25.6 C
Medan
Monday, June 3, 2024

Trauma Berat, Kinara Belum Bisa Diajak Bercerita

Dra Irna Minauli Msi, Direktur Biro Psikologi Persona Medan
Dra Irna Minauli Msi, Direktur Biro Psikologi Persona Medan

Sebelumnya, seorang Psikolog, Dra Irna Minauli Msi ketika diwawancarai wartawan, Senin (10/4) siang menyebut, Kinara harus diberi penanganan psikologis. Disebut Irna, dengan penanganan psikologis yang tepat, membuat korban dapat kembali beradaptasi dengan baik.

“Tentu saja Kinara perlu mendapatkan perlindungan, baik dari pemerintah atau lembaga terkait. Dia juga sebagai korban dan dapat terancam,” ungkap Irna.

Selain itu, bocah 4 tahun itu juga menjadi saksi kunci atas kasus yang menimpa seluruh keluarganya. Disebut Irna, Kinara akan mengalami trauma, ketika menjawab pertanyaan, karena akan mengingat kejadian yang disaksikannya. Bahkan, disebut Irna trauma itu bisa semakin besar.

“Selain dihantui ketakutan, mereka juga disertai rasa bersalah karena hanya dia yang selamat, ” lanjut Irna.

Meski begitu, Irna menilai, Kepolisian yang menangani kasus itu, tentu telah memahami kondisi psikologis Kinara. Dikatakan Irna, Polisi tidak akan terburu-buru menggali informasi. Irna meyakini Polisi memahami kondisi psikologis yang tidak stabil karena trauma yang membesar, mempengaruhi keakuratan informasi.

“Tanda-tanda trauma yang biasa muncul adalah mimpi buruk serta terjadi regresi yaitu kemunduran dalam perkembangan anak. Misaln anak mengompol, padahal sebelumnya sudah bisa ke kamar mandi sendiri, ” ujar Direktur Minauli Consulting itu.

Sebelum mengakhiri, Irna mengatakan, metode yang biasa dilakukan untuk anak yakni secara tidak langsung. Misalnya dengan terapi bermain (play therapy) atau menggambar (art therapy). Disebut Irna, rasa aman yang diberikan terlebih dahulu membuat, Kinara dapat dan mau bekerjasama dengan baik. (ain/adz)

Dra Irna Minauli Msi, Direktur Biro Psikologi Persona Medan
Dra Irna Minauli Msi, Direktur Biro Psikologi Persona Medan

Sebelumnya, seorang Psikolog, Dra Irna Minauli Msi ketika diwawancarai wartawan, Senin (10/4) siang menyebut, Kinara harus diberi penanganan psikologis. Disebut Irna, dengan penanganan psikologis yang tepat, membuat korban dapat kembali beradaptasi dengan baik.

“Tentu saja Kinara perlu mendapatkan perlindungan, baik dari pemerintah atau lembaga terkait. Dia juga sebagai korban dan dapat terancam,” ungkap Irna.

Selain itu, bocah 4 tahun itu juga menjadi saksi kunci atas kasus yang menimpa seluruh keluarganya. Disebut Irna, Kinara akan mengalami trauma, ketika menjawab pertanyaan, karena akan mengingat kejadian yang disaksikannya. Bahkan, disebut Irna trauma itu bisa semakin besar.

“Selain dihantui ketakutan, mereka juga disertai rasa bersalah karena hanya dia yang selamat, ” lanjut Irna.

Meski begitu, Irna menilai, Kepolisian yang menangani kasus itu, tentu telah memahami kondisi psikologis Kinara. Dikatakan Irna, Polisi tidak akan terburu-buru menggali informasi. Irna meyakini Polisi memahami kondisi psikologis yang tidak stabil karena trauma yang membesar, mempengaruhi keakuratan informasi.

“Tanda-tanda trauma yang biasa muncul adalah mimpi buruk serta terjadi regresi yaitu kemunduran dalam perkembangan anak. Misaln anak mengompol, padahal sebelumnya sudah bisa ke kamar mandi sendiri, ” ujar Direktur Minauli Consulting itu.

Sebelum mengakhiri, Irna mengatakan, metode yang biasa dilakukan untuk anak yakni secara tidak langsung. Misalnya dengan terapi bermain (play therapy) atau menggambar (art therapy). Disebut Irna, rasa aman yang diberikan terlebih dahulu membuat, Kinara dapat dan mau bekerjasama dengan baik. (ain/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/