Warga Medan, lanjutnya, perlu bertanya bagaimana pohon itu agar bisa bertahan hidup dan apa manfaat pohon itu bagi sejarah dan Kota Medan. “Yang dilakukan adalah pohon itu mengganggu, mengancam orang-orang dibawahnya,” ujarnya.
Ia menilai, aktivitas di Merdeka Walk dan area parkir, perlahan-lahan akan menyebabkan semua pohon di situ akan musnah. “Sudah lama saya memprotes adanya bangunan perrmanen dibawah pohon Trembesi yang bersejarah di Lapangan Merdeka Medan,” katanya.
Pohon-pohon Trembesi ini didatangkan dari Amerika Latin oleh Belanda, ditanam di sekeliling Lapangan Merdeka pada akhir abad 19, saat Medan akan disiapkan sebagai kota modern. “Sebagai kota yang didesain bergaya Eropa, nyaris 100 persen maka dirancangkah ada kantor pos, bank (de java bank), hotel, kantor pos dan balai kota yang di depannya ada alun alun luas bernama Esplanade, ya Lapangan Merdeka itu,” papar Ichwan.
Menurut dia, pohon Trembesi ditanam sekelilingnya dalam rangka disamping untuk keindahan juga untuk memberi keteduhan dan kesejukan akibat cuaca panas di pusat Kota Medan. “Jadi pohon Trembesi itu sudah berumur sekitar 150 tahun. Jika dirawat dan lingkungannya tidak diganggu, pohon Trembesi ini menurut literatur bisa berumur 500 tahun. Pohon seperti ini yang berumur lebih dua ratus tahun juga ada di Malaysia,” ungkapnya.
Pohon Trembesi tua di pusat Kota Medan ini memenuhi sarat untuk masuk sebagai tanaman yang dilindungi. “Dasarnya bisa UU cagar budaya yang memasulkan lingkungan sebagai bagian dari desain kebudayaan rekayasa budaya manusia di masa lalu. Pohon di sekeliling Lapangan Merdeka ini harusnya menjadi salah satu ikon Medan yang unik. Ini bagian dari rekayasa desain suatu kota yang indah dan menyimpan jejak intelektual perancangnya,” katanya.
Sayangnya, kata dia, Pemko Medan tidak menyelamatkan ikon pohon bersejarah yang penting ini. “Lihatlah lantai kawasan Merdeka Walk dan depan stasiun kereta api yang dicor yang menyebabkan terancamnya daya tahan hidup pohon penting ini. Tidak pernah saya lihat ada data atau berita Pemko Medan pernah melibatkan para ahli tanaman kuno untuk merawat pohon ini sebagai bagian dari warisan kota yang indah dan membanggakan estetika kota,” pungkasnya. (prn/ila)