27.8 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Program Imunisasi Dinkes Dinilai Gagal

Difteri-ilustrasi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Kesehatan Kota Medan dinilai gagal menggalakkan program imunisasi yang tepat sasaran. Terjangkitnya warga Medan wabah penyakit difteri menjadi salah satu bukti Dinkes gagal dalam program tersebut.

“Wabah (difteri) inikan bukan ujug-ujug ada. Pangkal persoalannya itu ada pada imunisasi kepada anak sejak dini,” kata Anggota Komisi B DPRD Medan Irsal Fikri kepada Sumut Pos, Minggu (17/12).

Menurut dia, cara terbaik mencegah difteri adalah dengan vaksin. Di Indonesia, vaksin difteri biasanya diberikan lewat imunisasi DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis) sebanyak lima kali semenjak bayi berusia 2 bulan. Anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun.

“Hal-hal seperti inikan harusnya Dinkes itu tanggap. Nah kenapa sekarang wabah ini muncul lagi dan menjangkit masyarakat terutama kalangan bayi, berarti ada yang gak jalan selama ini program Dinkes tersebut,” katanya.

Seharusnya, ungkap Irsal, sejak dini wabah difteri bisa dideteksi melalui imunisasi DTP tersebut. Baik di rumah-rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), maupun puskesmas pembantu (pustu). “Nah, di pustu-pustu ini harusnya diaktifkan lagilah sehingga sejak dini bayi itu punya daya tahan tubuh yang kuat terhadap wabah penyakit seperti difteri tersebut. Kalau sudah ada yang terjangkit tentu akan repot ceritanya,” imbuh Sekretaris Fraksi PPP DPRD Medan itu.

Ia menambahkan, Dinkes dan stakeholder terkait lainnya mulai kini wajib proaktif atas wabah-wabah penyakit seperti difteri tersebut. Mulai kini pula sambung dia harus menghimbau seluruh unit pelayanan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, terutama kalangan bayi.

“Bila perlu jemput bola ketika mengetahui ada bayi lahir. Beri pemahaman tentang wabah-wabah penyakit yang rentan menyerang bayi. Jangan tunggu ada korban baru sibuk turun ke lapangan,” katanya.

Kepada Kadinkes Medan Usma Polita Nasution, Irsal menyarankan jangan banyak berteori dan retorika saja melainkan kerja nyata menggerakkan stakeholder Dinkes Medan membuat tim terpadu maupun satuan tugas (satgas).

“Ya kan banyak cara bisa dilakukan. Cepat informasikan kepada publik sejauh mana bahaya wabah tersebut sekarang ini di Kota Medan. Termasuk melibatkan seluruh unsur di dalam tim terpadu atau satgas itu, bila perlu turun ke lapangan melakukan gerakan maupun sosialisasi. Sehingga tidak semakin banyak warga Medan yang terjangkit penyakit itu,” paparnya.

Difteri-ilustrasi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Kesehatan Kota Medan dinilai gagal menggalakkan program imunisasi yang tepat sasaran. Terjangkitnya warga Medan wabah penyakit difteri menjadi salah satu bukti Dinkes gagal dalam program tersebut.

“Wabah (difteri) inikan bukan ujug-ujug ada. Pangkal persoalannya itu ada pada imunisasi kepada anak sejak dini,” kata Anggota Komisi B DPRD Medan Irsal Fikri kepada Sumut Pos, Minggu (17/12).

Menurut dia, cara terbaik mencegah difteri adalah dengan vaksin. Di Indonesia, vaksin difteri biasanya diberikan lewat imunisasi DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis) sebanyak lima kali semenjak bayi berusia 2 bulan. Anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun.

“Hal-hal seperti inikan harusnya Dinkes itu tanggap. Nah kenapa sekarang wabah ini muncul lagi dan menjangkit masyarakat terutama kalangan bayi, berarti ada yang gak jalan selama ini program Dinkes tersebut,” katanya.

Seharusnya, ungkap Irsal, sejak dini wabah difteri bisa dideteksi melalui imunisasi DTP tersebut. Baik di rumah-rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), maupun puskesmas pembantu (pustu). “Nah, di pustu-pustu ini harusnya diaktifkan lagilah sehingga sejak dini bayi itu punya daya tahan tubuh yang kuat terhadap wabah penyakit seperti difteri tersebut. Kalau sudah ada yang terjangkit tentu akan repot ceritanya,” imbuh Sekretaris Fraksi PPP DPRD Medan itu.

Ia menambahkan, Dinkes dan stakeholder terkait lainnya mulai kini wajib proaktif atas wabah-wabah penyakit seperti difteri tersebut. Mulai kini pula sambung dia harus menghimbau seluruh unit pelayanan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, terutama kalangan bayi.

“Bila perlu jemput bola ketika mengetahui ada bayi lahir. Beri pemahaman tentang wabah-wabah penyakit yang rentan menyerang bayi. Jangan tunggu ada korban baru sibuk turun ke lapangan,” katanya.

Kepada Kadinkes Medan Usma Polita Nasution, Irsal menyarankan jangan banyak berteori dan retorika saja melainkan kerja nyata menggerakkan stakeholder Dinkes Medan membuat tim terpadu maupun satuan tugas (satgas).

“Ya kan banyak cara bisa dilakukan. Cepat informasikan kepada publik sejauh mana bahaya wabah tersebut sekarang ini di Kota Medan. Termasuk melibatkan seluruh unsur di dalam tim terpadu atau satgas itu, bila perlu turun ke lapangan melakukan gerakan maupun sosialisasi. Sehingga tidak semakin banyak warga Medan yang terjangkit penyakit itu,” paparnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/