33.9 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Jasad 2 Anak SMA Panca Budi Ditemukan

Jenazah-Ilustrasi
Jenazah-Ilustrasi

HELVETIA, SUMUTPOS.CO – “Allahu Akbar, sudah ditemukan. Alhamdulillah ya Allah,” teriak sejumlah warga Jalan Kapten Muslim gang Sadar, Kel. Dwikora, Kec. Medan Helvetia, Kamis (15/1) siang. Ya, jasad Yusman Gumilang alias Gilang (17) warga Jl. Bhakti Luhur, Kel. Dwikora, Kec. Medan Helvetia, pelajar SMK Panca Budi Medan, ditemukan.

Jasad Gilang ditemukan dalam kondisi tenggelam di dalam sungai Sei Sikambing yang berjarak 200 meter dari temuan jasad temannya, Harun (17) pada Kamis (15/1) pukul 01.00 WIB. Warga pun beramai-ramai membawa jasadnya ke musala yang tak jauh dari aliran sungai itu.

Sempat terjadi kericuhan saat wartawan berusaha mengambil momen evakuasi tersebut. Rekan-rekan korban mengamuk. “Woi, kau wartawan, jangan kau foto-foto. Jangan kalian ambil gambarnya,” teriak sejumlah remaja tanggung di lokasi kejadian. “Matikan kamera kalian semua. Jangan kalian foto-foto. Kawan kami ini, jangan ada yang menghidupkan kamera,” teriak seorang pemuda berkaos biru.

Jerit tangis pecah. Beberapa keluarga dan kerabat tampak menciumi jasad bungsu dari 3 bersaudara yang ditutupi kain hijau di dalam musala. “Ya Allah nak. Kok bisa begini jadinya,” ucap sejumlah pelayat sembari berusaha membuka kain penutup jenazah. Suasana tampak begitu haru dan sesak. Warga yang penasaran berdesak-desakan masuk.

Sayangnya, pihak keluarga menolak dan memilih bungkam. “Kami dari pihak keluarga bang. Tolonglah jangan difoto-foto. Gak usahlah kalian rekam-rekam,” kata seorang pria berkacamata berbaju batik merah sembari mendorong kamera wartawan elektronik.

Terpisah, seorang warga bernama Ipul (27) yang turut melakukan evakuasi mengaku bahwa jasad Gilang ditemukan tak jauh dari lokasi penemuan mayat rekannya bernama Harun Anggara (16) warga Jl. Medan-Binjai km 12.

“Harun ditemukan lebih dulu bang. Ketemunya pas di pengkolan aliran sungai ini,” terang Ipul.

Setelah menemukan jasad Harun sekira pukul 01.00 WIB dinihari, warga pun kembali berusaha mencari jasad Gilang. “Tadi malam sudah hampir ketemu bang jasad Gilang. Tapi entah gimana, enggak kelihatan lagi,” ujar Ipul dengan baju basah kuyup. Tak ingin menyerah, Ipul bersama warga kembali melakukan pencarian sejak Kamis pagi.

Pagi itu, beberapa warga tidak ada yang bisa menyelam. Karena butuh bantuan, Ipul pun memanggil rekannya bernama Benget. “Yang pandai nyelam ’kan bang Benget bang. Kami panggillah dia tadi. Terus kami susuri lagi pelan-pelan aliran sungai,” ujar lelaki bertubuh kurus ini. Tak mau menyerah, Ipul dan Benget dibantu warga secara perlahan menginjak-injak dasar sungai.

Tepat pukul 13.30 WIB, jasad Gilang akhirnya ditemukan dengan posisi telungkup penuh lumpur. “Pertama kami injak-injak dasar sungainya bang. Pas di bengkolan satu lagi, di situ kami terasa memijak macam kepala,” ungkap Ipul.

Yakin dirinya memijak jasad Gilang, Ipul kembali memastikan dengan menyecahkan kedua kakinya ke dasar sungai. “Waktu kami injak lagi, terasa terinjak kaki bang. Di situlah kami yakin kalau itu jasad Gilang,” kata Ipul.

Tanpa buang waktu, Ipul dan Benget dibantu warga kemudian menarik kaki korban. Sontak, penemuan itu pun menggegerkan warga yang tengah berkumpul di aliran sungai.

Malam sebelumnya, saat pencarian mayat, diketahui kedua pelajar ini tewas akibat membuat sebuah ide gila untuk mengisi kedinginan saat itu. “Mereka taruhan, yang menang dapat rokok sebungkus,” ujar salah seorang remaja yang masih berdiri di tepi sungai.

Saat itu jam berhent di pukul 17.00 WIB. Berbekal celan pendek, ketiga pemuda ini, yakni Syafrizal (19), Rian Harun Anggara (17) dan M. Yusma Gumilang (17) pun bangkit dari duduknya. Mereka mendekati sebuah jembatan yang lebarnya sekitar 1 meter dan panjang sekitar 7 meter. Dari sinilh garis start dibuat. Finishnya sekitar 5 meter ke depan.

Memang Rabu (14/1) sore itu, air sungai tak sampai melebar ke badan jalan, tapi arusnya cukup kuat hingga menebas dan membawa sampah-sampah ke hilir. Mereka nekad dan langsung mencemplungkan diri. Menit pertama tak ada masalah. Ketiganya cukup santai menerjang arus itu. “Dari jembaatan itulah mereka berenang,” katanya.

Berjarak sekitar 2 meter, Gilang tak sanggup untuk mengendalikan diri. Arus terlalu kencang menerobos keseimbangannya. Harun yang saat itu berada di posisi tengah mencoba medekati untuk memberikan pertolongan. Bukannya selamat, keduanya malah terseret dan hilang dari permukaan air. Senasib, Syafrizal pun ikut hanyut juga namun tertolong.

Kebetulan, seorang ibu saat itu tegah yang mencuci plastic melihat sesosok manusia di mengalir bersama arus air. Ia pun berteriak dan segera mengambil tindakan. Kebetulan didekatnya ada sepotong galah. Diulurnya galah itu hingga bisa digapai oleh syafrizal. Ia selamat. Warga yang datang langsung mengangkatnyaa ke jalan. “Ibu ibu di sana yang nyelamatinnya pakai galah,”ujar Ipul (19) yang ikut dalam penyisirn itu.

Tak sengaja, Ipul melihat seorang lagi di dari balik semak-semak. Ada pohon kincong yang hampir menutupinya. Ia langsung berusaha menariknya keluar dari sungai. “Aku nampak dia di dekat semak-semak itu,”katanya, mengisahkan penemuan Gilang.

Begitu berhasil ditarik ke tepi, Ipul meninggalkannya, dan memanggil warga lain agar bisa diangkut ke rumah sakit juga. Sayang, dengan ketakutan ia menjerit dan langsung meloncat ke sungai lagi. “Haruuunnn,” ujarnya mengulangi teriakan Gilang. Sontak, warga terkejut dan Gilang tak terlihat lagi.

Hingga sekitar pukul 20.30 WIB, tim dari Badan SAR Nasional datang. “Kami semampu mungkin untuk bisa menolong korban,” ujar Adlin Buyung Nasution SH, yang memimpin pencarian. M Yusuf (45) Kepala Lingkungan X Kel. Dwikora Medan Helvetiajuga jadi sibuk. Dia terus berkoordinasi dengaan tim BASARNAS.

Di sela-sela pencarian, lantunan Yasin terus terdengar dari dalam musala di tepian sungai. Ibu-ibu itu adalah keluarga dari dua remaja yang belum selamat ini. Terlihat seorang ibu berjilbab putih bersandar pasrah. Matanya berbinar dan terus mengucurkan air mata.

Ada lagi seorang perempuan bernama Gea (21). Dia tiba-tiba mendekati bibir sungai dengan memegang bantal bermotif bendera Amerika Serikat dan baju kaos berwarna biru. Dipegangnya erat lalu dicampakkannya kedua benda itu hingga terbawa arus. Dia juga hampir ingin ikut masuk ke dalam. Untunglah, masih ada temannya yang mencegah. “Gilang,” kata Gea sambil menangis di pelukan rekannya.

Sekitar pukul 23.00 WIB, segerombolan anak muda memakai seragam berwarna coklat datang. Beberapa diantaranya juga memakai seragam berwarna hitam. Ada logo pecinta alam di lengan sebelah kiri dan simbol bendera merah putih di sisi kanan mereka. “Kami dari Forum Komunikasi Peduli Lingkungan (FKPL),” ujar Kharim, ketua divisi SAR.

Informasi hanyut dan tenggelamnya ketiga remaja itu mereka dapat dari rekan-rekan sesame pecinta alam juga. Atas dasar sosial, mereka niatkan untuk ikut membantu pencarian. Mereka langsung membentuk koordinasi. Keputusannya, tiga tim mereka buat untuk berbagi dalam pencarian tersebut.

Tim pertama adalah tim pemantau yang memberikan informasi serta melakkan koordinasi berkelanjutan pada tim laninnya. Tim kedua dan ketiga yang turun menyeser sungai dari tempat awal mereka berenang hingga prediksi sejauh 200 meter ke hilir sungai.

“Oke, kita turun,”sebut Kharim. Yang pertama menyeser adalah tim ke tiga. Operasi itu berlangsung sekira 20 menit. “Oi..ketemu. Tolong,” ucap salah seorang anggota dari tim tiga. Mereka mendapati sosok remaja memakai celana pendek berwarna merah liris putih dan hitam di sisinya. “Itu Harun,” teriak beberapa remaja yang melihatnya.

Tim tiga cepat mengevakuasinya jenazahnya ke atas sebuah sepeda motor dan dibawa ke rumah keluarga.(cr3/cr4/trg)

Jenazah-Ilustrasi
Jenazah-Ilustrasi

HELVETIA, SUMUTPOS.CO – “Allahu Akbar, sudah ditemukan. Alhamdulillah ya Allah,” teriak sejumlah warga Jalan Kapten Muslim gang Sadar, Kel. Dwikora, Kec. Medan Helvetia, Kamis (15/1) siang. Ya, jasad Yusman Gumilang alias Gilang (17) warga Jl. Bhakti Luhur, Kel. Dwikora, Kec. Medan Helvetia, pelajar SMK Panca Budi Medan, ditemukan.

Jasad Gilang ditemukan dalam kondisi tenggelam di dalam sungai Sei Sikambing yang berjarak 200 meter dari temuan jasad temannya, Harun (17) pada Kamis (15/1) pukul 01.00 WIB. Warga pun beramai-ramai membawa jasadnya ke musala yang tak jauh dari aliran sungai itu.

Sempat terjadi kericuhan saat wartawan berusaha mengambil momen evakuasi tersebut. Rekan-rekan korban mengamuk. “Woi, kau wartawan, jangan kau foto-foto. Jangan kalian ambil gambarnya,” teriak sejumlah remaja tanggung di lokasi kejadian. “Matikan kamera kalian semua. Jangan kalian foto-foto. Kawan kami ini, jangan ada yang menghidupkan kamera,” teriak seorang pemuda berkaos biru.

Jerit tangis pecah. Beberapa keluarga dan kerabat tampak menciumi jasad bungsu dari 3 bersaudara yang ditutupi kain hijau di dalam musala. “Ya Allah nak. Kok bisa begini jadinya,” ucap sejumlah pelayat sembari berusaha membuka kain penutup jenazah. Suasana tampak begitu haru dan sesak. Warga yang penasaran berdesak-desakan masuk.

Sayangnya, pihak keluarga menolak dan memilih bungkam. “Kami dari pihak keluarga bang. Tolonglah jangan difoto-foto. Gak usahlah kalian rekam-rekam,” kata seorang pria berkacamata berbaju batik merah sembari mendorong kamera wartawan elektronik.

Terpisah, seorang warga bernama Ipul (27) yang turut melakukan evakuasi mengaku bahwa jasad Gilang ditemukan tak jauh dari lokasi penemuan mayat rekannya bernama Harun Anggara (16) warga Jl. Medan-Binjai km 12.

“Harun ditemukan lebih dulu bang. Ketemunya pas di pengkolan aliran sungai ini,” terang Ipul.

Setelah menemukan jasad Harun sekira pukul 01.00 WIB dinihari, warga pun kembali berusaha mencari jasad Gilang. “Tadi malam sudah hampir ketemu bang jasad Gilang. Tapi entah gimana, enggak kelihatan lagi,” ujar Ipul dengan baju basah kuyup. Tak ingin menyerah, Ipul bersama warga kembali melakukan pencarian sejak Kamis pagi.

Pagi itu, beberapa warga tidak ada yang bisa menyelam. Karena butuh bantuan, Ipul pun memanggil rekannya bernama Benget. “Yang pandai nyelam ’kan bang Benget bang. Kami panggillah dia tadi. Terus kami susuri lagi pelan-pelan aliran sungai,” ujar lelaki bertubuh kurus ini. Tak mau menyerah, Ipul dan Benget dibantu warga secara perlahan menginjak-injak dasar sungai.

Tepat pukul 13.30 WIB, jasad Gilang akhirnya ditemukan dengan posisi telungkup penuh lumpur. “Pertama kami injak-injak dasar sungainya bang. Pas di bengkolan satu lagi, di situ kami terasa memijak macam kepala,” ungkap Ipul.

Yakin dirinya memijak jasad Gilang, Ipul kembali memastikan dengan menyecahkan kedua kakinya ke dasar sungai. “Waktu kami injak lagi, terasa terinjak kaki bang. Di situlah kami yakin kalau itu jasad Gilang,” kata Ipul.

Tanpa buang waktu, Ipul dan Benget dibantu warga kemudian menarik kaki korban. Sontak, penemuan itu pun menggegerkan warga yang tengah berkumpul di aliran sungai.

Malam sebelumnya, saat pencarian mayat, diketahui kedua pelajar ini tewas akibat membuat sebuah ide gila untuk mengisi kedinginan saat itu. “Mereka taruhan, yang menang dapat rokok sebungkus,” ujar salah seorang remaja yang masih berdiri di tepi sungai.

Saat itu jam berhent di pukul 17.00 WIB. Berbekal celan pendek, ketiga pemuda ini, yakni Syafrizal (19), Rian Harun Anggara (17) dan M. Yusma Gumilang (17) pun bangkit dari duduknya. Mereka mendekati sebuah jembatan yang lebarnya sekitar 1 meter dan panjang sekitar 7 meter. Dari sinilh garis start dibuat. Finishnya sekitar 5 meter ke depan.

Memang Rabu (14/1) sore itu, air sungai tak sampai melebar ke badan jalan, tapi arusnya cukup kuat hingga menebas dan membawa sampah-sampah ke hilir. Mereka nekad dan langsung mencemplungkan diri. Menit pertama tak ada masalah. Ketiganya cukup santai menerjang arus itu. “Dari jembaatan itulah mereka berenang,” katanya.

Berjarak sekitar 2 meter, Gilang tak sanggup untuk mengendalikan diri. Arus terlalu kencang menerobos keseimbangannya. Harun yang saat itu berada di posisi tengah mencoba medekati untuk memberikan pertolongan. Bukannya selamat, keduanya malah terseret dan hilang dari permukaan air. Senasib, Syafrizal pun ikut hanyut juga namun tertolong.

Kebetulan, seorang ibu saat itu tegah yang mencuci plastic melihat sesosok manusia di mengalir bersama arus air. Ia pun berteriak dan segera mengambil tindakan. Kebetulan didekatnya ada sepotong galah. Diulurnya galah itu hingga bisa digapai oleh syafrizal. Ia selamat. Warga yang datang langsung mengangkatnyaa ke jalan. “Ibu ibu di sana yang nyelamatinnya pakai galah,”ujar Ipul (19) yang ikut dalam penyisirn itu.

Tak sengaja, Ipul melihat seorang lagi di dari balik semak-semak. Ada pohon kincong yang hampir menutupinya. Ia langsung berusaha menariknya keluar dari sungai. “Aku nampak dia di dekat semak-semak itu,”katanya, mengisahkan penemuan Gilang.

Begitu berhasil ditarik ke tepi, Ipul meninggalkannya, dan memanggil warga lain agar bisa diangkut ke rumah sakit juga. Sayang, dengan ketakutan ia menjerit dan langsung meloncat ke sungai lagi. “Haruuunnn,” ujarnya mengulangi teriakan Gilang. Sontak, warga terkejut dan Gilang tak terlihat lagi.

Hingga sekitar pukul 20.30 WIB, tim dari Badan SAR Nasional datang. “Kami semampu mungkin untuk bisa menolong korban,” ujar Adlin Buyung Nasution SH, yang memimpin pencarian. M Yusuf (45) Kepala Lingkungan X Kel. Dwikora Medan Helvetiajuga jadi sibuk. Dia terus berkoordinasi dengaan tim BASARNAS.

Di sela-sela pencarian, lantunan Yasin terus terdengar dari dalam musala di tepian sungai. Ibu-ibu itu adalah keluarga dari dua remaja yang belum selamat ini. Terlihat seorang ibu berjilbab putih bersandar pasrah. Matanya berbinar dan terus mengucurkan air mata.

Ada lagi seorang perempuan bernama Gea (21). Dia tiba-tiba mendekati bibir sungai dengan memegang bantal bermotif bendera Amerika Serikat dan baju kaos berwarna biru. Dipegangnya erat lalu dicampakkannya kedua benda itu hingga terbawa arus. Dia juga hampir ingin ikut masuk ke dalam. Untunglah, masih ada temannya yang mencegah. “Gilang,” kata Gea sambil menangis di pelukan rekannya.

Sekitar pukul 23.00 WIB, segerombolan anak muda memakai seragam berwarna coklat datang. Beberapa diantaranya juga memakai seragam berwarna hitam. Ada logo pecinta alam di lengan sebelah kiri dan simbol bendera merah putih di sisi kanan mereka. “Kami dari Forum Komunikasi Peduli Lingkungan (FKPL),” ujar Kharim, ketua divisi SAR.

Informasi hanyut dan tenggelamnya ketiga remaja itu mereka dapat dari rekan-rekan sesame pecinta alam juga. Atas dasar sosial, mereka niatkan untuk ikut membantu pencarian. Mereka langsung membentuk koordinasi. Keputusannya, tiga tim mereka buat untuk berbagi dalam pencarian tersebut.

Tim pertama adalah tim pemantau yang memberikan informasi serta melakkan koordinasi berkelanjutan pada tim laninnya. Tim kedua dan ketiga yang turun menyeser sungai dari tempat awal mereka berenang hingga prediksi sejauh 200 meter ke hilir sungai.

“Oke, kita turun,”sebut Kharim. Yang pertama menyeser adalah tim ke tiga. Operasi itu berlangsung sekira 20 menit. “Oi..ketemu. Tolong,” ucap salah seorang anggota dari tim tiga. Mereka mendapati sosok remaja memakai celana pendek berwarna merah liris putih dan hitam di sisinya. “Itu Harun,” teriak beberapa remaja yang melihatnya.

Tim tiga cepat mengevakuasinya jenazahnya ke atas sebuah sepeda motor dan dibawa ke rumah keluarga.(cr3/cr4/trg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/