolitan sepertinya belum pantas disematkan ke kota Medan. Setidaknya hal ini yang dikatakan Sandy Simatupang (38), salah seorang warga Medan menanggapi banjir.

“Kenapa sering banjir, karena gorong-gorongnya itu sedikit, udah gitu kecil pula. Sementara jumlah debit air yang masuk sangat besar dan deras, sehingga tidak mampu mengalirkan air tersebut,” jelasnya.

Lanjut Koordinator Daerah LSM Reakor juga sepakat ketidak pedulian dari masyarakat juga berpengaruh terhadap sampah yang menimbun di saluran drainase. “Udah gitu warga kita juga kurang aktif atau cuek terhadap lingkungannya, tidak peduli soal sampah. Buang sampah sembarangan, nanti kalau hujan terus banjir, baru sibuk ngorek paret. Terus nyalahkan pemerintah,” ujarnya.

Dan harapannya agar pemerintah lebih banyak membuat saluran gorong-gorong, agar dapat melancarkan jalannya air hujan sehingga tidak tergenang. “Diperbanyak gorong-gorong itu, dibuat besar, jadi jumlah air pun bisa banyak yang dialirkan. Dan ada proses pemeriksaan entah berapa bulan sekali, untuk memeriksa kebersihan gorong-gorong tersebut, agar sampah didalamnya dapat dibersihkan,” harapnya.

Hal senada juga dikatakan warga lain bernama Jessica (26). Menurutnya, banjir disebabkan sampah yang menumpuk di saluran drainase. “Karena sampah pastinya, menumpuk di parit, terus gak dibersihkan lalu hujan, air gak jalan, jadinya air meluap,” ujarnya. Menurut perawat di rumah sakit swasta di Medan ini, kalau langkah yang diambil adalah aparat desa menyediakan tempat pembuangan sampah di setiap lingkungan.

“Maunya, pemerintah nyediakan lah tempat sampah, kayak tong besar gitu. Jadi masyarakat tahu buang ke mana sampahnya. Terus sering disosialisasikan lah, biar masyarakat terus ingat,” ungkapnya.

Sementara itu, menurut Mahruzar Nasution, kalau banjir itu dikarenakan aliran air dari drainase yang menuju ke sungai tidak lancar. “Banjir ya karena gak lancar arus airnya dari parit atau drainase ke sungai. Yang pasti karena sampah,” jelasnya.

Menurut pria yang berprofesi sebagai pengacara ini, kalau sampah yang menumpuk di drainase titik kota, itu sudah menjadi tanggung jawab pemerintah Medan. “Kalau udah di inti kota, itu sudah tanggung jawab Pemko. Kan itu sudah ada anggarannya, perbaikan, perawatan. Kalau tidak dikerjakan, bakalan banjir teruslah,” ungkapnya. (bay/win/deo)

Foto: Tomi Sanjaya Lubis/Sumut Pos Siswi SD sedang duduk di dekat tumpukan sampah di dalam drainase di Jalan Pintu Air II Kecamatan Medan Johor, Senin (12/3).
Foto: Tomi Sanjaya Lubis/Sumut Pos
Siswi SD sedang duduk di dekat tumpukan sampah di dalam drainase di Jalan Pintu Air II Kecamatan Medan Johor, Senin (12/3).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perubahan musim kemarau ke penghujan sudah terjadi. Banjir jadi momok menakutkan bagi warga Medan. Sekda Kota Medan, Syaiful Bahri mengaku pihaknya tak ada memberi imbauan khusus pada para camat terkait drainase yang tumpat dipenuhi sampah. Karena tanpa harus diimbau, itu sudah menjadi tanggung jawab para camat.

“Ya, itu sudah tugas camat untuk menjaga wilayahnya masing-masing. Apalagi ini soal drainase dan sampah. Tidak perlu diajari lagi,” ujarnya. Syaiful juga menyalahkan masyarakat yang tak punya kesadaran menyelesaikan persoalan ini. Dia mengaku miris melihat masyarakat yang belum paham pentingnya menjaga milik bersama untuk kepentingan bersama.

“Kalau tidak ada yang buang sampah sembarangan apa masalahnya? Enggak ada ‘kan? Jadi ini ada di tangan masyarakat. Kuncinya mau atau tidak berubah,” tandasnya. Metropolitan sepertinya belum pantas disematkan ke kota Medan. Setidaknya hal ini yang dikatakan Sandy Simatupang (38), salah seorang warga Medan menanggapi banjir.

“Kenapa sering banjir, karena gorong-gorongnya itu sedikit, udah gitu kecil pula. Sementara jumlah debit air yang masuk sangat besar dan deras, sehingga tidak mampu mengalirkan air tersebut,” jelasnya.

Lanjut Koordinator Daerah LSM Reakor juga sepakat ketidak pedulian dari masyarakat juga berpengaruh terhadap sampah yang menimbun di saluran drainase. “Udah gitu warga kita juga kurang aktif atau cuek terhadap lingkungannya, tidak peduli soal sampah. Buang sampah sembarangan, nanti kalau hujan terus banjir, baru sibuk ngorek paret. Terus nyalahkan pemerintah,” ujarnya.

Dan harapannya agar pemerintah lebih banyak membuat saluran gorong-gorong, agar dapat melancarkan jalannya air hujan sehingga tidak tergenang. “Diperbanyak gorong-gorong itu, dibuat besar, jadi jumlah air pun bisa banyak yang dialirkan. Dan ada proses pemeriksaan entah berapa bulan sekali, untuk memeriksa kebersihan gorong-gorong tersebut, agar sampah didalamnya dapat dibersihkan,” harapnya.

Hal senada juga dikatakan warga lain bernama Jessica (26). Menurutnya, banjir disebabkan sampah yang menumpuk di saluran drainase. “Karena sampah pastinya, menumpuk di parit, terus gak dibersihkan lalu hujan, air gak jalan, jadinya air meluap,” ujarnya. Menurut perawat di rumah sakit swasta di Medan ini, kalau langkah yang diambil adalah aparat desa menyediakan tempat pembuangan sampah di setiap lingkungan.

“Maunya, pemerintah nyediakan lah tempat sampah, kayak tong besar gitu. Jadi masyarakat tahu buang ke mana sampahnya. Terus sering disosialisasikan lah, biar masyarakat terus ingat,” ungkapnya.

Sementara itu, menurut Mahruzar Nasution, kalau banjir itu dikarenakan aliran air dari drainase yang menuju ke sungai tidak lancar. “Banjir ya karena gak lancar arus airnya dari parit atau drainase ke sungai. Yang pasti karena sampah,” jelasnya.

Menurut pria yang berprofesi sebagai pengacara ini, kalau sampah yang menumpuk di drainase titik kota, itu sudah menjadi tanggung jawab pemerintah Medan. “Kalau udah di inti kota, itu sudah tanggung jawab Pemko. Kan itu sudah ada anggarannya, perbaikan, perawatan. Kalau tidak dikerjakan, bakalan banjir teruslah,” ungkapnya. (bay/win/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/