25.6 C
Medan
Tuesday, May 14, 2024

Suka Main Perang-perangan dan Baca Cerita Detektif

FOTO:ALFERY IBROHIM/SUMATERA EKSPRES Orangtua Jenderal Pol Muhammad Tito Karnavian MH  PhD,  pasangan H Achmad Saleh dan Hj Kardiah, di kediamannya di Palembang.
FOTO:ALFERY IBROHIM/SUMATERA EKSPRES
Orangtua Jenderal Pol Muhammad Tito Karnavian MH PhD, pasangan H Achmad Saleh dan Hj Kardiah, di kediamannya di Palembang.

Komjen Pol Muhammad Tito Karnavian resmi dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Kapolri menggantikan Badrodin Haiti yang purna tugas, Rabu (13/7). Tito adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara pasangan H Achmad Saleh dan Hj Kardiah.

Kemarin, wartawan koran ini bertandang ke kediaman ayahandanya di Jalan Sambu Nomor 36, RT 02, RW 01, Palembang, Sumatera Selatan. Meski usianya sudah 78 tahun, tapi Achmad Saleh tetap lancar menceritakan kehidupan masa kecil Tito Karnavian.

“Orangnya disiplin. Tito punya semangat tinggi,” kata Achmad Saleh yang saat ditemui mengenakan kaos oblong putih bertuliskan “Jakarta Tempo Doeloe”. Dia ditemani istrinya, Hj Supriyatini SPd MSi.

Saleh, pria kelahiran Lubuklinggau, 28 Agustus 1938 itu melanjutkan ceritanya. Pernah suatu ketika, Tito diajak teman-teman sebayanya nongkrong di Bioskop Garuda di Jalan Merdeka, kini sudah tutup. “Tapi, ajakan itu Tito tolak. Dia tidak mau main atau ikut nongkrong kalau tugas sekolah belum selesai dikerjakan. Pokoknya, tugas harus selesai dulu, baru dia mau main,” sambungnya.

Semasa kecil pula, lanjut Saleh, Tito juga senang main perang-perangan. Ketika bermain perang-perangan itu, Tito kecil tidak mau “mati” saat kena tembak oleh teman-temannya. “Kata Tito, yang kena tembak cuma tangannya. Jadi, mana bisa mati,” ujar Saleh tersenyum.

Dia menjelaskan soal dua kata dari nama Tito Karnavian. Itu diambil dari dua sumber. Kata Tito, dari nama Presiden Yugoslavia, Joseph Broz Tito yang punya hubungan pertemanan sangat akrab dengan Presiden Soekarno.

Kedua Presiden ini, lanjut Saleh, adalah penggagas Gerakan Non-Blok pada 1961. Kebetulan, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Non Blok pertama diadakan di ibu kota Yugoslavia, Beograd. “Saya mengagumi Joseph Broz Tito dan Soekarno,” lanjutnya.

Sedangkan Karnavian, tambah Saleh, itu diambil dari kata Karnaval. “Saya juga sering mengurusi karnaval mahasiswa. Salah satunya karnaval di Pusri. Jadi, Karnavian itu saya ambil dari kata Karnaval,” lanjut mantan penyiar Radio Republik Indonesia (RRI) ini.

Di mata Saleh, anaknya Tito juga gemar membaca. Terutama cerita-cerita petualangan atau kepahlawanan di Amerika. “Cerita-cerita detektif, dia juga senang. Dia memang rajin membaca.”
Tito Karnavian sendiri lahir di Palembang, 26 Oktober 1964 lalu. “Lahirnya di daerah Tangga Buntung,” lanjut Saleh. Sekolahnya, dari SD hingga SMA, semuanya di Palembang.

Awalnya, Tito sekolah di SD kawasan Tangga Buntung 36 Ilir. Kemudian pindah ke SD Xaverius 4 Palembang hingga ke tingkat SMP Xaverius 2 Palembang. Sedangkan untuk tingkat SMA, Tito bersekolah di SMA Negeri 2 Palembang.

“Sama seperti anak-anak lainnya, Tito juga suka main layangan,” katanya.

Bahkan, sebelum pindah di rumah sekarang ini, Jalan Sambu, Tito sekeluarga pernah tinggal di Tangga Buntung 36 Ilir. “Masa kecil Tito itu sering sekali berenang di Sungai Musi bersama teman-teman sebayanya. Bahkan kalau lagi berenang, Tito kecil dulu bisa menyeberangi Sungai Musi,” bebernya lagi.

FOTO:ALFERY IBROHIM/SUMATERA EKSPRES Orangtua Jenderal Pol Muhammad Tito Karnavian MH  PhD,  pasangan H Achmad Saleh dan Hj Kardiah, di kediamannya di Palembang.
FOTO:ALFERY IBROHIM/SUMATERA EKSPRES
Orangtua Jenderal Pol Muhammad Tito Karnavian MH PhD, pasangan H Achmad Saleh dan Hj Kardiah, di kediamannya di Palembang.

Komjen Pol Muhammad Tito Karnavian resmi dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Kapolri menggantikan Badrodin Haiti yang purna tugas, Rabu (13/7). Tito adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara pasangan H Achmad Saleh dan Hj Kardiah.

Kemarin, wartawan koran ini bertandang ke kediaman ayahandanya di Jalan Sambu Nomor 36, RT 02, RW 01, Palembang, Sumatera Selatan. Meski usianya sudah 78 tahun, tapi Achmad Saleh tetap lancar menceritakan kehidupan masa kecil Tito Karnavian.

“Orangnya disiplin. Tito punya semangat tinggi,” kata Achmad Saleh yang saat ditemui mengenakan kaos oblong putih bertuliskan “Jakarta Tempo Doeloe”. Dia ditemani istrinya, Hj Supriyatini SPd MSi.

Saleh, pria kelahiran Lubuklinggau, 28 Agustus 1938 itu melanjutkan ceritanya. Pernah suatu ketika, Tito diajak teman-teman sebayanya nongkrong di Bioskop Garuda di Jalan Merdeka, kini sudah tutup. “Tapi, ajakan itu Tito tolak. Dia tidak mau main atau ikut nongkrong kalau tugas sekolah belum selesai dikerjakan. Pokoknya, tugas harus selesai dulu, baru dia mau main,” sambungnya.

Semasa kecil pula, lanjut Saleh, Tito juga senang main perang-perangan. Ketika bermain perang-perangan itu, Tito kecil tidak mau “mati” saat kena tembak oleh teman-temannya. “Kata Tito, yang kena tembak cuma tangannya. Jadi, mana bisa mati,” ujar Saleh tersenyum.

Dia menjelaskan soal dua kata dari nama Tito Karnavian. Itu diambil dari dua sumber. Kata Tito, dari nama Presiden Yugoslavia, Joseph Broz Tito yang punya hubungan pertemanan sangat akrab dengan Presiden Soekarno.

Kedua Presiden ini, lanjut Saleh, adalah penggagas Gerakan Non-Blok pada 1961. Kebetulan, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Non Blok pertama diadakan di ibu kota Yugoslavia, Beograd. “Saya mengagumi Joseph Broz Tito dan Soekarno,” lanjutnya.

Sedangkan Karnavian, tambah Saleh, itu diambil dari kata Karnaval. “Saya juga sering mengurusi karnaval mahasiswa. Salah satunya karnaval di Pusri. Jadi, Karnavian itu saya ambil dari kata Karnaval,” lanjut mantan penyiar Radio Republik Indonesia (RRI) ini.

Di mata Saleh, anaknya Tito juga gemar membaca. Terutama cerita-cerita petualangan atau kepahlawanan di Amerika. “Cerita-cerita detektif, dia juga senang. Dia memang rajin membaca.”
Tito Karnavian sendiri lahir di Palembang, 26 Oktober 1964 lalu. “Lahirnya di daerah Tangga Buntung,” lanjut Saleh. Sekolahnya, dari SD hingga SMA, semuanya di Palembang.

Awalnya, Tito sekolah di SD kawasan Tangga Buntung 36 Ilir. Kemudian pindah ke SD Xaverius 4 Palembang hingga ke tingkat SMP Xaverius 2 Palembang. Sedangkan untuk tingkat SMA, Tito bersekolah di SMA Negeri 2 Palembang.

“Sama seperti anak-anak lainnya, Tito juga suka main layangan,” katanya.

Bahkan, sebelum pindah di rumah sekarang ini, Jalan Sambu, Tito sekeluarga pernah tinggal di Tangga Buntung 36 Ilir. “Masa kecil Tito itu sering sekali berenang di Sungai Musi bersama teman-teman sebayanya. Bahkan kalau lagi berenang, Tito kecil dulu bisa menyeberangi Sungai Musi,” bebernya lagi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/