MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kebakaran kembali merenggut korban jiwa. Pasangan suami isteri (pasutri), Ridwan Ginting (48) dan Rosmawati (43), ditemukan tewas di rumah kos-kosan di Jalan Kemiri III No 24, Simpang Limun, Kel. Sudirejo II, Kec. Medan Kota, Selasa (11/2) sekitar pukul 01.30 dini hari. Saat dievakuasi petugas, keduanya dalam posisi berpelukan di dalam kamar mandi. Mirisnya lagi, Rosmawati dalam kondisi hamil 5 bulan.
“Astagfirullah, dia (Rosmawati) lagi hamil 5 bulan itu. Karena dia juga baru menikah,” ujar Hj.Nurhijana alias Kinong alias Mami (55), pemilik rumah yang terkejut mengetahui pasutri penjaga rumahnya sekaligus dijadikan kos-kosan itu jadi korban.
Kebakaran itu sendiri terjadi saat wilayah sekitar lokasi mendapat giliran pemadaman arus listrik oleh PLN sejak pukul 21.00 Wib. Karena itu, diketahui kamar yang dihuni pasangan baru menikah tak sampai setahun tersebut memasang lilin.
Sekira pukul 01.30 Wib, listrik kembali menyala. Saat itu pula warga melihat jilatan api di kamar kos di lantai 2 yang dihuni Ridwan dan Rosmawati.
“Tak lama setelah listrik hidup saya melihat percikan api di lantai 2 rumah itu. Makanya saya kemudian teriak dan menggedor pintu pagar rumah bu Kinong supaya para penghuni yang ada di dalam rumah tersebut keluar,” ucap Andrianto, penjaga malam di lingkungan sekitar rumah itu.
Sayangnya, katanya, teriakannya hanya didengar pemilik rumah, Kinong yang tinggal di lantai satu. Kinong pun keluar dari dalam rumahnya. Sedangkan, para penghuni lainnya tak kunjung keluar.
“Cepat kali percikannya berubah jadi besar hingga api tersebut membakar atap rumah. Namun, saat itu saya dengar di lantai dua ada suara teriakan kebakaran, kebakaran, kebakarn. Namun, orang yang berteriak itu nggak muncul-muncul,” ucapnya.
Sementara itu, sebagian warga yang melihat kebakaran tersebut berusaha memadamkan api dengan alat seadanya. Berselang beberapa menit kemudian, 10 mobil Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan terjun ke lokasi.
Setelah berjuang memadamkan api lebih kurang 1 jam, petugas pemadam kebakaran dibantu warga berhasil menjinakkan si jago merah. Petugas pemadam lantas memadamkan sisa-sisa api yang berada di lantai dua. Saat itulah petugas mendapati sosok Ridwan dan Rosmawati tewas terpanggang di dalam kamar mandi yang berada di ujung lantai 2.
Melihat 2 sosok mayat yang tewas dalam posisi terduduk tersebut dan saling berpelukan itu, petugas pemadam kebakaran berkordinasi dengan petugas Polsek Medan Kota di lokasi. Bersama tokoh masyarakat, petugas Polsek Medan Kota dan petugas pemadam kebakaran kemudian mendatangi kedua mayat tersebut.
Di situlah diketahui, kalau kedua mayat tersebut merupakan mayat pasutri, Ridwan dan Rosmawati yang ngekos di kediaman Kinong. Setelah mengetahui identitas mayat tersebut, petugas pemadam kebakaran yang tadinya sempat berhenti menjinakkan sisa-sisa api kembali melanjutkan tugasnya.
Kanit Reskrim Polsekta Medan Kota, AKP Faidir Chaniago membenarkan adanya korban jiwa atas kebakaran tersebut. “Selanjutnya, kedua mayat tersebut kita bawa ke RS Pirngadi untuk di otopsi. Namun, pihak keluarga korban keberatan untuk dilakukannya otopsi,” ucapnya.
Sementara itu, mengenai penyebab kebakaran tersebut, Faidir belum dapat memastikannya. “Kita tunggu aja hasil dari tim Labfor Poldasu. Pasalnya, hingga saat ini sendiri masih kita selidiki,” pungkasnya.
Amatan wartawan di lokasi kejadian, jenazah Rosmawati ditemukan dengan posisi duduk di samping bak dengan posisi kepala tertunduk di paha Ridwan. Sementara itu, Ridwan ditemukan dengan posisi tubuh telentang dengan posisi kepala berada tepat di muka pintu kamar mandi.
Petugas evakuasi sempat mengalami kesulitan, akibat kondisi kamar mandi yang sempit. Setelah memakan waktu kurang lebih 20 menit, akhirnya petugas berhasil mengeluarkan korban.
Saat dievakuasi, Rosmawati tampak hanya memakai kaus kaki di tubuhnya. Sedangkan Ridwan sendiri saat dievakuasi hanya mengenakan celana panjang.
“Dengan posisi kedua korban yang kita temukan berhimpitan tersebut, kita berasumsi kalau mereka menggunakan air yang ada di kamar mandi untuk menyelamatkan diri. Namun, kedua korban gagal, lantaran api saat itu memang cukup besar,” ungkap seorang petugas pemadam kebakaran yang mengevakuasi, Nurdin.
FORENSIK: BENAR HAMIL
Di tempat terpisah, Kepala Instalasi Forensik RSUD Dr Pirngadi Medan dr Surjit Singh SpF belum bisa memastikan penyebab kematian pasangan suami istri itu. Pasalnya, pihaknya baru melakukan pemeriksaan luar, dan bukan visum dalam.
“Kita nggak bisa memastikan penyebab kematiannya karena hanya visum luar saja. Hanya dijumpai luka bakar yang bisa menyebabkan kematian, tapi nggak tau pasti penyebabnya. Untuk mengetahuinya harus dilakukan autopsi,” terang Surjit, didampingi dr Desi SpF, sembari mengaku menunggu persetujuan pihak keluarga untuk visum dalam.
Surjit menerangkan, bahwa korban Ridwan Ginting mengalami luka bakar grade 4,5 atau 90 persen dan Rosmawati mengalami luka bakar grade 3,5 atau 80 persen. “Kalau grade 4,5 itu tidak sampai mengarang hanya menghitam aja, nggak habis ototnya,” sambung Surjit.
Terkait kehamilan Rosmawati, Surjit membenarkan korban tengah berbadan dua. “Benar hamil tapi tidak bisa dipastikan berapa bulan lantaran tak diotopsi,” ujarnya mengakhiri.
KOS-KOSAN RESAHKAN WARGA
Di balik peristiwa kebakaran yang menewaskan pasutri Ridwan dan Rosmawati, warga berceloteh lokasi kejadian. Menurut warga dan dibenarkan kepala lingkungan, keberadaan kos yang sudah beroperasi 10 tahun tersebut sudah meresahkan warga.
Keresahan warga tersebut dikarenkan para penghuni kos mayoritas wanita-wanita muda yang kerap terlihat keluar masuk dengan busana minim.
“Kos-kosan tak beresnya itu. Warga sini sudah resah sama kos itu. Kayak mana lah pula, yang disitu cewek-cewek malam semua. Tak ada beresnya,” keluh seorang ibu yang ditemui di sekitar lokasi.
Kepala Lingkungan VII Kel. Sudirejo II, Kec. Medan Kota Marlohot Hasibuan (42) mengakui hal tersebut. Dikatakannya, jika ia pun tak mengetahui siapa-siapa saja penghuni sah kos-kosan berlantai II tersebut.
“Kami dari perangkat lingkungan juga tak tahu siapa saja penghuni kos-kosan ini. Karena pemiliknya pun tak pernah kordinasi sama kita soal kos-kosan ini,” katanya.
Dikatakannya, menanggapi keresahan warga pihaknya telah berkali-kali menegur pemilik kos agar memperhatikan para penyewa kamar supaya tidak terlalu bebas. Akan tetapi sepertinya upaya itu tak terealisasi. “Sudah berkali-kali kita tegur ini. Cuma tak juga ada perubahannya,” tambah Kepling.
Tak hanya upaya itu saja, ia pun telah meminta pihak Polmas untuk melakukan razia bersama-sama terhadap kos-kosan di sekitar lingkungannya. “Sudah kita minta juga Polmas, supaya bersama-sama merazia. Tapi sampai sekarang juga belum terealisasi,” tambahnya.
Dijelaskannya, guna menekan kebebasan kos-kosan yang melebihi tahap kewajaran itu. Ia pun membentuk tim jaga malam dengan harapan bisa memantau siapa-siapa saja orang yang kerap mendatangi kos-kosan tersebut. “Jaga malam lah kita bentuk, supaya orang tidak terlalu bebas. Dan masih berjalan sampai sekarang ini,” kata Hasibuan.
Tak hanya kos-kosan milik Kinong di Jl. Kemiri III, kos-kosan miliknya di gang Simpati pun diminta warga untuk dirazia karena kerap menjadi lokasi berkumpulnya para gadis-gadis muda.
“Razia itu kosnya yang di Gang Simpati, tempat prostitusi itu. Entah pun ada traficking disitu,” pinta beberapa ibu-ibu yang tak jauh dari lokasi.
Menanggapi itu, Kanit Reskrim Polsek Medan Kota AKP Faidir Chaniago, SH mengatakan pihaknya akan melakukan penyelidikan. “Terima kasih atas informasi warga, akan kita selidiki kebenarannya ya,” sahutnya. (ind/wel/tun/bud)