Imigran Rohingya mengangkut barang-barangnya saat persiapan pemindahan dari tempat penampungan sementara penginapan Beraspatih Medan, Selasa (22/11). Sebagian dari 965 pengungsi Rohingya yang menempati tiga lokasi penampungan di Aceh Utara, Aceh Timur dan Kota Langsa kini hanya tersisa sekitar 61 orang selebihnya telah melarikan diri ke Malaysia dan telah direlokasi ke negara ketiga melalui Medan, Sumatera Utara.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemindahan imigran Rohingnya-Myanmar dari Aceh ke Medan, masih dalam proses. Mereka akan berada di Medan selama 6 bulan, untuk kepentingan cek kesehatan.
Perwakilan IOM, Mariam mengatakan, hal ini disebabkan tidak semua rumah sakit di Aceh memiliki fasilitas kesehatan yang dibutuhkan. Fasilitas itu hanya ada di Kota Medan. “Alasannya, karena fasilitas untuk pemeriksaan kesehatan tersebut hanya ada di Kota Medan, tidak ada di Aceh,” jelas Mariam, Selasa (22/11).
Menurut Mariam, selama di Medan, para pengungsi akan ditempatkan di Hotel Beraspati, Jalan Jamin Ginting. Untuk biaya makan dan kebutuhan lainnya, akan ditangani IOM. Namun ia tak bisa memastikan, apakah setelah pemeriksaan kesehatan mereka dititipkan ke negara lain atau ada alternatif lain. Ia hanya memastikan, mereka tidak bisa dipulangkan kembali ke negaranya. “Negaranya sedang konflik. Mereka juga tidak bisa menetap di Indonesia. Karena mereka bukan warga Indonesia. Jadi belum tahu. Lihat situasinya nanti,” bebernya.
Belakangan ini, Indonesia, khususnya Kota Medan, sudah menjadi destinasi bagi para pencari suaka (pengungsi) dari masyarakat luar negeri. Data Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumut, dari total 2.100 pengungsi yang menetap di Kota Medan, asal Somalia (528) menduduki ranking teratas. Disusul Srilanka (356 pengungsi), Afganistan (354), Myanmar (313), dan Palestina (222).
“Kalau dahulu para imigran atau pengungsi ini menjadikan Indonesia sebagai negara transit (persinggahan), sekarang sepertinya sudah jadi destinasi,” tutur Kepala Kantor Imigrasi Polonia Medan Harianto di Kantor Wali Kota Medan, Selasa (22/11).
Beberapa faktor yang menyebabkan mudahnya para imigran tersebut masuk ke Indonesia, menurut Harianto, karena Pemerintah membolehkan penampungan para imigran. Sementara, kebijakan Pemerintah Australia menolak menerima pencari suaka, dan berimbas signifikan terkait jumlah imigran yang masuk ke Indonesia.
“Pencari suaka ini sifatnya ingin mencari kehidupan lebih layak. Kebetulan Indonesia posisinya di atas Australia, makanya sekarang ini banyak menuju Indonesia. Karena Pemerintah kita tidak menindaklanjuti konferensi 1991,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, atas dasar kemanusiaan, International Organization for Migration (IOM), sebagai lembaga yang dipercaya menangani para imigran, membantu pencari suaka mencari negara ketiga sebagai tempat tinggal. “Mereka umumnya adalah korban konflik, politik, dan agama, yang terjadi di negaranya, sehingga merasa memerlukan tempat lain di luar negara mereka,” jelas Harianto, didampingi Plh Kabid Lalu Lintas dan Izin Tinggal Imigrasi Kemenkum HAM Syamsul Bahri, perwakilan IOM Mariam, dan Kepala Dinsosnaker Kota Medan Syarif Armansyah Lubis.
