—————–
Mohammad Idris, Medan
—————–
Tim evakuasi berhasil menemukan jasad Muhammad Riyantio Fandi alias Tio (25), salah satu korban bencana banjir bandang Air Terjun Telaga Dua Warna. Tio adalah pemandu wisata di tempat rekreasi tersebut
Ditemui di rumah duka, warga Jalan Pelajar Timur No. 189 Medan, Kel Binjai, Medan Denai, Sutrisno Wijaya (68), ayah kandung Tio tampak cukup tegar atas kepergian anak bungsunya dari enam bersaudara. Meski tampak tegar, Sutrisno akhirnya bersedih menceritakan semasa hidup anak bungsunya itu.
“Anak saya ini orang yang pekerja keras, tak kenal mengeluh dan menurut sama orang tua. Saya pun terkejut dia meninggal karena terkena bencana banjir bandang,” ungkap Sutrisno dengan wajah terpukul, yang ditemui di rumah duka usai proses pemakaman jenazah anaknya.
Ia menceritakan, kepergian Tio tak memiliki firasat atau tanda-tanda sedikitpun. Hanya saja abang kandungnya, M Yogi Pranata (31) dan teman satu pekerjaannya. Karena, sehari sebelum kejadian, Tio banyak diam dan melakukan hal yang jarang dilakukannya.
“Abang bilangnya (M Yogi Pranata), Tio berubah menjadi sosok pendiam. Dia juga membersihkan kandang burung peliharaan di tempat abangnya. Padahal, tak biasanya dia seperti itu,” ungkap pria yang memiliki anak tiga perempuan dan tiga laki-laki.
Diutarakannya, pada hari Selasa (10/5) lalu, Tio sempat pulang ke rumah dan bertemu ibunya. Dia kemudian bermanja sembari memeluk ibunya. Bahkan, abangnya, Yogi yang juga pulang tak mau kalah dan ikut memeluk ibunya. Wajar saja, sudah lama enggak ketemu.
“Keesokan harinya, Rabu (11/5) pagi, anak Tio pergi mengantar surat lamaran kerja ke PT Yakult. Dia pun kemudian pergi mengirim surat lamaran tersebut dengan diantar abangnya. Setelah itu, barulah diantar ke Sibolangit,” jelas Sutrisno.
Dia mengatakan, semenjak itu Tio tidak ada pulang dan sering menginap bersama beberapa temannya di tempat abangnya di Sibolangit. Kebetulan, abangnya bekerja menjaga kebun tak berapa jauh dari lokasi bencana.
Semasa hidup, anaknya pernah bercerita bahwa wisatawan yang dipandunya tak hanya berasal dari dalam negeri tetapi luar negeri. Ada orang Malaysia, Australia dan Jerman.
“Kebetulan anak saya ini cukup pandai berbahasa Inggris. Dari semua guide, anak saya ini yang pandai berbahasa Inggris. Dia sempat cerita, dikasih uang 20 Ringgit sama orang Malaysia. Lalu, saya bilang sudah lumayanlah. Tapi, dibilangnya sedikit karena 1 Ringgit senilai Rp3.000. Lantas, saya bilang terima saja namanya pemberian dan yang penting jangan meminta,” ulasnya.
Kata Sutrisno, Tio memang memiliki hobi petualang, senang dengan air terjun dan pantai. Hobinya itu sering disalurkan ketika menginjak kuliah di STMIK Budidarma, Jalan Sisingamangaraja Medan.
“Dia baru dua bulan ini jadi jadi guide. Sebelumnya, pernah kerja menjadi marketing sales di Bank Mandiri tetapi hanya beberapa bulan saja. Karena tidak mencapai target akhirnya berhenti kerja. Terakhir, ikut jadi pelayan katering kalau ada pesta atau acara. Makanya, Tio memang betul-betul pekerja keras,” ucapnya.
Dilanjutkan Sutrisno, Tio pernah bilang sama dirinya mau melanjutkan kuliah hingga Sarjana dengan mengumpulkan uang hasil bekerja. Akan tetapi, belum tercapai.
“Keinginannya ya itu, mau melanjutkan kuliahnya meraih gelar sarjana. Saya tanya dari mana uangnya, dia bilang dari hasil kerja. Itulah keinginan dia yang belum tercapai dan masih saya ingat sampai sekarang,” kenang Sutrisno. (*)