30.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Cincin Api Bergolak

kerusakan akibat gempa
Warga berjalan melewati rumah yang hancur akibat gempa di Citalahab, Desa Melasari, Nanggung, Bogor, Rabu (24/01). Puluhan rumah penduduk di kawasan ini rusak akibat gempa.
foto : sofyansyah/radar bogor

Gempa masih terus berlanjut hingga rabu (24/1). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan setidaknya dua gempa besar. Satu terjadi sekitar pukul 08.49 WIB, satu lagi terjadi 13.32 WIB.

Meskipun tidak sekuat gempa pertama, kedua gempa juga terasa sampai Jakarta. Terutama bagi penghuni gedung-gedung tinggi. Gempa pertama pada pukul 8 pagi terekam berkekuatan 4.2 Skala Richter (SR), dengan episentrum di  67 km barat daya Kabupaten Lebak, Banten. Dengan kedalaman 67 km.

Berdasarkan sebaran guncangan (shakemap), gempa terasa dengan skala III-IV modified mercalli intensity (MMI) di beberapa kecamatan pesisir di lebak seperti Bayah, Panggarangan, dan Malingping.

Sementara gempa pada pukul 13.00 siang harinya, berkekuatan 5,0 SR dengan episentrum di 72 km barat daya Lebak dengan kedalaman 44 km.

Shakemap menunjukkan getaran skala II hingga III MMI terasa di daerah Cimandiri, Panggarangan-Lebak, Cikande-Serang, Ujung Genteng, Curug, Kembar, Kota Sukabumi, Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Sementara Bogor, Cianjur dan Depok merasakan guncangan dengan skala II MMI.

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi  dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan bahwa kedua gempa tersebut merupakan gempa susulan (aftershock) dari gempa sebelumnya (23/1). Daryono menjelaskan, kedua gempa termasuk dalam klasifikasi gempabumi berkedalaman dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempang Eurasia. “Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tidak berpotensi tsunami,” katanya.

Hingga hari rabu, kata Daryono, BMKG telah mencatat 46 kali gempabumi susulan. Menurut Daryono sulit untuk memastikan apakah ada keterkaitan antara berbagai event vulkanis maupun tektonis yang terjadi 3 hari terakhir. “Gempa bumi itu sangat tinggi ketidakpastiannya,” ujarnya.

Bagaimanapun, ada teori seperti dynamic stress. Bahwa satu pergerakan di lempeng tektonik mampu memicu pergerakan di wilayah lempeng tektonik yang lain. Meskipun jaraknya berjauhan. “Tapi tetap saja, sulit dibuktikan,” katanya.

Peneliti Gempa Bumi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dani Hilman Natawijaya mengatakan rentetan peristiwa tektonik dan vulkanik yang terjadi memang satu hal yang biasa. “Cincin api pasifik memang aktif terus. Nggak pernah nggak aktif,” katanya.

Serentetan gempa yang dialami Jawa dan Banten tiga hari terakhir juga bukan fenomena yang aneh menurut Dani. Sejak ratusan tahun lalu rentetan gempa sudah sering terjadi. “Indonesia kan memang negara gempa, jadi kita harus terbiasa,” ujarnya.

kerusakan akibat gempa
Warga berjalan melewati rumah yang hancur akibat gempa di Citalahab, Desa Melasari, Nanggung, Bogor, Rabu (24/01). Puluhan rumah penduduk di kawasan ini rusak akibat gempa.
foto : sofyansyah/radar bogor

Gempa masih terus berlanjut hingga rabu (24/1). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan setidaknya dua gempa besar. Satu terjadi sekitar pukul 08.49 WIB, satu lagi terjadi 13.32 WIB.

Meskipun tidak sekuat gempa pertama, kedua gempa juga terasa sampai Jakarta. Terutama bagi penghuni gedung-gedung tinggi. Gempa pertama pada pukul 8 pagi terekam berkekuatan 4.2 Skala Richter (SR), dengan episentrum di  67 km barat daya Kabupaten Lebak, Banten. Dengan kedalaman 67 km.

Berdasarkan sebaran guncangan (shakemap), gempa terasa dengan skala III-IV modified mercalli intensity (MMI) di beberapa kecamatan pesisir di lebak seperti Bayah, Panggarangan, dan Malingping.

Sementara gempa pada pukul 13.00 siang harinya, berkekuatan 5,0 SR dengan episentrum di 72 km barat daya Lebak dengan kedalaman 44 km.

Shakemap menunjukkan getaran skala II hingga III MMI terasa di daerah Cimandiri, Panggarangan-Lebak, Cikande-Serang, Ujung Genteng, Curug, Kembar, Kota Sukabumi, Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Sementara Bogor, Cianjur dan Depok merasakan guncangan dengan skala II MMI.

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi  dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan bahwa kedua gempa tersebut merupakan gempa susulan (aftershock) dari gempa sebelumnya (23/1). Daryono menjelaskan, kedua gempa termasuk dalam klasifikasi gempabumi berkedalaman dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempang Eurasia. “Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tidak berpotensi tsunami,” katanya.

Hingga hari rabu, kata Daryono, BMKG telah mencatat 46 kali gempabumi susulan. Menurut Daryono sulit untuk memastikan apakah ada keterkaitan antara berbagai event vulkanis maupun tektonis yang terjadi 3 hari terakhir. “Gempa bumi itu sangat tinggi ketidakpastiannya,” ujarnya.

Bagaimanapun, ada teori seperti dynamic stress. Bahwa satu pergerakan di lempeng tektonik mampu memicu pergerakan di wilayah lempeng tektonik yang lain. Meskipun jaraknya berjauhan. “Tapi tetap saja, sulit dibuktikan,” katanya.

Peneliti Gempa Bumi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dani Hilman Natawijaya mengatakan rentetan peristiwa tektonik dan vulkanik yang terjadi memang satu hal yang biasa. “Cincin api pasifik memang aktif terus. Nggak pernah nggak aktif,” katanya.

Serentetan gempa yang dialami Jawa dan Banten tiga hari terakhir juga bukan fenomena yang aneh menurut Dani. Sejak ratusan tahun lalu rentetan gempa sudah sering terjadi. “Indonesia kan memang negara gempa, jadi kita harus terbiasa,” ujarnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/