29 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Jangan Ada Kesan ‘Mengerjai’, Nanti Turis Ogah Kembali

Foto: ANDRI GINTING/SUMUT POS Wisatawan asing memainkan alat musik tiup bersama rombongan karnaval Sigale-gale yang ikut memeriahkan Festival Danau Toba 2013 di Bukit Beta, Samosir, Sumut, Senin (9/9).
Foto: ANDRI GINTING/SUMUT POS
Wisatawan asing memainkan alat musik tiup bersama rombongan karnaval Sigale-gale yang ikut memeriahkan Festival Danau Toba 2013 di Bukit Beta, Samosir, Sumut, Senin (9/9).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Langkah PT Garuda Indonesia membuka jalur penerbangan dari Jakarta menuju Bandara Silangit, dinilai cukup efektif. Terutama dari sisi transportasi, karena mempermudah wisatawan datang berkunjung ke Danau Toba.

Namun menurut tokoh masyarakat Batak di Jakarta, Sarman Simanjorang, hal tersebut tidak cukup. Karena percuma ada transportasi, kalau ketika berada di sekitar Danau Toba, wisatawaan tidak menemukan apa yang mereka inginkan. Terutama keramahan masyarakat dalam menerima keberadaan mereka.

“Pertanyaannya dan yang harus dibenahi pemerintah itu, apakah masyarakat di sekitar kawasan Danau Toba sudah siap menerima kedatangan turis lokal maupun mancanegara dengan sikap ramah, bersahabat, jujur dan pelayanan yang berkesan,” ujar Sarman kepada Sumut Pos saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (20/3).

Menurut pengusaha yang juga sekaligus Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta ini, tanpa ada jaminan penerimaan dari masyarakat, sangat mustahil turis akan datang ke Danau Toba.

“Saya melihat kesadaran masyarakat di sana masih sangat rendah dan masih banyak memberikan kesan negatif yang membuat turis tidak mau kembali dan tidak merekomendasikan kepada orang lain untuk berkunjung ke sana,” kata pria asal Dairi ini.

Ia kemudian mencontohkan masalah menjaga kebersihan yang masih sangat rendah. Kemudian pelayanan transportasi lokal selama wisatawan berada di kawasan Danau Toba, cukup mahal. Bahkan terkesan mengerjai dan mengambil  kesempatan kepada turis dengan tarif yang cukup mahal?

“Untuk itu saya kira, pemerintah daerah sudah harus melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat sekitar, bagaimana memberikan pelayanan kepada pengunjung yang berkesan,” ujarnya.

Langkah ini menurut Sarman, harus dilakukan beriringan dengan upaya pemerintah pusat membenahi infrastruktur yang ada. Termasuk membuka penerbangan langsung ke sekitar Danau Toba. Dengan demikian wisatawan akan semakin banyak berkunjung.

“Kalau wisatawan banyak berkunjung, tentu dapat menambah  perputaran ekonomi di sana. Jadi masyarakat harus diberikan standar pelayanan baku,” katanya.

Foto: ANDRI GINTING/SUMUT POS Wisatawan asing memainkan alat musik tiup bersama rombongan karnaval Sigale-gale yang ikut memeriahkan Festival Danau Toba 2013 di Bukit Beta, Samosir, Sumut, Senin (9/9).
Foto: ANDRI GINTING/SUMUT POS
Wisatawan asing memainkan alat musik tiup bersama rombongan karnaval Sigale-gale yang ikut memeriahkan Festival Danau Toba 2013 di Bukit Beta, Samosir, Sumut, Senin (9/9).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Langkah PT Garuda Indonesia membuka jalur penerbangan dari Jakarta menuju Bandara Silangit, dinilai cukup efektif. Terutama dari sisi transportasi, karena mempermudah wisatawan datang berkunjung ke Danau Toba.

Namun menurut tokoh masyarakat Batak di Jakarta, Sarman Simanjorang, hal tersebut tidak cukup. Karena percuma ada transportasi, kalau ketika berada di sekitar Danau Toba, wisatawaan tidak menemukan apa yang mereka inginkan. Terutama keramahan masyarakat dalam menerima keberadaan mereka.

“Pertanyaannya dan yang harus dibenahi pemerintah itu, apakah masyarakat di sekitar kawasan Danau Toba sudah siap menerima kedatangan turis lokal maupun mancanegara dengan sikap ramah, bersahabat, jujur dan pelayanan yang berkesan,” ujar Sarman kepada Sumut Pos saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (20/3).

Menurut pengusaha yang juga sekaligus Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta ini, tanpa ada jaminan penerimaan dari masyarakat, sangat mustahil turis akan datang ke Danau Toba.

“Saya melihat kesadaran masyarakat di sana masih sangat rendah dan masih banyak memberikan kesan negatif yang membuat turis tidak mau kembali dan tidak merekomendasikan kepada orang lain untuk berkunjung ke sana,” kata pria asal Dairi ini.

Ia kemudian mencontohkan masalah menjaga kebersihan yang masih sangat rendah. Kemudian pelayanan transportasi lokal selama wisatawan berada di kawasan Danau Toba, cukup mahal. Bahkan terkesan mengerjai dan mengambil  kesempatan kepada turis dengan tarif yang cukup mahal?

“Untuk itu saya kira, pemerintah daerah sudah harus melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat sekitar, bagaimana memberikan pelayanan kepada pengunjung yang berkesan,” ujarnya.

Langkah ini menurut Sarman, harus dilakukan beriringan dengan upaya pemerintah pusat membenahi infrastruktur yang ada. Termasuk membuka penerbangan langsung ke sekitar Danau Toba. Dengan demikian wisatawan akan semakin banyak berkunjung.

“Kalau wisatawan banyak berkunjung, tentu dapat menambah  perputaran ekonomi di sana. Jadi masyarakat harus diberikan standar pelayanan baku,” katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/