26.7 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Melihat Kondisi Bayi dengan Jantung di Luar Dada

Tigor Sipayung (32) tampak resah, ia terlihat duduk di koridor depan ruang Rindu A, Perinatologi RSUP Haji Adam Malik, tempat bayinya dirawat.

Puput Julianti Damanik, Medan

INKUBATOR: Bayi  jantung  luar badan  dirawat  Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, kemarin.//Puput Julianti Damanik/SUMUT POS
INKUBATOR: Bayi dengan jantung di luar badan yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, kemarin.//Puput Julianti Damanik/SUMUT POS

Hari ini, sudah genap hari ke 13 anaknya dirawat namun baru 3 kali ia diberi kesempatan melihat sang buah hatinya dengan alasan kenyaman dan sterilisasi ruangan.

Kemarin, Tigor memang sudah menceritakan keadaan putrinya itu pada sang istri, Rosenta Tondang (20).  Sudah cukup lama dia merahasiakan hal itu agar sang istri tidak syok. Namun, bagaimana pun sang istri memang wajib tahu. Dia sama sekali tidak punya hak untuk menyembunyikan keadaan anak pertama mereka tersebut. “Saya sudah pelan-pelan bicara sama istri, awalnya dia nangis. Tadi pagi istri saya sampai di sini. Dia nangis-nangis melihat anak kami, si Butet ini,” ungkapnya.

Tigor bersyukur, istrinya tak sampai syok. “Sekarang sudah reda, kami ikhlas,” sambungnya.

Namun, keikhlasan tersebut juga tidak menentukan kelegahan hati keduanya. “Yah, tapi ini kami sedang mikir, gimana agar anak kami bisa berobat dan sembuh,” katanya.

Dokter spesialis anak, staf di unit Perinotologi yang menangani anak TIgor dan Rosenta, Pertin Sianturi mengatakan bahwa penyakit tersebut dinamakan ectopic cordis. Kelainan ini diduga oleh karena kurang gizi dan pola asupan makanan yang salah pada sang ibu. Namun, saat ini keadaan sang bayi masih stabil.

“Bayi dengan ectopic cordis tanpa tindakan tidak akan mampu bertahan lebih dari satu bulan, 90 persen bayi ini lahir dan meninggal dalam 3 hari. Namun, saat ini tindakan sudah dilakukan dengan menutupi jantung agar terlindungi dari infeksi dengan menggunakan bahan sintetik. Itu upaya yang sudah kita lakukan menunggu bayi dibawa untuk tindakan selanjutnya di Jakarta,” ujarnya.

Tambahnya, prevalensi terjadinya penyakit ini yakni 1 dari 8 juta orang. “Di Indonesia ini baru kasus ke empat, kalau di Sumut baru pertama. Dahulu, bayi dari Siti Arrahma dari Pekanbaru juga seperti ini dan setelah itu dilakukan operasi dan bertahan sampai 45 hari. Namun diluar negeri, ada bayi yang seperti ini bertahan sampai sekarang,” ujarnya.

Ia juga mengaku senang bila ada bantuan untuk upaya tindak lanjut bayi tersebut. Ia mengaku siap melakukan perawatan bayi tersebut selama di RSUP Adam Malik. “Kita lakukan dengan benar-benar pengawasannya. Mengganti kantung darah yang digunakan untuk menutup jantungnya setiap hari, seluruh perawat yang masuk juga harus steril, harus mencuci tangan terlebih dahulu dan menggunakan masker,” jelasnya.

Lanjutnya, nantinya bila dibawa ke Jakarta akan kita berikan penguat jantung agar survive. “Tapi biaya hidup mereka ini juga disana cukup besar, bantuan dari pihak lainnya sangat membantu,” katanya.

Terkait dengan itu, kemarin siang tokoh masyarakat Sumut, dr Sofyan Tan yang sengaja menjenguk bayi Tigor dan Rosenta.

Sofyan Tan mengaku siap menggalang dana untuk membantu perawatan bayi tersebut jika memang harus dirujuk ke luar daerah. “Kita siap membantu untuk membiayai perawatan bayi jika memang dirujuk ke Jakarta. Kita akan berkoordinasi dengan Rotary Club Medan Deli dan Lions Club. Hanya saja, perlu ada komunikasi dulu ke RS Harapan Kita di Jakarta mengenai prognosa bayi ini. Sehingga, jika diberangkatkan sudah ada tim yang siap menerima di sana. Kemudian, bagaimana kemungkinan operasinya,” ucapnya.

Dia berharap, manajemen RSUP Adam Malik Medan melakukan komunikasi bilateral dengan RS Harapan Kita di Jakarta. “Kita minta bantuan manajemen RS Adam Malik untuk membantu komunikasi dengan RS Harapan Kita. Kita tunggu jawabannya. Jika di Jakarta siap, maka bayi ini kita terbangkan,” ucapnya. (*)

Bayi Perempuan Punya Jantung di Luar  Dada

Tigor Sipayung (32) tampak resah, ia terlihat duduk di koridor depan ruang Rindu A, Perinatologi RSUP Haji Adam Malik, tempat bayinya dirawat.

Puput Julianti Damanik, Medan

INKUBATOR: Bayi  jantung  luar badan  dirawat  Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, kemarin.//Puput Julianti Damanik/SUMUT POS
INKUBATOR: Bayi dengan jantung di luar badan yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, kemarin.//Puput Julianti Damanik/SUMUT POS

Hari ini, sudah genap hari ke 13 anaknya dirawat namun baru 3 kali ia diberi kesempatan melihat sang buah hatinya dengan alasan kenyaman dan sterilisasi ruangan.

Kemarin, Tigor memang sudah menceritakan keadaan putrinya itu pada sang istri, Rosenta Tondang (20).  Sudah cukup lama dia merahasiakan hal itu agar sang istri tidak syok. Namun, bagaimana pun sang istri memang wajib tahu. Dia sama sekali tidak punya hak untuk menyembunyikan keadaan anak pertama mereka tersebut. “Saya sudah pelan-pelan bicara sama istri, awalnya dia nangis. Tadi pagi istri saya sampai di sini. Dia nangis-nangis melihat anak kami, si Butet ini,” ungkapnya.

Tigor bersyukur, istrinya tak sampai syok. “Sekarang sudah reda, kami ikhlas,” sambungnya.

Namun, keikhlasan tersebut juga tidak menentukan kelegahan hati keduanya. “Yah, tapi ini kami sedang mikir, gimana agar anak kami bisa berobat dan sembuh,” katanya.

Dokter spesialis anak, staf di unit Perinotologi yang menangani anak TIgor dan Rosenta, Pertin Sianturi mengatakan bahwa penyakit tersebut dinamakan ectopic cordis. Kelainan ini diduga oleh karena kurang gizi dan pola asupan makanan yang salah pada sang ibu. Namun, saat ini keadaan sang bayi masih stabil.

“Bayi dengan ectopic cordis tanpa tindakan tidak akan mampu bertahan lebih dari satu bulan, 90 persen bayi ini lahir dan meninggal dalam 3 hari. Namun, saat ini tindakan sudah dilakukan dengan menutupi jantung agar terlindungi dari infeksi dengan menggunakan bahan sintetik. Itu upaya yang sudah kita lakukan menunggu bayi dibawa untuk tindakan selanjutnya di Jakarta,” ujarnya.

Tambahnya, prevalensi terjadinya penyakit ini yakni 1 dari 8 juta orang. “Di Indonesia ini baru kasus ke empat, kalau di Sumut baru pertama. Dahulu, bayi dari Siti Arrahma dari Pekanbaru juga seperti ini dan setelah itu dilakukan operasi dan bertahan sampai 45 hari. Namun diluar negeri, ada bayi yang seperti ini bertahan sampai sekarang,” ujarnya.

Ia juga mengaku senang bila ada bantuan untuk upaya tindak lanjut bayi tersebut. Ia mengaku siap melakukan perawatan bayi tersebut selama di RSUP Adam Malik. “Kita lakukan dengan benar-benar pengawasannya. Mengganti kantung darah yang digunakan untuk menutup jantungnya setiap hari, seluruh perawat yang masuk juga harus steril, harus mencuci tangan terlebih dahulu dan menggunakan masker,” jelasnya.

Lanjutnya, nantinya bila dibawa ke Jakarta akan kita berikan penguat jantung agar survive. “Tapi biaya hidup mereka ini juga disana cukup besar, bantuan dari pihak lainnya sangat membantu,” katanya.

Terkait dengan itu, kemarin siang tokoh masyarakat Sumut, dr Sofyan Tan yang sengaja menjenguk bayi Tigor dan Rosenta.

Sofyan Tan mengaku siap menggalang dana untuk membantu perawatan bayi tersebut jika memang harus dirujuk ke luar daerah. “Kita siap membantu untuk membiayai perawatan bayi jika memang dirujuk ke Jakarta. Kita akan berkoordinasi dengan Rotary Club Medan Deli dan Lions Club. Hanya saja, perlu ada komunikasi dulu ke RS Harapan Kita di Jakarta mengenai prognosa bayi ini. Sehingga, jika diberangkatkan sudah ada tim yang siap menerima di sana. Kemudian, bagaimana kemungkinan operasinya,” ucapnya.

Dia berharap, manajemen RSUP Adam Malik Medan melakukan komunikasi bilateral dengan RS Harapan Kita di Jakarta. “Kita minta bantuan manajemen RS Adam Malik untuk membantu komunikasi dengan RS Harapan Kita. Kita tunggu jawabannya. Jika di Jakarta siap, maka bayi ini kita terbangkan,” ucapnya. (*)

Bayi Perempuan Punya Jantung di Luar  Dada

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/