30 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Parmalim Mulai Ajari Anak Aksara Batak, Manortor & Musik Batak

Foto: repro/Pran Hasibuan/Sumut Pos
Penganut Parmalim, agama leluhur suku Batak, mengajari anak-anak mereka tentang ritual ugamo Batak.

Penghayat kepercayaan seperti Ugamo Bangso Batak (UBB), belum melakukan perayaan atau syukuran atas putusan MK yang mengabulkan gugatan mereka. Mereka hanya melakukan ritual ibadah sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, setelah mendengar berita putusan MK tersebut.

———————————–

PRAN HASIBUAN, Medan

———————————–

SETIAP 29 Maret 2018, UBB baru merayakan sekaligus memeringati hari lahir leluhur mereka. Ritual dan doa yang mereka panjatkan biasanya dilakukan saat tengah malam, seperti Salat Tahajud umat Muslim. Mereka berencana, pada tanggal itu akan membuat perayaan atas putusan MK ini.

“Sejak menang di MK, kami memang belum ada syukuran apapun. Hanya membuat ritual dan ibadah dengan memakai ulos Batak. Kami mohonkan kepada leluhur sebagai ucapan terima kasih,” kata Ketua Adat UBB Arnold Purba kepada Sumut Pos.

Jika semua proses berjalan lancar, UBB berniat melakukan perayaan atas putusan MK ini pada 29 Maret 2018. “Di situlah nanti kami panjatkan doa dan ucapan terima kasih atas berkat leluhur ini. Juga untuk segenap pihak dan masyarakat yang telah mendukung kami,” ucapnya.

Pun begitu, ungkap Arnold, saat ini sudah ada Permendikbud yang menyatakan para pengajar anak penghayat adalah dari kelompok mereka sendiri. Semua fasilitas dan biaya itu dibantu pemerintah. Termasuk lokasi dan sarana ibadah yang mereka buat.

“Sekarang saya mengajari anak-anak tentang kebudayaan, aksara Batak, manortor Batak, belajar musik Batak dan lainnya. Saya kemarin dibantu Rp100 juta oleh pemerintah. Mereka tinjau segala kesiapan dan sarana yang kita miliki. Uang itu kami bangunkan fasilitas ibadah, membeli alat musik, buku-buku pelajaran dan lain sebagainya. Nyatanya kita bisa eksis sampai sekarang,” katanya.

Dia juga mulai mendekatkan anak-anaknya di setiap acara-acara kesenian dan kebudayaan. Salah satunya belum lama ini seperti ada acara pelantikan di Universitas Sumatera Utara. “Dan kalau tidak ada halangan, tanggal 16 ini kami menghadiri undangan di Taman Budaya Sumatera Utara. Tadi pun (Minggu) baru siap hadiri acara dayang-dayang pengantin Batak Toba,” ungkap warga Bagan Deli, Belawan ini.

Kelompok penghayat UBB tidak mau dibilang Parmalim. Karena ada perbedaan ritual dan ibadah yang mereka lakukan. Menurut Arnold, saat ini ada jutaan kepala keluarga (KK) yang tersebar di Indonesia sebagai penganut UBB.

“Dasar kepercayaan kami memang mirip dengan Parmalim. Cuma berbeda di ritualnya. Kalau di Ugamo Bangso Batak, menurut kami manusia pertama kali diciptakan di Sianjurmula-mula, Samosir. Artinya kan itu awal dari semua. Kita tetap sering bareng dengan mereka (Parmalim), tapi saya gak mau singgung terlalu jauh. Di sejarah Batak sudah cukup jelas latar belakang antara kami dan Parmalim. Bahkan kami tetap panggil Tuhan sama dengan sebutan Ompu Nabolon atau Mula Jadi Nabolon,” terangnya.

Foto: repro/Pran Hasibuan/Sumut Pos
Penganut Parmalim, agama leluhur suku Batak, mengajari anak-anak mereka tentang ritual ugamo Batak.

Penghayat kepercayaan seperti Ugamo Bangso Batak (UBB), belum melakukan perayaan atau syukuran atas putusan MK yang mengabulkan gugatan mereka. Mereka hanya melakukan ritual ibadah sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, setelah mendengar berita putusan MK tersebut.

———————————–

PRAN HASIBUAN, Medan

———————————–

SETIAP 29 Maret 2018, UBB baru merayakan sekaligus memeringati hari lahir leluhur mereka. Ritual dan doa yang mereka panjatkan biasanya dilakukan saat tengah malam, seperti Salat Tahajud umat Muslim. Mereka berencana, pada tanggal itu akan membuat perayaan atas putusan MK ini.

“Sejak menang di MK, kami memang belum ada syukuran apapun. Hanya membuat ritual dan ibadah dengan memakai ulos Batak. Kami mohonkan kepada leluhur sebagai ucapan terima kasih,” kata Ketua Adat UBB Arnold Purba kepada Sumut Pos.

Jika semua proses berjalan lancar, UBB berniat melakukan perayaan atas putusan MK ini pada 29 Maret 2018. “Di situlah nanti kami panjatkan doa dan ucapan terima kasih atas berkat leluhur ini. Juga untuk segenap pihak dan masyarakat yang telah mendukung kami,” ucapnya.

Pun begitu, ungkap Arnold, saat ini sudah ada Permendikbud yang menyatakan para pengajar anak penghayat adalah dari kelompok mereka sendiri. Semua fasilitas dan biaya itu dibantu pemerintah. Termasuk lokasi dan sarana ibadah yang mereka buat.

“Sekarang saya mengajari anak-anak tentang kebudayaan, aksara Batak, manortor Batak, belajar musik Batak dan lainnya. Saya kemarin dibantu Rp100 juta oleh pemerintah. Mereka tinjau segala kesiapan dan sarana yang kita miliki. Uang itu kami bangunkan fasilitas ibadah, membeli alat musik, buku-buku pelajaran dan lain sebagainya. Nyatanya kita bisa eksis sampai sekarang,” katanya.

Dia juga mulai mendekatkan anak-anaknya di setiap acara-acara kesenian dan kebudayaan. Salah satunya belum lama ini seperti ada acara pelantikan di Universitas Sumatera Utara. “Dan kalau tidak ada halangan, tanggal 16 ini kami menghadiri undangan di Taman Budaya Sumatera Utara. Tadi pun (Minggu) baru siap hadiri acara dayang-dayang pengantin Batak Toba,” ungkap warga Bagan Deli, Belawan ini.

Kelompok penghayat UBB tidak mau dibilang Parmalim. Karena ada perbedaan ritual dan ibadah yang mereka lakukan. Menurut Arnold, saat ini ada jutaan kepala keluarga (KK) yang tersebar di Indonesia sebagai penganut UBB.

“Dasar kepercayaan kami memang mirip dengan Parmalim. Cuma berbeda di ritualnya. Kalau di Ugamo Bangso Batak, menurut kami manusia pertama kali diciptakan di Sianjurmula-mula, Samosir. Artinya kan itu awal dari semua. Kita tetap sering bareng dengan mereka (Parmalim), tapi saya gak mau singgung terlalu jauh. Di sejarah Batak sudah cukup jelas latar belakang antara kami dan Parmalim. Bahkan kami tetap panggil Tuhan sama dengan sebutan Ompu Nabolon atau Mula Jadi Nabolon,” terangnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/