26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Idih.. 70 Persen Drainase di Medan Sumbat dan Dangkal

Akibat dari prilaku warga Kota Medan yang suka membuang sampah secara sembarangan, bukan hanya drainase yang bermasalah. Sungai juga turut menjadi dangkal. Akibatnya, ketika terjadi hujan di daerah pegungan, Kota Medan terkena banjir.

“Karena sungai-sungai di Kota Medan ini dangkal, debit air yang dikirim dari pegunungan tidak mampu ditampung. Akibatnya, air sungai meluap dan membanjiri sejumlah kawasan,” jelasnya.

Randiman meminta agar Badan Wilayah Sungai (BWS) Sumut memerhatian kondisi ini. Termasuk meminta dilakukan normalisasi sungai yang mengalami pendakalan. “Melalui normalisasi sungai kita dapat menekan genangan air yang terjadi selama ini,” harapnya.

Selain itu juga, Randiman juga meminta kepada camat untuk segera membentuk posko banjir mengingat Kota Medan akan menghadapi musim penghujan. Dia tidak mau mendengar ada masyarakat yang mengalami kebanjiran tidak ditangani segera.

Sementara itu, Pengamat Tata Kota, Bhakti Alamsyah pesimis persoalan banjir di Kota Medan bisa teratasi secepatnya. Sebab, selama ini Pemko Medan kurang matang dalam melakukan kajian, khususnya dalam pembangunan.

“Selama ini pengembang satu perumahan mudah mendapat izin. Akibatnya, mereka asal membangun tanpa memperhatikan aspek lingkungan. Seharusnya pengembang diwajibkan mendirikan fasilitas umum, sosial dan ruang terbuka hijau,” jelasnya.

Pengamat dari Universitas Panca Budi Medan tersebut, menilai akibat minimnya ruang terbuka hijau, maka serapan air hujan menjadi kecil. “Semua air hujan mengalir ke drainase yang kecil. Karena drainase tidak mampu menampung debit air, maka terjadi banjir,” tambahnya.

Bhakti berpesan agar Wali Kota Medan yang baru nanti lebih mengutamakan persoalan banjir ini. “Pemko Medan harus duduk bersama Kabupaten Deliserdang dan daerah lainnya untuk membahas penyelesaian banjir ini,” pungkasnya. (prn/dek)

Akibat dari prilaku warga Kota Medan yang suka membuang sampah secara sembarangan, bukan hanya drainase yang bermasalah. Sungai juga turut menjadi dangkal. Akibatnya, ketika terjadi hujan di daerah pegungan, Kota Medan terkena banjir.

“Karena sungai-sungai di Kota Medan ini dangkal, debit air yang dikirim dari pegunungan tidak mampu ditampung. Akibatnya, air sungai meluap dan membanjiri sejumlah kawasan,” jelasnya.

Randiman meminta agar Badan Wilayah Sungai (BWS) Sumut memerhatian kondisi ini. Termasuk meminta dilakukan normalisasi sungai yang mengalami pendakalan. “Melalui normalisasi sungai kita dapat menekan genangan air yang terjadi selama ini,” harapnya.

Selain itu juga, Randiman juga meminta kepada camat untuk segera membentuk posko banjir mengingat Kota Medan akan menghadapi musim penghujan. Dia tidak mau mendengar ada masyarakat yang mengalami kebanjiran tidak ditangani segera.

Sementara itu, Pengamat Tata Kota, Bhakti Alamsyah pesimis persoalan banjir di Kota Medan bisa teratasi secepatnya. Sebab, selama ini Pemko Medan kurang matang dalam melakukan kajian, khususnya dalam pembangunan.

“Selama ini pengembang satu perumahan mudah mendapat izin. Akibatnya, mereka asal membangun tanpa memperhatikan aspek lingkungan. Seharusnya pengembang diwajibkan mendirikan fasilitas umum, sosial dan ruang terbuka hijau,” jelasnya.

Pengamat dari Universitas Panca Budi Medan tersebut, menilai akibat minimnya ruang terbuka hijau, maka serapan air hujan menjadi kecil. “Semua air hujan mengalir ke drainase yang kecil. Karena drainase tidak mampu menampung debit air, maka terjadi banjir,” tambahnya.

Bhakti berpesan agar Wali Kota Medan yang baru nanti lebih mengutamakan persoalan banjir ini. “Pemko Medan harus duduk bersama Kabupaten Deliserdang dan daerah lainnya untuk membahas penyelesaian banjir ini,” pungkasnya. (prn/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/