26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Shodo Kian Diminati

MEDAN-Shodo atau seni kaligrafi Jepang kian digemari di Medan, khususnya oleh kalangan muda. Hal ini merujuk pada pertumbuhan minat masyarakat Indonesia yang berkembang sejalan dengan minat belajar bahasa dan budaya Jepang.

Konjen Jepang di Medan, Yuji Hamada menuturkan, dewasa ini semakin banyak yang tertarik dengan kaligrafi Jepang.
“Trend pertumbuhan seperti ini memberikan semangat bagi kami untuk mengadakan pertukaran budaya seperti kaligrafi Jepang ini,” ungkapnya pada workshop Kaligrafi Jepang yang di gelar di Fakultas Ilmu Budaya USU, Jumat (16/5).

Ia juga mengatakan, di Jepang seni menulis indah juga sangat digemari bahkan menjadi satu budaya yang mempunyai peranan cukup besar. “Kaligrafi Jepang biasanya digunakan untuk hiasan dinding dan ada juga kata-kata mutiara yang ditulis dengan kaligrafi,” tambah Yuji.
Menurutnya, tata cara penulisan kaligrafi Jepang dengan huruf Jepang biasa jauh berbeda. “Perbedaaan itu terutama terletak pada tiap goresannya yang juga harus menggunakan kuas dan di kertas khusus,” ujar Yuji lagi.

Workshop yang diikuti 40 mahasiswa USU ini langsung diasuh oleh master kaligrafi Jepang yakni Meguro Masao. Selain kegiatan ini, hari ini (17/6) juga akan diadakan workhsop Kendo yang juga akan disampaikan oleh Meguro Masao.

Sebelumnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Syahron Lubis mengatakan dengan banyaknya mahasiswa USU yang belajar kaligrafi Jepang, membuktikan minat untuk belajar budaya Jepang semakin meningkat.

“USU sendiri saat ini memiliki dua program studi Kejepangan yakni Prodi S-1 Sastra Jepang dan D-3 Bahasa Jepang,” katanya.
“Sejak didirikannya Prodi Bahasa Jepang pada 1980, banyak acara pengenalan budaya Jepang di gelar di USU. Dengan adanya workshop ini diharapkan hubungan Indonesia dengan Jepang kedepannya dapat semakin erat,” tutur Syahron.

Sementara Meguro Masao sendiri dalam paparannya menjelaskan, belajar kaligrafi Jepang tidak sulit asalkan dilaksanakan dengan serius dan berkesinambungan. Artinya kaligrafi merupakan pembelajaran seumur hidup, karena dituntut untuk terus belajar dan yang utama adalah memahami filosofinya.

“Kaligrafi mengutamakan keindahan dan kelembutan. Bagi pecinta kaligrafi harus benar-benar memahami filosofinya yang mengutamakan keindahan dan kelembutan,” ungkap pria pemegang gelar Kyoushi DAN-7 Kendo ini.(saz)

MEDAN-Shodo atau seni kaligrafi Jepang kian digemari di Medan, khususnya oleh kalangan muda. Hal ini merujuk pada pertumbuhan minat masyarakat Indonesia yang berkembang sejalan dengan minat belajar bahasa dan budaya Jepang.

Konjen Jepang di Medan, Yuji Hamada menuturkan, dewasa ini semakin banyak yang tertarik dengan kaligrafi Jepang.
“Trend pertumbuhan seperti ini memberikan semangat bagi kami untuk mengadakan pertukaran budaya seperti kaligrafi Jepang ini,” ungkapnya pada workshop Kaligrafi Jepang yang di gelar di Fakultas Ilmu Budaya USU, Jumat (16/5).

Ia juga mengatakan, di Jepang seni menulis indah juga sangat digemari bahkan menjadi satu budaya yang mempunyai peranan cukup besar. “Kaligrafi Jepang biasanya digunakan untuk hiasan dinding dan ada juga kata-kata mutiara yang ditulis dengan kaligrafi,” tambah Yuji.
Menurutnya, tata cara penulisan kaligrafi Jepang dengan huruf Jepang biasa jauh berbeda. “Perbedaaan itu terutama terletak pada tiap goresannya yang juga harus menggunakan kuas dan di kertas khusus,” ujar Yuji lagi.

Workshop yang diikuti 40 mahasiswa USU ini langsung diasuh oleh master kaligrafi Jepang yakni Meguro Masao. Selain kegiatan ini, hari ini (17/6) juga akan diadakan workhsop Kendo yang juga akan disampaikan oleh Meguro Masao.

Sebelumnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Syahron Lubis mengatakan dengan banyaknya mahasiswa USU yang belajar kaligrafi Jepang, membuktikan minat untuk belajar budaya Jepang semakin meningkat.

“USU sendiri saat ini memiliki dua program studi Kejepangan yakni Prodi S-1 Sastra Jepang dan D-3 Bahasa Jepang,” katanya.
“Sejak didirikannya Prodi Bahasa Jepang pada 1980, banyak acara pengenalan budaya Jepang di gelar di USU. Dengan adanya workshop ini diharapkan hubungan Indonesia dengan Jepang kedepannya dapat semakin erat,” tutur Syahron.

Sementara Meguro Masao sendiri dalam paparannya menjelaskan, belajar kaligrafi Jepang tidak sulit asalkan dilaksanakan dengan serius dan berkesinambungan. Artinya kaligrafi merupakan pembelajaran seumur hidup, karena dituntut untuk terus belajar dan yang utama adalah memahami filosofinya.

“Kaligrafi mengutamakan keindahan dan kelembutan. Bagi pecinta kaligrafi harus benar-benar memahami filosofinya yang mengutamakan keindahan dan kelembutan,” ungkap pria pemegang gelar Kyoushi DAN-7 Kendo ini.(saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/