26.7 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Sahur Bersama Tokoh, Bupati Sergai, Ir H Soekirman

Tepat pukul 03.30 WIB, Minggu pagi (20/7), Tim Sahur Sumut Pos sampai di kediaman Rumah Bupati Serdang Bedagai (Sergai) Ir H Soekirman. Di rumah yang berada di Jalan Cokelat No 40 Komplek Sawit Indah Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten Sergai itu, tim langsung dipersilakan masuk ke dalam rumah berlantai dua bercat putih untuk melaksanakan sahur.

Di meja makan, sang istri bupati, Hj Marliah Soekirman telah menyajikan menu makanan santap sahur berupa goreng ayam kalasan, goreng udang kering, sayur tumis, sambal kepah, gulai ikan, nasi putih, dan teh manis panas. Setelah basa-basi sebentar, tim dan keluarga Bupati Sergai melaksanakan santap sahur bersama.

Sembari makan, Ir Soekirman sesekali melontarkan pertanyaan kepada tim sahur di mana keberadaan tempat tinggal.Terkadang dia sesekali  juga tertawa kecil sembari menyantap makanan.

Soekirman dan istrinya Hj Marliah Soekirman memperkenalkan lima orang anaknya yang dalam lakon Jawa disebut Pandawa Lima karena semuanya laki-laki. Terlihat anak pertamanya  Searca Agung Nugroho, kedua  Panji Setyo Cahyo, Dimastri Aji,  Diva Wicaksono dan Presetio Feldaping. Bahkan Soekirman kini sudah menjadi kakek dengan mempunyai cucu dua orang bernama  Abimayu dan Saka Ariraja pasangan dari Searca Agung Nugroho dengan Haidah Lailah.

Soekirman sambil makan mulai menceritakan singkat sejarah silsilah keluarga. Berawal dari buyut yang merantau dari Pulau Jawa ke Sumatera dan berkerja menjadi penjaga perawat kuda milik kerajaan Serdang di Perbaungan, maka dari situlah keluarga mereka berkembang hingga sekarang.

Usai makan sahur, Soekirman mengajak tim sahur duduk-duduk di ruang tamu menunggu waktu imsyak. Beliau pun memberikan buku berjudul Serdang Bedagai Kampungku, buah karyanya yang dia selesaikan dalam dua tahun. Buku tersebut menyajikan bahwa lengkap sejarah seluruh desa dan kecamatan yang ada di Kabupaten Sergai, mulai dari siapa kepala desa pertama dan sejarah wilayah Sergai. “Sudah 7 buku yang saya keluarkan, pertama berjudul LSM naik Haji, Orang Jawa di Sumatera Utara,  Bang Kirman Jadi Wakil Bupati, Pujakesuma, Pertanian Organik, Serdang Bedagai Kampungku dan buku terakhir, Ondernaming Sergai,”jelasnya.

Soekirman mengaku sangat suka membaca buku. Menurutnya, dengan banyak membaca buku bisa mengetahui berbagai masalah sosial di masyarakat. Karena pandai berbahasa Batak dan Jawa, Soekirman berencana akan membuat buku tentang keragaman etnis di Sergai yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa daerah seperti bahasa Batak, Jawa, Melayu, Banjar, dan lainnya. Soekirman mengaku sangat ketakutan apabila semangkin lama bahasa-bahasa daerah akan hilang, pasalnya menurut beberapa survei, ada sebanyak 700 bahasa di Indonesia tetapi sekarang sudah hilang 140 bahasa daerah.

“Apabila tingkat kehilangan hingga mencapai 500 bahasa, maka kita tidak akan mengenal lagi bahasa daerah, terutama di Sergai, bahasa Jawa dan Batak ditakutkan akan mulai menghilang dalam pemakaian bahasa sehari-hari,”ujarnya.

Lanjut Soekirman, dia berharap budaya Batak dan Jawa jangan hilang di wilayah Sergai, untuk mengatasi semua permasalahan tersebut, Soekirman melaksanakan kegiatan temu kangen. Apabila di wilayah orang suku Jawa, dia mengaku sering menjadi dalang wayang kulit untuk mensosialiasasikan ketentuan-ketentuan dan peraturan Pemkab Sergai. “Kalau jumpa kepala desa warga Jawa, kita menggunakan bahasa Jawa, apabil kepala desanya orang Batak, kita mendalang menggunakan bahasa Batak,” lepas Soekirman sembari tertawa.

Soekirman juga ingin menulis buku tentang ikan, dahulunya di wilayah Sergai ada habitat ikan yang jenisnya mencapai 27 macam, dan sekarang hanya terdapat hanya 8 jenis ikan saja. Terutama ikan putak (belidah) sudah jarang ditemukan karena banyak rawa-rawa sudah beralih pungsi menjadi daerah perkebunan sawit. “Kita akan menggalakan lagi budidaya berbagai ikan rawa. Untuk mengantisipasi ini, kita akan melakukan penekanan penggunaan pestisida dan menurunkan oservasi alam,” paparnya.

Menceritakan perkembangan kedepan Kabupaten Sergai, Soekirman menyikapi jalan tol Kualanamu-Tebingtinggi denganmelakukan permohonan di pinggir tol membuat rest area seperti produk-produk di Pasar Benkel. Kemudian, meningkatkan insfratuktur jalan melalui pinggir laut karena perkembangan kota sesuai dengan RTRW bahwa kawasan pinggir pantai akan dikembangkan menjadi kawasan pembangunan, seperti wisata bahari. Di pesisir pantai Cermin knii sudah mempunyai akses jalan tembus ke wilayah Kabupaten Batubara dan bisa dilewati oleh mobil-mobil pribadi. “Kita mengembangkan wisata agrobisnis perkebunan dan pertanian, wilayah industri di kawasan Kecamatan Tebingtinggi dan Tebingsyahbandar. Sekarang kita sedang melobi pihak angkasa pura II Kualanamu untuk memohonkan mendapat satu gerai menjual produk-produk hasil kerajinan makanan UKM di sana,” terangnya.

 Tidak lama kemudian, terdengar waktu Imsyakiah dan alunan azan subuh. Rombongan tim sahur Sumut Pos meninggalkan kediaman rumah Bupati Sergai, Ir H Soekirman.  (*)

Tepat pukul 03.30 WIB, Minggu pagi (20/7), Tim Sahur Sumut Pos sampai di kediaman Rumah Bupati Serdang Bedagai (Sergai) Ir H Soekirman. Di rumah yang berada di Jalan Cokelat No 40 Komplek Sawit Indah Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten Sergai itu, tim langsung dipersilakan masuk ke dalam rumah berlantai dua bercat putih untuk melaksanakan sahur.

Di meja makan, sang istri bupati, Hj Marliah Soekirman telah menyajikan menu makanan santap sahur berupa goreng ayam kalasan, goreng udang kering, sayur tumis, sambal kepah, gulai ikan, nasi putih, dan teh manis panas. Setelah basa-basi sebentar, tim dan keluarga Bupati Sergai melaksanakan santap sahur bersama.

Sembari makan, Ir Soekirman sesekali melontarkan pertanyaan kepada tim sahur di mana keberadaan tempat tinggal.Terkadang dia sesekali  juga tertawa kecil sembari menyantap makanan.

Soekirman dan istrinya Hj Marliah Soekirman memperkenalkan lima orang anaknya yang dalam lakon Jawa disebut Pandawa Lima karena semuanya laki-laki. Terlihat anak pertamanya  Searca Agung Nugroho, kedua  Panji Setyo Cahyo, Dimastri Aji,  Diva Wicaksono dan Presetio Feldaping. Bahkan Soekirman kini sudah menjadi kakek dengan mempunyai cucu dua orang bernama  Abimayu dan Saka Ariraja pasangan dari Searca Agung Nugroho dengan Haidah Lailah.

Soekirman sambil makan mulai menceritakan singkat sejarah silsilah keluarga. Berawal dari buyut yang merantau dari Pulau Jawa ke Sumatera dan berkerja menjadi penjaga perawat kuda milik kerajaan Serdang di Perbaungan, maka dari situlah keluarga mereka berkembang hingga sekarang.

Usai makan sahur, Soekirman mengajak tim sahur duduk-duduk di ruang tamu menunggu waktu imsyak. Beliau pun memberikan buku berjudul Serdang Bedagai Kampungku, buah karyanya yang dia selesaikan dalam dua tahun. Buku tersebut menyajikan bahwa lengkap sejarah seluruh desa dan kecamatan yang ada di Kabupaten Sergai, mulai dari siapa kepala desa pertama dan sejarah wilayah Sergai. “Sudah 7 buku yang saya keluarkan, pertama berjudul LSM naik Haji, Orang Jawa di Sumatera Utara,  Bang Kirman Jadi Wakil Bupati, Pujakesuma, Pertanian Organik, Serdang Bedagai Kampungku dan buku terakhir, Ondernaming Sergai,”jelasnya.

Soekirman mengaku sangat suka membaca buku. Menurutnya, dengan banyak membaca buku bisa mengetahui berbagai masalah sosial di masyarakat. Karena pandai berbahasa Batak dan Jawa, Soekirman berencana akan membuat buku tentang keragaman etnis di Sergai yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa daerah seperti bahasa Batak, Jawa, Melayu, Banjar, dan lainnya. Soekirman mengaku sangat ketakutan apabila semangkin lama bahasa-bahasa daerah akan hilang, pasalnya menurut beberapa survei, ada sebanyak 700 bahasa di Indonesia tetapi sekarang sudah hilang 140 bahasa daerah.

“Apabila tingkat kehilangan hingga mencapai 500 bahasa, maka kita tidak akan mengenal lagi bahasa daerah, terutama di Sergai, bahasa Jawa dan Batak ditakutkan akan mulai menghilang dalam pemakaian bahasa sehari-hari,”ujarnya.

Lanjut Soekirman, dia berharap budaya Batak dan Jawa jangan hilang di wilayah Sergai, untuk mengatasi semua permasalahan tersebut, Soekirman melaksanakan kegiatan temu kangen. Apabila di wilayah orang suku Jawa, dia mengaku sering menjadi dalang wayang kulit untuk mensosialiasasikan ketentuan-ketentuan dan peraturan Pemkab Sergai. “Kalau jumpa kepala desa warga Jawa, kita menggunakan bahasa Jawa, apabil kepala desanya orang Batak, kita mendalang menggunakan bahasa Batak,” lepas Soekirman sembari tertawa.

Soekirman juga ingin menulis buku tentang ikan, dahulunya di wilayah Sergai ada habitat ikan yang jenisnya mencapai 27 macam, dan sekarang hanya terdapat hanya 8 jenis ikan saja. Terutama ikan putak (belidah) sudah jarang ditemukan karena banyak rawa-rawa sudah beralih pungsi menjadi daerah perkebunan sawit. “Kita akan menggalakan lagi budidaya berbagai ikan rawa. Untuk mengantisipasi ini, kita akan melakukan penekanan penggunaan pestisida dan menurunkan oservasi alam,” paparnya.

Menceritakan perkembangan kedepan Kabupaten Sergai, Soekirman menyikapi jalan tol Kualanamu-Tebingtinggi denganmelakukan permohonan di pinggir tol membuat rest area seperti produk-produk di Pasar Benkel. Kemudian, meningkatkan insfratuktur jalan melalui pinggir laut karena perkembangan kota sesuai dengan RTRW bahwa kawasan pinggir pantai akan dikembangkan menjadi kawasan pembangunan, seperti wisata bahari. Di pesisir pantai Cermin knii sudah mempunyai akses jalan tembus ke wilayah Kabupaten Batubara dan bisa dilewati oleh mobil-mobil pribadi. “Kita mengembangkan wisata agrobisnis perkebunan dan pertanian, wilayah industri di kawasan Kecamatan Tebingtinggi dan Tebingsyahbandar. Sekarang kita sedang melobi pihak angkasa pura II Kualanamu untuk memohonkan mendapat satu gerai menjual produk-produk hasil kerajinan makanan UKM di sana,” terangnya.

 Tidak lama kemudian, terdengar waktu Imsyakiah dan alunan azan subuh. Rombongan tim sahur Sumut Pos meninggalkan kediaman rumah Bupati Sergai, Ir H Soekirman.  (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/