Mauliza Ihsan, remaja 19 tahun ini divonis dokter terjangkit limfoma atau kanker getah bening sejak 2015 lalu. Remaja asal Nanggroe Aceh Darussalam yang kala itu berusia 14 tahun, terpaksa menanggalkan sekolahnya karena mengidap penyakit berbahaya tersebut.
Berbicara dengan Sumut Pos disela acara seminar waspada kanker bertema “Deteksi Dini dan Penanganan Kanker Anak” di Medan, Sabtu (18/2) kemarin, Ihsan menceritakan sedikit kisahnya mengidap kanker betah gening.
Dia bercerita, Â awal gejala penyakit itu terserang mingran, badan pegal-pegal sampai mengeluarkan darah dari hidung.
“Setelah dicek ke rumah sakit, dibilang ada tumor dalam tubuh saya. Habis itu berobatlah saya ke sana ke mari. Di Aceh saja saya kemoterapi sampai tujuh kali,” ujar Ihsan.
Tak sampai di situ, usai melakukan kemoterapi ternyata ada benjolan di leher Ihsan. Lantas ia dibawa ke salah satu rumah sakit di Banda Aceh, namun rumah sakit tersebut mengaku tak mampu menangani karena keterbatasan peralatan. Alhasil Ihsan dirujuk ke salah satu RS di Kota Medan.”Baru di situ saya dikemoterapi sebanyak 35 kali. Itu setiap hari, mulai dari Senin sampai Jumat. Terbukti bahwa saya terkena kanker getah benih,” ungkap Ihsan.
Mendengar kenyataan itu, Ihsan tertegun dan mengaku drop. Namun keluarganya tak kehilangan akal dengan cepat mengantisipasi penyakit sang anak. “Kejadian itu pada tahun 2015. Sejak diketahui saya mengalami kanker getah bening, keluarga membawa saya ke rumah sakit dan melakukan kemoterapi. Sebelum kemo dan radioterapi, Ihsan dibawa untuk kusuk,” ujarnya.
Mauliza Ihsan, remaja 19 tahun ini divonis dokter terjangkit limfoma atau kanker getah bening sejak 2015 lalu. Remaja asal Nanggroe Aceh Darussalam yang kala itu berusia 14 tahun, terpaksa menanggalkan sekolahnya karena mengidap penyakit berbahaya tersebut.
Berbicara dengan Sumut Pos disela acara seminar waspada kanker bertema “Deteksi Dini dan Penanganan Kanker Anak” di Medan, Sabtu (18/2) kemarin, Ihsan menceritakan sedikit kisahnya mengidap kanker betah gening.
Dia bercerita, Â awal gejala penyakit itu terserang mingran, badan pegal-pegal sampai mengeluarkan darah dari hidung.
“Setelah dicek ke rumah sakit, dibilang ada tumor dalam tubuh saya. Habis itu berobatlah saya ke sana ke mari. Di Aceh saja saya kemoterapi sampai tujuh kali,” ujar Ihsan.
Tak sampai di situ, usai melakukan kemoterapi ternyata ada benjolan di leher Ihsan. Lantas ia dibawa ke salah satu rumah sakit di Banda Aceh, namun rumah sakit tersebut mengaku tak mampu menangani karena keterbatasan peralatan. Alhasil Ihsan dirujuk ke salah satu RS di Kota Medan.”Baru di situ saya dikemoterapi sebanyak 35 kali. Itu setiap hari, mulai dari Senin sampai Jumat. Terbukti bahwa saya terkena kanker getah benih,” ungkap Ihsan.
Mendengar kenyataan itu, Ihsan tertegun dan mengaku drop. Namun keluarganya tak kehilangan akal dengan cepat mengantisipasi penyakit sang anak. “Kejadian itu pada tahun 2015. Sejak diketahui saya mengalami kanker getah bening, keluarga membawa saya ke rumah sakit dan melakukan kemoterapi. Sebelum kemo dan radioterapi, Ihsan dibawa untuk kusuk,” ujarnya.