Djarot-Sihar Untuk Sumatera Utara
Jika kita membedah semua visi misi pasangan Djarot-Sihar di Pilgubsu, bisa disimpulkan program pasangan ini paling nyata dalam mengentaskan kemiskinan. Selain kampanye Sumut Bersih dan Sumut Hebat yang dikumandangkan pasangan Djarot-Sihar. Program Kartu Sumut Sehat (KSS) dan Kartu Sumut Pintar (KSP) secara langsung sifatnya affirmatif bertujuan mengatasi kesenjangan sosial di Sumut.
Tidak hanya itu, pasangan Djarot-Sihar memiliki program-program unggulan yang akan mereka kerjakan di periode 2018-2023, jika diberi amanat oleh rakyat Sumut. Terutama masalah penting terkait keadilan dan pemerataan di Sumut antara lain; perbaikan infrastruktur jalan hanya dalam waktu dua tahun, pembangunan sarana dan prasarana olah raga melalui Sumut Sport Center (SSC), revitalisasi pasar-pasar tradisional dan pengembangan sektor pariwisata yang dikhususkan di Kepulauan Nias.
Artinya pada titik ini, media harus melakukan pembedahan dan pemamaparan secara objektif dengan lampiran data yang kuat terhadap visi misi dan program para kandidat yang bertarung di Pilgubsu. Tujuannya bukan untuk pemaksaan media-media tersebut untuk melakukan endorsing ke salah satu kandidat layaknya The New York Times di Pilpres AS atau The Jakarta Post di Pilpres Indonesia. Bila media-media tersebut masih belum siap dan masih “malu-malu kucing” terkait dukungan ke salah satu paslon yang berkompetisi.
Tapi yang pasti, Sumut saat ini butuh kerja nyata tanpa retorika omong kosong dalam mencapai kesejahteraan masyarakatnya. Komitmen nyata ini pula yang ada pada pasangan Djarot-Sihar dalam mengentaskan ragam persoalan yang membelenggu Sumut setidaknya dalam dua dekade terakhir. Sejak reformasi 1998 digulirkan 20 tahun yang lalu.
Pun saat kewenangan daerah dalam mengurus wilayahnya sendiri di dapatkan dalam bentuk otonomi daerah. Artinya baik media, masyarakat, akademisi, peneliti, LSM dan pemangku kepentingan lain harus melihat persoalan inis ebagai agenda besar yang sama-sama harus dituntaskan. Kesimpulannya pertarungan Djarot-Sihar di Pilgubsu tahun ini, tidak hanya untuk sebuah kompetisi dan distribusi kekuasaan semata. Tapi memastikan, dalam 5 tahun kedepan Sumut sebagai salah satu provinsi terbesar di Indonesia bisa jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. (*)
Djarot-Sihar Untuk Sumatera Utara
Jika kita membedah semua visi misi pasangan Djarot-Sihar di Pilgubsu, bisa disimpulkan program pasangan ini paling nyata dalam mengentaskan kemiskinan. Selain kampanye Sumut Bersih dan Sumut Hebat yang dikumandangkan pasangan Djarot-Sihar. Program Kartu Sumut Sehat (KSS) dan Kartu Sumut Pintar (KSP) secara langsung sifatnya affirmatif bertujuan mengatasi kesenjangan sosial di Sumut.
Tidak hanya itu, pasangan Djarot-Sihar memiliki program-program unggulan yang akan mereka kerjakan di periode 2018-2023, jika diberi amanat oleh rakyat Sumut. Terutama masalah penting terkait keadilan dan pemerataan di Sumut antara lain; perbaikan infrastruktur jalan hanya dalam waktu dua tahun, pembangunan sarana dan prasarana olah raga melalui Sumut Sport Center (SSC), revitalisasi pasar-pasar tradisional dan pengembangan sektor pariwisata yang dikhususkan di Kepulauan Nias.
Artinya pada titik ini, media harus melakukan pembedahan dan pemamaparan secara objektif dengan lampiran data yang kuat terhadap visi misi dan program para kandidat yang bertarung di Pilgubsu. Tujuannya bukan untuk pemaksaan media-media tersebut untuk melakukan endorsing ke salah satu kandidat layaknya The New York Times di Pilpres AS atau The Jakarta Post di Pilpres Indonesia. Bila media-media tersebut masih belum siap dan masih “malu-malu kucing” terkait dukungan ke salah satu paslon yang berkompetisi.
Tapi yang pasti, Sumut saat ini butuh kerja nyata tanpa retorika omong kosong dalam mencapai kesejahteraan masyarakatnya. Komitmen nyata ini pula yang ada pada pasangan Djarot-Sihar dalam mengentaskan ragam persoalan yang membelenggu Sumut setidaknya dalam dua dekade terakhir. Sejak reformasi 1998 digulirkan 20 tahun yang lalu.
Pun saat kewenangan daerah dalam mengurus wilayahnya sendiri di dapatkan dalam bentuk otonomi daerah. Artinya baik media, masyarakat, akademisi, peneliti, LSM dan pemangku kepentingan lain harus melihat persoalan inis ebagai agenda besar yang sama-sama harus dituntaskan. Kesimpulannya pertarungan Djarot-Sihar di Pilgubsu tahun ini, tidak hanya untuk sebuah kompetisi dan distribusi kekuasaan semata. Tapi memastikan, dalam 5 tahun kedepan Sumut sebagai salah satu provinsi terbesar di Indonesia bisa jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. (*)