27.8 C
Medan
Wednesday, May 29, 2024

Dokter Terlambat, Bayi Meninggal di Kandungan

Bayi-Ilustrasi
Bayi-Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Diduga karena terlambat mendapat penanganan medis, Sri Mulyani (34) harus merelakan anak keempatnya pergi untuk selamanya. Bayi berusia 8,5 bulan itu meninggal di dalam kandungan. Peristiwa memilukan ini terjadi di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin, Jalan Sei Batang Hari Medan, Selasa (23/2) malam.

Info dihimpun, cerita tragis ini bermula saat Sri yang bekerja di Dinas Kesehatan Tanjungbalai itu mengalami patah tangan kanan usai jatuh dari atas sepeda motor, Selasa pagi. “Awalnya adik aku (Sri) mau ke kantornya yang tak jauh dari rumah. Dia naik sepeda motor dan jatuh hingga tangan sebelah kanannya patah,” terang Azhari, abang kandung Sri.

Mengetahui peristiwa itu, pihak keluarga langsung melarikan Sri ke Rumah Sakit Daerah (RSUD) Tanjungbalai. “Memang kandungannya saat itu sudah 8,5 bulan. Dan saat kejadian dia dibawa ke RSUD Tanjungbalai. Setelah diperiksa, pihak rumah sakit merujuk adikku ke rumah sakit di Medan,” beber Azhari.

Azhari pun melakukan survei rumah sakit yang ada di Medan. “Pagi tadi kutanya-tanya sama kawan-kawan aku di mana rumah sakit bagus. Dan mereka bilang di Bunda Thamrin, makanya siang tadi jam setengah 12 langsung kupesan kamar 508,” katanya.

Singkat cerita, Sri pun dibawa dengan mobil ambulans dan tiba di Medan sekitar pukul 18.00 WIB. Setiba di RS Bunda Thamrin, Sri langsung dibawa ke ruang IGD. Saat itu Sri tak langsung mendapat penanganan medis dari dokter.

“Di IGD adek aku tidak ditangani sama dokter. Kutanya sama perawat, mereka bilang dokternya masih on the way ( diperjalanan),” katanya.

Setelah 2 jam menunggu, sang dokter akhirnya datang sekira pukul 21.00 WIB. ”Dua jam adik aku dibiarkan. Dokternya baru datang jam 9 malam. Saat dokter itu periksa adek aku, katanya bayi dalam kandungannya sudah meninggal. Kan gilak kali bang, padahal hasil pemeriksaan dokter di RSUD Tanjungbalai bilang tidak ada masalah dengan kandungan di perut adek aku. Hanya tangannya saja yang patah. Kalau kandungan baik-baik saja. Kami gak terima ini bang, ini sekarang masih operasi pengambilan jasad bayi dalam perut kata dokternya,” protes Azhari.

Hingga kemarin malam pihak keluarga Azhari belum ada mempertanyakan kenapa sang dokter lama datang.

“Padahal kamar pasien sudah saya pesan dari siang. Kami bayar di sini bang, tapi kenapa kayak gini perlakuan mereka? Saat adekku siuman nanti, kami akan ambil tindakan,” tegasnya.

Hingga berita ini dilansir, pihak RS Bunda Thamrin belum bersedia memberi penjelasan saat dikonfirmasi. (mag-1/deo)

Bayi-Ilustrasi
Bayi-Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Diduga karena terlambat mendapat penanganan medis, Sri Mulyani (34) harus merelakan anak keempatnya pergi untuk selamanya. Bayi berusia 8,5 bulan itu meninggal di dalam kandungan. Peristiwa memilukan ini terjadi di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin, Jalan Sei Batang Hari Medan, Selasa (23/2) malam.

Info dihimpun, cerita tragis ini bermula saat Sri yang bekerja di Dinas Kesehatan Tanjungbalai itu mengalami patah tangan kanan usai jatuh dari atas sepeda motor, Selasa pagi. “Awalnya adik aku (Sri) mau ke kantornya yang tak jauh dari rumah. Dia naik sepeda motor dan jatuh hingga tangan sebelah kanannya patah,” terang Azhari, abang kandung Sri.

Mengetahui peristiwa itu, pihak keluarga langsung melarikan Sri ke Rumah Sakit Daerah (RSUD) Tanjungbalai. “Memang kandungannya saat itu sudah 8,5 bulan. Dan saat kejadian dia dibawa ke RSUD Tanjungbalai. Setelah diperiksa, pihak rumah sakit merujuk adikku ke rumah sakit di Medan,” beber Azhari.

Azhari pun melakukan survei rumah sakit yang ada di Medan. “Pagi tadi kutanya-tanya sama kawan-kawan aku di mana rumah sakit bagus. Dan mereka bilang di Bunda Thamrin, makanya siang tadi jam setengah 12 langsung kupesan kamar 508,” katanya.

Singkat cerita, Sri pun dibawa dengan mobil ambulans dan tiba di Medan sekitar pukul 18.00 WIB. Setiba di RS Bunda Thamrin, Sri langsung dibawa ke ruang IGD. Saat itu Sri tak langsung mendapat penanganan medis dari dokter.

“Di IGD adek aku tidak ditangani sama dokter. Kutanya sama perawat, mereka bilang dokternya masih on the way ( diperjalanan),” katanya.

Setelah 2 jam menunggu, sang dokter akhirnya datang sekira pukul 21.00 WIB. ”Dua jam adik aku dibiarkan. Dokternya baru datang jam 9 malam. Saat dokter itu periksa adek aku, katanya bayi dalam kandungannya sudah meninggal. Kan gilak kali bang, padahal hasil pemeriksaan dokter di RSUD Tanjungbalai bilang tidak ada masalah dengan kandungan di perut adek aku. Hanya tangannya saja yang patah. Kalau kandungan baik-baik saja. Kami gak terima ini bang, ini sekarang masih operasi pengambilan jasad bayi dalam perut kata dokternya,” protes Azhari.

Hingga kemarin malam pihak keluarga Azhari belum ada mempertanyakan kenapa sang dokter lama datang.

“Padahal kamar pasien sudah saya pesan dari siang. Kami bayar di sini bang, tapi kenapa kayak gini perlakuan mereka? Saat adekku siuman nanti, kami akan ambil tindakan,” tegasnya.

Hingga berita ini dilansir, pihak RS Bunda Thamrin belum bersedia memberi penjelasan saat dikonfirmasi. (mag-1/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/