28 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Kepling Tertolong, Lingkungan pun ’Kinclong’

Foto: Pran Hasibuan/Sumut Pos
Mangapul Harianja, petugas Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Umum (P3SU) Medan, bersama rekannya.

Bergabung sebagai Petugas Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Umum (P3SU) memiliki sarat yang ketat. Salah satunya membuat dan menandatangani surat pernyataan, bersedia bekerja kapan pun dibutuhkan. Selain handphone harus aktif 24 jam, juga siap melakukan apapun yang diinstruksikan lurah.

 

PRAN HASIBUAN, Medan

 

DENGAN peralatan seadanya, Mangapul dan rekan-rekannya bergegas menuju parit di wilayah Sakti Lubis. Kebetulan pada beberapa hari lalu, mereka diminta untuk membersihkan parit di kawasan itu. Mereka dibagi dalam dua kelompok. Satu dari arah Jalan Alfalah, satu lagi masuk dari Simpang Limun. Sampai di sana, mereka pun langsung sigap melaksanakan tugasnya.

Satu persatu personel P3SU masuk ke dalam parit. Mereka mengangkuti sampah yang menumpuk di selokan tersebut. Sampah-sampah itu kemudian dinaikkan ke atas lalu dikumpulkan menjadi satu, sembari menunggu armada pengangkut. “Hari cukup terik, tapi kawan-kawan tetap semangat bekerja,” cerita Mangapul Harianja, personel P3SU Kecamatan Medan Amplas usai melaksanakan tugas di wilayah tersebut.

Saban hari, kata dia, di tiap kelurahan ada yang membutuhkan tenaga mereka. Sebelumnya, mereka turut serta menormalisasi sungai sulang saling yang berada didekat wilayah Medan Denai. Di situ, kata Mangapul, mereka rutin setiap bulan membersihkan sungai tersebut. Sebab kerap banyak limbah rumah tangga warga yang dibuang di sana.

“Sulang Saling itu sangat berat membersihkannya, mengingat saluran pembuangan limbah warga berada persis di belakang sungai. Termasuk kotoran manusia selalu kami dapati saat membersihkan sungai itu,” ujar pria yang berdomisili di Kelurahan Bangunmulia ini.

Mungkin bagi banyak orang, hal itu tentu menjijikkan. Sangat menjijikkan bahkan merasa seperti terhina. Namun buat Magapul Harianja, karena sudah terbiasa menemukan limbah semacam itu, tentu tidak lagi terkejut. “Mula-mula sampai nggak selera makan karena teringat dengan hasil yang dikorek tadi. Hahaha…” katanya.

Menurutnya, hal itu bagian dari tantangan sebuah pekerjaan. Bila tidak siap berkecimpung sebagai P3SU, Mangapul mengakui bisa menderita menjalani pekerjaan tersebut. “Sebelumnya, ada membuat surat pernyataan sebelum siap menjadi P3SU. Lurah yang mencari langsung siapa masyarakat yang bersedia bergabung,” katanya.

Dengan kondisi ekonomi saat ini, Mangapul mengaku, honor yang diperolehnya belum memadai. “Gaji Rp2.270.000 sudah dipotong dengan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Akan tetapi, banyak pun bisa tidak cukup bila kita tidak pandai bersyukur. Malah kalau sedikit, dengan kita bisa manfaatkan uang tadi, ya cukup juga,” katanya sumringah.

Foto: Pran Hasibuan/Sumut Pos
Mangapul Harianja, petugas Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Umum (P3SU) Medan, bersama rekannya.

Bergabung sebagai Petugas Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Umum (P3SU) memiliki sarat yang ketat. Salah satunya membuat dan menandatangani surat pernyataan, bersedia bekerja kapan pun dibutuhkan. Selain handphone harus aktif 24 jam, juga siap melakukan apapun yang diinstruksikan lurah.

 

PRAN HASIBUAN, Medan

 

DENGAN peralatan seadanya, Mangapul dan rekan-rekannya bergegas menuju parit di wilayah Sakti Lubis. Kebetulan pada beberapa hari lalu, mereka diminta untuk membersihkan parit di kawasan itu. Mereka dibagi dalam dua kelompok. Satu dari arah Jalan Alfalah, satu lagi masuk dari Simpang Limun. Sampai di sana, mereka pun langsung sigap melaksanakan tugasnya.

Satu persatu personel P3SU masuk ke dalam parit. Mereka mengangkuti sampah yang menumpuk di selokan tersebut. Sampah-sampah itu kemudian dinaikkan ke atas lalu dikumpulkan menjadi satu, sembari menunggu armada pengangkut. “Hari cukup terik, tapi kawan-kawan tetap semangat bekerja,” cerita Mangapul Harianja, personel P3SU Kecamatan Medan Amplas usai melaksanakan tugas di wilayah tersebut.

Saban hari, kata dia, di tiap kelurahan ada yang membutuhkan tenaga mereka. Sebelumnya, mereka turut serta menormalisasi sungai sulang saling yang berada didekat wilayah Medan Denai. Di situ, kata Mangapul, mereka rutin setiap bulan membersihkan sungai tersebut. Sebab kerap banyak limbah rumah tangga warga yang dibuang di sana.

“Sulang Saling itu sangat berat membersihkannya, mengingat saluran pembuangan limbah warga berada persis di belakang sungai. Termasuk kotoran manusia selalu kami dapati saat membersihkan sungai itu,” ujar pria yang berdomisili di Kelurahan Bangunmulia ini.

Mungkin bagi banyak orang, hal itu tentu menjijikkan. Sangat menjijikkan bahkan merasa seperti terhina. Namun buat Magapul Harianja, karena sudah terbiasa menemukan limbah semacam itu, tentu tidak lagi terkejut. “Mula-mula sampai nggak selera makan karena teringat dengan hasil yang dikorek tadi. Hahaha…” katanya.

Menurutnya, hal itu bagian dari tantangan sebuah pekerjaan. Bila tidak siap berkecimpung sebagai P3SU, Mangapul mengakui bisa menderita menjalani pekerjaan tersebut. “Sebelumnya, ada membuat surat pernyataan sebelum siap menjadi P3SU. Lurah yang mencari langsung siapa masyarakat yang bersedia bergabung,” katanya.

Dengan kondisi ekonomi saat ini, Mangapul mengaku, honor yang diperolehnya belum memadai. “Gaji Rp2.270.000 sudah dipotong dengan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Akan tetapi, banyak pun bisa tidak cukup bila kita tidak pandai bersyukur. Malah kalau sedikit, dengan kita bisa manfaatkan uang tadi, ya cukup juga,” katanya sumringah.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/