27.8 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Kisah Imigran Bangladesh Terdampar di Medan (3/Habis), Kami Jenuh, Kami Ingin Pulang…

fachril syahputra/SUMUT POS
ILEGAL: Ratusan warga Bangladesh di Rudenim Belawan, beberapa hari lalu. Mereka mengaku ditipu agen tenaga kerja ilegal.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ratusan warga negara Bangladesh yang dititipkan di Rudenim Belawan, seluruhnya berjenis kelamin pria. Dalam usia produktif, antara 20-an hingga 40-an tahun. Mereka berbaur sesama rekan satu negara, dan mengaku sebagai korban penipuan agen tenaga kerja ilegal.

Maksud hati ingin mengadu nasib ke Malaysia, ternyata harus berurusan dengan pihak keamanan di Indonesia, khususnya di Medan. Meskipun mereka bukanlah tahanan di Rudenim Belawan, para imigran ini mengaku mulai jenuh dan tidak nyaman laksana hidup di penjara.

“Kami sudah jenuh di sini. Kami bukan penjahat. Kami ingin pulang,” kata Muhabbul dengan nada sedih.

Ia menyadari, niat bekerja ke Malaysia secara ilegal melanggar aturan. Tapi bagi mereka, pilihannya tidak banyak. Daripada hidup miskin di negaranya di Bangladesh, mencari pekerjaan ke negara lain menjadi pilihan utama.

“Kami bukan penjahat. Kami harap negara kami bisa memfasilitasi kami untuk secepatnya pulang ke tanah air kami. Anak saya 3 orang, masih kecil-kecil. Kami ingin pulang. Di sini sudah jenuh. Walaupun di sini bebas, tapi serasa dipenjara,” ungkap pria berusia 39 tahun ini.

Selama berada di Rudenim, para imigran ini tidak memiliki masalah soal makanan. Hanya saja, mereka juga tidak ingin berlama-lama terkurung tanpa pekerjaan di Rudenim. “Jujur saja, saya ada paspor. Kalau diizinkan pulang dengan biaya sendiri, saya siap,” harap Muhabbul.

Hal senada diutarakan M Sagor. Meskipun mereka menjadi warga asing di bawah pengawasan Imigrasi, meraka aman soal keperluan makanan dan keperluan hidup lainnya. Hanya saja, mereka memikirkan keluarga yang ditinggal di kampung.

“Anak istri saya sudah cemas. Semoga kami cepat dipulangkan. Saya pribadi berjanji tidak akan melakukan ini lagi,” akui Sagor menyesal.

Sebanyak 283 warga Bangladesh dengan raut wajah sedih mengaku menyesal. Kini, mereka hanya bisa meratapi nasib yang terkurung di Rudenim.

Sebenarnya, para imigran itu telah dikunjungi pihak kedutaan Bangladesh. Dalam waktu dekat, para imigran itu rencananya akan segera dideportasi ke negaranya.

“Administrasi mereka lagi diurus. Setelah semua tuntas, mereka akan segera dideportasi. Untuk lebih jelas tanya ke kantor Medan,” ucap Kasi Kemanan dan Ketertiban Rudenim Belawan, Andi Bram.

Sebanyak 43 dari imigran asal Bangladesh pekan lalu telah dideportasi. Rinciannya lima orang pada Minggu (10/2), dan 38 orang pada Selasa (12/2). Saat ini masih ada 245 Imigran yang menanti kepulangan ke negara asalnya.

Kepala Rudenim Belawan, Victor Manurung mengatakan, pendeportasian dilakukan secara bertahap, setelah terlebih dahulu berkoordinasi dengan pihak kedutaan Bangladesh. Biaya kepulangan ditanggung sepenuhnya oleh para imigran, yang sebelumnya telah memiliki tiket.

“Mereka ‘kan sudah memegang tiket. Kita hanya mengecek tanggal kepulangan sesuai tanggal kunjungan mereka selama tinggal di Indonesia,” katanya.

Menurut Victor, jadwal penerbangan menjadi alasan pemulangan imigran Bangladesh dilakukan secara bertahap. Namun begitu, pihaknya tetap berkoordinasi dengan pihak kedutaan, untuk proses pemulangan tersebut.

“Kalau kami maunya semuanya langsung dideportasi saja. Ngapain ditahan-tahan di sini (Rudenim)? ‘Kan kasian juga mereka,” imbuhnya.

Selama dalam masa penitipan di Rudenim, biaya makan para imigran sepenuhnya ditanggung oleh Keimigrasian. “Untuk itu (makan), memang sudah ada anggarannya disediakan,” ucap Victor.

Terhadap 288 Imigran Bangladesh tersebut, Victor menegaskan pihaknya telah melakukan pencekalan. Pencekalan tersebut, mulai dari 6 bulan hingga selamanya tidak bisa memasuki wilayah Indonesia. “Kita cekal selama 6 bulan, dan akan kita perpanjang lagi seterusnya,” punglasnya. (*/Habis)

fachril syahputra/SUMUT POS
ILEGAL: Ratusan warga Bangladesh di Rudenim Belawan, beberapa hari lalu. Mereka mengaku ditipu agen tenaga kerja ilegal.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ratusan warga negara Bangladesh yang dititipkan di Rudenim Belawan, seluruhnya berjenis kelamin pria. Dalam usia produktif, antara 20-an hingga 40-an tahun. Mereka berbaur sesama rekan satu negara, dan mengaku sebagai korban penipuan agen tenaga kerja ilegal.

Maksud hati ingin mengadu nasib ke Malaysia, ternyata harus berurusan dengan pihak keamanan di Indonesia, khususnya di Medan. Meskipun mereka bukanlah tahanan di Rudenim Belawan, para imigran ini mengaku mulai jenuh dan tidak nyaman laksana hidup di penjara.

“Kami sudah jenuh di sini. Kami bukan penjahat. Kami ingin pulang,” kata Muhabbul dengan nada sedih.

Ia menyadari, niat bekerja ke Malaysia secara ilegal melanggar aturan. Tapi bagi mereka, pilihannya tidak banyak. Daripada hidup miskin di negaranya di Bangladesh, mencari pekerjaan ke negara lain menjadi pilihan utama.

“Kami bukan penjahat. Kami harap negara kami bisa memfasilitasi kami untuk secepatnya pulang ke tanah air kami. Anak saya 3 orang, masih kecil-kecil. Kami ingin pulang. Di sini sudah jenuh. Walaupun di sini bebas, tapi serasa dipenjara,” ungkap pria berusia 39 tahun ini.

Selama berada di Rudenim, para imigran ini tidak memiliki masalah soal makanan. Hanya saja, mereka juga tidak ingin berlama-lama terkurung tanpa pekerjaan di Rudenim. “Jujur saja, saya ada paspor. Kalau diizinkan pulang dengan biaya sendiri, saya siap,” harap Muhabbul.

Hal senada diutarakan M Sagor. Meskipun mereka menjadi warga asing di bawah pengawasan Imigrasi, meraka aman soal keperluan makanan dan keperluan hidup lainnya. Hanya saja, mereka memikirkan keluarga yang ditinggal di kampung.

“Anak istri saya sudah cemas. Semoga kami cepat dipulangkan. Saya pribadi berjanji tidak akan melakukan ini lagi,” akui Sagor menyesal.

Sebanyak 283 warga Bangladesh dengan raut wajah sedih mengaku menyesal. Kini, mereka hanya bisa meratapi nasib yang terkurung di Rudenim.

Sebenarnya, para imigran itu telah dikunjungi pihak kedutaan Bangladesh. Dalam waktu dekat, para imigran itu rencananya akan segera dideportasi ke negaranya.

“Administrasi mereka lagi diurus. Setelah semua tuntas, mereka akan segera dideportasi. Untuk lebih jelas tanya ke kantor Medan,” ucap Kasi Kemanan dan Ketertiban Rudenim Belawan, Andi Bram.

Sebanyak 43 dari imigran asal Bangladesh pekan lalu telah dideportasi. Rinciannya lima orang pada Minggu (10/2), dan 38 orang pada Selasa (12/2). Saat ini masih ada 245 Imigran yang menanti kepulangan ke negara asalnya.

Kepala Rudenim Belawan, Victor Manurung mengatakan, pendeportasian dilakukan secara bertahap, setelah terlebih dahulu berkoordinasi dengan pihak kedutaan Bangladesh. Biaya kepulangan ditanggung sepenuhnya oleh para imigran, yang sebelumnya telah memiliki tiket.

“Mereka ‘kan sudah memegang tiket. Kita hanya mengecek tanggal kepulangan sesuai tanggal kunjungan mereka selama tinggal di Indonesia,” katanya.

Menurut Victor, jadwal penerbangan menjadi alasan pemulangan imigran Bangladesh dilakukan secara bertahap. Namun begitu, pihaknya tetap berkoordinasi dengan pihak kedutaan, untuk proses pemulangan tersebut.

“Kalau kami maunya semuanya langsung dideportasi saja. Ngapain ditahan-tahan di sini (Rudenim)? ‘Kan kasian juga mereka,” imbuhnya.

Selama dalam masa penitipan di Rudenim, biaya makan para imigran sepenuhnya ditanggung oleh Keimigrasian. “Untuk itu (makan), memang sudah ada anggarannya disediakan,” ucap Victor.

Terhadap 288 Imigran Bangladesh tersebut, Victor menegaskan pihaknya telah melakukan pencekalan. Pencekalan tersebut, mulai dari 6 bulan hingga selamanya tidak bisa memasuki wilayah Indonesia. “Kita cekal selama 6 bulan, dan akan kita perpanjang lagi seterusnya,” punglasnya. (*/Habis)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/