30 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Januari Puncak La Nina, 14 Provinsi Terancam Hujan Tinggi

Foto: Agus Purwadi/Radar Tasikmalaya Diduga akibat terkikis air, jembatan di Jalan Raya Brigjen M Isa, Kota Banjar, Minggu tengah malam ambrol lebih dari 5 meter. Dan hingga Senin (10/10) kemarin, tak bisa dilalui kendaraan.
Foto: Agus Purwadi/Radar Tasikmalaya
Diduga akibat terkikis air, jembatan di Jalan Raya Brigjen M Isa, Kota Banjar, Minggu tengah malam ambrol lebih dari 5 meter. Dan hingga Senin (10/10) kemarin, tak bisa dilalui kendaraan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Hujan yang turun di Indonesia terus menjadi lebih parah di beberapa hari belakangan. Hal tersebut membuat bencana banjir dan longsor bermunculan di Indonesia terutama wilayah Jawa. Bencana seperti yang menimpa Kota Banjar dan Pangandaran, Jawa Barat, kemarin (10/10), dinilai bisa jadi sekadar pintu dari bencana yang bakal dipicu puncak La Nina Januari tahun depan.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dalam dua hari terakhir telah terjadi banjir dan longsor di Banjar dan Pagandaran. Banjir-longsor tersebut dipicu dari hujan deras yang terjadi dua hari berturut-turut.

Banjar misalnya. Banjir akibat hujan sendiri menimpa empat desa yang merendam rumah sedalam 20-70 cm. Antara lain, 25 rumah di Desa Mulyasari Kecamatan Patarungan; 45 rumah di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman; dan 55 rumah di Desa Raharja Kecamatan Purwaharja.

“Untuk jumlah rumah yang terendam di Desa Belokang, Desa Jajawar Kecamatan Banjar masih didata,” imbuhnya kepada Jawa Pos (grup Sumut Pos) kemarin (10/10).

Pada saat yang sama, kejadian longsor juga terjadi di empat desa yang mengakibatkan 11 rumah rusak sedang dan memutuskan jalan protokol nasional. Rumah yang semua berlokasi di Kecamatan Patarungan yakni, Desa Batulawang, Desa Karyamukti, Desa Mulyasari, Desa Pataruman, Desa Sukamukti. Beruntung, pemilik rumah selamat dan saat ini mengungsi di kerabat.

“Pukul 17.30 WIB, jalan nasional di Kampung Waung Batok tertimbun tapi sudah berhasil dibersihkan. Tapi, pukul 22.00 WIB, jalan nasional yang di Blok Katapang menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Tengah justru amblas karena longsor,” imbuhnya.

Bagian jalan yang rusak diakui sepanjang 15 meter dan selebar 16 meter. Akibatnya, dua unit rumah terancam tertimbun dan lima jiwa harus mengungsi. “Dari pengamatan kami, hujan deras dan tersumbatnya aliran sungai oleh sampah mengikis pondasi jalan,” ungkapnya.

Di sisi lain, Kabupaten Pangandaran juga terkena banjir bandang dan tanah longsor. Kejadian Sabtu (9/10) kemarin pada pukul 19.00 WIB menimpa 10 kecamatan. Salah satunya, banjir Kecamata Pangandara yang memaksa 595 jiwa mengungsi sementara. Kemudian, arus singai Cipurapinggan yang meluap di Kecamatan Kalupucang dan membuat Jembatan Putrapinggan amblas. Padahal, jembatan itulah yang menghubungkan Desa Putrapinggan dengan Desa Babakan.

“Akibat kejadian tersebut jalur utama lalu lintas dari arah Banjar-Pangandaran tidak bisa dilalui oleh kendaraan macet total,” terangnya.

Korban meninggal ditemukan di Desa Ciparakan karena ada rumah yang terkena longsor. Satu orang meninggal adalah iqbal, 7, yang tinggal di rumah tersebut. Sementara, di Kecamatan Langkaplancar terdapat satu lagi korban meninggal yakni, Barjo, 53, yang tinggal di Dusun Ciranto Desa Jadimulya.

“Di kebanyakan kecamatan, ada ratusan rumah yang terendam. Misalnya, Kecamatan Padaherang dengan 253 rumah terendam. Lalu, Kecamatan Cijulang dengan 314 keluarga yang terdampak. Bahkan, di Kecamatan Mangunjaya terdapat 997 keluarga yang terdampak,” ungkapnya.

Terkait penanggulangan, Sutopo menyatakan bahwa pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memulai penanganan darurat dan memperbaiki jalan-jalan yang terdampak.

Di sisi lain, pihaknya juga terus bersiaga untuk mengantisipasi bencana-bencana banjir tiga bulan kedepan. Pasalnya, bencana-bencana yang terjadi tahun ini dinilai hanya sebagai permulaan. Menurutnya, curah hujan akan terus meninggi hingga puncak bulan Januari nanti.

’’Kalau dari kami pasti siapkan semua tenaga untuk merespon bencana-bencana yang ada. Sehinga, korban-korban fatal bisa terminimalisir,’’ ungkapnya.

Foto: Agus Purwadi/Radar Tasikmalaya Diduga akibat terkikis air, jembatan di Jalan Raya Brigjen M Isa, Kota Banjar, Minggu tengah malam ambrol lebih dari 5 meter. Dan hingga Senin (10/10) kemarin, tak bisa dilalui kendaraan.
Foto: Agus Purwadi/Radar Tasikmalaya
Diduga akibat terkikis air, jembatan di Jalan Raya Brigjen M Isa, Kota Banjar, Minggu tengah malam ambrol lebih dari 5 meter. Dan hingga Senin (10/10) kemarin, tak bisa dilalui kendaraan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Hujan yang turun di Indonesia terus menjadi lebih parah di beberapa hari belakangan. Hal tersebut membuat bencana banjir dan longsor bermunculan di Indonesia terutama wilayah Jawa. Bencana seperti yang menimpa Kota Banjar dan Pangandaran, Jawa Barat, kemarin (10/10), dinilai bisa jadi sekadar pintu dari bencana yang bakal dipicu puncak La Nina Januari tahun depan.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dalam dua hari terakhir telah terjadi banjir dan longsor di Banjar dan Pagandaran. Banjir-longsor tersebut dipicu dari hujan deras yang terjadi dua hari berturut-turut.

Banjar misalnya. Banjir akibat hujan sendiri menimpa empat desa yang merendam rumah sedalam 20-70 cm. Antara lain, 25 rumah di Desa Mulyasari Kecamatan Patarungan; 45 rumah di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman; dan 55 rumah di Desa Raharja Kecamatan Purwaharja.

“Untuk jumlah rumah yang terendam di Desa Belokang, Desa Jajawar Kecamatan Banjar masih didata,” imbuhnya kepada Jawa Pos (grup Sumut Pos) kemarin (10/10).

Pada saat yang sama, kejadian longsor juga terjadi di empat desa yang mengakibatkan 11 rumah rusak sedang dan memutuskan jalan protokol nasional. Rumah yang semua berlokasi di Kecamatan Patarungan yakni, Desa Batulawang, Desa Karyamukti, Desa Mulyasari, Desa Pataruman, Desa Sukamukti. Beruntung, pemilik rumah selamat dan saat ini mengungsi di kerabat.

“Pukul 17.30 WIB, jalan nasional di Kampung Waung Batok tertimbun tapi sudah berhasil dibersihkan. Tapi, pukul 22.00 WIB, jalan nasional yang di Blok Katapang menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Tengah justru amblas karena longsor,” imbuhnya.

Bagian jalan yang rusak diakui sepanjang 15 meter dan selebar 16 meter. Akibatnya, dua unit rumah terancam tertimbun dan lima jiwa harus mengungsi. “Dari pengamatan kami, hujan deras dan tersumbatnya aliran sungai oleh sampah mengikis pondasi jalan,” ungkapnya.

Di sisi lain, Kabupaten Pangandaran juga terkena banjir bandang dan tanah longsor. Kejadian Sabtu (9/10) kemarin pada pukul 19.00 WIB menimpa 10 kecamatan. Salah satunya, banjir Kecamata Pangandara yang memaksa 595 jiwa mengungsi sementara. Kemudian, arus singai Cipurapinggan yang meluap di Kecamatan Kalupucang dan membuat Jembatan Putrapinggan amblas. Padahal, jembatan itulah yang menghubungkan Desa Putrapinggan dengan Desa Babakan.

“Akibat kejadian tersebut jalur utama lalu lintas dari arah Banjar-Pangandaran tidak bisa dilalui oleh kendaraan macet total,” terangnya.

Korban meninggal ditemukan di Desa Ciparakan karena ada rumah yang terkena longsor. Satu orang meninggal adalah iqbal, 7, yang tinggal di rumah tersebut. Sementara, di Kecamatan Langkaplancar terdapat satu lagi korban meninggal yakni, Barjo, 53, yang tinggal di Dusun Ciranto Desa Jadimulya.

“Di kebanyakan kecamatan, ada ratusan rumah yang terendam. Misalnya, Kecamatan Padaherang dengan 253 rumah terendam. Lalu, Kecamatan Cijulang dengan 314 keluarga yang terdampak. Bahkan, di Kecamatan Mangunjaya terdapat 997 keluarga yang terdampak,” ungkapnya.

Terkait penanggulangan, Sutopo menyatakan bahwa pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memulai penanganan darurat dan memperbaiki jalan-jalan yang terdampak.

Di sisi lain, pihaknya juga terus bersiaga untuk mengantisipasi bencana-bencana banjir tiga bulan kedepan. Pasalnya, bencana-bencana yang terjadi tahun ini dinilai hanya sebagai permulaan. Menurutnya, curah hujan akan terus meninggi hingga puncak bulan Januari nanti.

’’Kalau dari kami pasti siapkan semua tenaga untuk merespon bencana-bencana yang ada. Sehinga, korban-korban fatal bisa terminimalisir,’’ ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/