29 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Safari Dakwah Dua Mantan Jenderal, Anton Bachrul Alam dan Sugiarto (2)

PRAN HASIBUAN/SUMUT POS
DAKWAH: Marsekal Pertama (Purn) TNI, Sugiarto saat berdakwah di Sekolah Yayasan Amir Hamzah, Jalan Meranti Medan, Selasa (22/1).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gaya dakwah Anton Bachrul Alam dan Sugiarto memang berbeda. Anton terlihat lebih santun dan tenang, sedangkan Sugiarto sangat berapi-api dalam menyampaikan kebenaran tentang ajaran Islam. Misi keduanya datang dan ceramah ke berbagai pelosok negeri termasuk ke Sekolah Amir Hamzah Medan, hanya ingin mengajak generasi muda mencintai masjid.

PESAN mencintai masjid yang dimaksud Anton dan Sugiarto adalah supaya generasi muda terutama kaum lelaki selalu mendirikan salat lima waktu berjamaah. Sebab sebaik-baiknya amalan ibadah salat, ialah apabila dikerjakan secara berjamaah bukan sendiri-sendiri. Dan hal itu harus dibiasakan sejak usia muda, supaya saat dewasa dan menjadi orangtua kelak, kebiasaan baik itu akan terus diamalkan.

“Anak-anakku semua, mulailah salat berjamaah ke masjid. Ternyata banyak orang sekarang itu, sukses dan kaya tapi gak pernah ke masjid. Karena dari kecil dia tidak pernah dibawa oleh orangtuanya ke masjid,” tutur Anton.

Ia lantas memotivasi ratusan siswa-siswi, bahwa apa yang Allah SWT berikan kepada manusia adalah cobaan. Termasuk bintang tiga di pundaknya yang pernah melekat selama berkarir di Polri. “Kedatangan bapak berdua dengan pangkat jenderal inipun diuji Allah. Beliau (Pak Sugiarto) itu Marsekal Pertama lho. Bapak sendiri sebagai polisi, takut. Ada yang mau jadi jenderal?” tanya Anton yang lantas dijawab para siswa banyak tunjuk tangan.

“Insyaallah kalau takdirnya jadi jenderal, kalau Allah berkehendak maka tak ada yang tak mungkin. Tapi jadi jenderal tidak mengamalkan agama, susah juga sukses dunia dan akhirat. Apalagi polisi itu punya wewenang tangkap paksa orang. Punya hidup mapan, kaya, pakai pengawal dan hidupnya sukses,” sambungnya.

Untuk itu dia mengajak, mulai sekarang generasi muda bangsa terkhusus pelajar di Sekolah Amir Hamzah, muliakan Allah dan salat lima waktu berjamaah ke masjid. “Karena Allah mengajak kita untuk memuliakan tamu. Jadi kalau kita mau dimuliakan Allah, sering-seringlah bertamu ke rumah Allah. Jadi jenderal tapi masuk neraka buat apa? Tujuan kami datang ke sini untuk bersilaturahmi, mengajak mari kita salat berjamaah di masjid terutama yang laki-laki sebagai imam dan calon pemimpin,” katanya.

Dalam tausiahnya, Anton turut mengajak para murid senantiasa menyenangkan hati orangtua. Karena rida orangtua adalah rida Allah SWT. “Dari sekarang sering-sering datang ke taman surga Allah. Baik ke masjid untuk salat, baca Alquran maupun ikut pengajian. Orang-orang yang datang ke taman surga Allah adalah orang yang mendapat hidayah Allah. Ibarat ia sedang menyambungkan pipa-pipa rahmat dari rumah Allah ke rumah kita,” ajaknya.

Orang yang datang ke masjid, menurut dia pasti dimuliakan Allah SWT. Apalagi nabi-nabi Allah dan para sahabat sudah mengajarkan terus menyembah dan bertakwa kepada Allah SWT semasa hidup. “Masak kita gak mau meniru kebaikan nabi dan para sahabat. Kalau namanya rumah Allah, pasti semua yang kita butuhkan ada di situ. Anak-anakku selalu ingat Allah. Kalau sakit kita minta doa kesembuhan kepada Allah, bukan banyak makan obat dan berobat ke dokter,” pungkasnya.

Tak kalah mencerahkan para murid, saat giliran menyampaikan tausiah, Sugiarto menekankan cita-cita manusia dilahirkan untuk hidup bahagia baik di dunia dan akhirat. “Tidak kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah padaku. Jadi bukan cantik-cantikan istri, titel atau kaya-kayaan harta. Allah berfirman salatlah kamu seperti kamu melihat aku salat. Salat berjamaah dan juga berdakwah,” ujarnya.

Sugiarto mengakui kalau latar belakang pendidikannya bukan dari sekolah Islam. Sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga SMA, ia justru mengenyam pendidikan di sekolah Katolik. “Itu sampai saya tamat Akabri, saya tidak ahli agama sama sekali. Tapi di rumah, kalau udah Maghrib tidak salat ke masjid, rotan itu melayang ke badan saya,” kenangnya yang disambut tawa para jamaah.

Seruan salat ini, kata Sugiarto, sudah ditekankan Nabi Muhammad SAW sebelum ia kembali kehadirat Sang Khalik. “Wasiat nabi sebelum meninggal dunia meminta umatnya untuk salat. Bukan kerja, bukan harus kaya dan sebagainya. Cuma salat, salat, dan salat. Bayangkan Nabi kita sebelum meninggal, masih sempat memikirkan umatnya. Apa kita gak mau mendapat safaat-Nya di akhir kelak?” kata Ketua Dewan Masjid Indonesia ini. “Umur 7 tahun ajari salat anakmu. Umur 9 tahun perintahkan salat anakmu, dan umur 10 tahun kalau dia tetap tidak mau salat, pukul pipinya dengan kasih sayang,” imbuh dia.

Untuk itu wasiat Nabi, guru ngaji ataupun alim ulama yang mengajak umat Islam salat berjamaah di masjid dan mengajarkan pada kebaikan, harap Sugiarto haruslah ditaati sejak usia muda. Bahkan hidayah yang sejak beberapa tahun silam ia peroleh bersama Anton Bachrul Alam, berkat ajakan kaum-kaum berjenggot yang dulunya amat dibenci Sugiarto kala berseragam dinas.

“Tapi setelah tiga hari aku iktikab di masjid, salat taubat dan salat witir, aku baru sadar bahwa hidup ini harus bermanfaat bagi orang lain. Maka sejak saat itu aku sama Ustaz Anton Bachrul Alam, mulai berkeliling ke pelosok negeri untuk dakwah mengajak orang untuk salat berjamaah di masjid,” kenang Sugiarto.

Menegaskan dari apa yang disampaikan Anton Bachrul Alam, Sugiarto menyebut di dunia ini orang yang perlu dihormati adalah ibu yang telah melahirkan anaknya. “Hormati ibumu, ibumu dan ibumu baru hormati ayahmu. Sebegitu pentingnya sampai tiga kali Allah mengulang agar kita menghormati ibu yang telah melahirkan kau ke dunia. Di Alquran juga gak ada diatur bahwa orang yang hidupnya beruntung kalau dia jadi profesor, kalau dia kaya atau status sosialnya orang berada. Tapi orang yang beruntung ketika menjadi kebermanfaatan bagi sesama,” tutupnya.

Usai keduanya bertausiah, acara lalu ditutup dengan doa yang dibawakan Sugiarto. Dalam munajat yang dia sampaikan, Sugiarto berharap umat Islam di Indonesia diberikan hidayah untuk selalu menunaikan salat berjamaah lima waktu di masjid. (*/habis)

PRAN HASIBUAN/SUMUT POS
DAKWAH: Marsekal Pertama (Purn) TNI, Sugiarto saat berdakwah di Sekolah Yayasan Amir Hamzah, Jalan Meranti Medan, Selasa (22/1).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gaya dakwah Anton Bachrul Alam dan Sugiarto memang berbeda. Anton terlihat lebih santun dan tenang, sedangkan Sugiarto sangat berapi-api dalam menyampaikan kebenaran tentang ajaran Islam. Misi keduanya datang dan ceramah ke berbagai pelosok negeri termasuk ke Sekolah Amir Hamzah Medan, hanya ingin mengajak generasi muda mencintai masjid.

PESAN mencintai masjid yang dimaksud Anton dan Sugiarto adalah supaya generasi muda terutama kaum lelaki selalu mendirikan salat lima waktu berjamaah. Sebab sebaik-baiknya amalan ibadah salat, ialah apabila dikerjakan secara berjamaah bukan sendiri-sendiri. Dan hal itu harus dibiasakan sejak usia muda, supaya saat dewasa dan menjadi orangtua kelak, kebiasaan baik itu akan terus diamalkan.

“Anak-anakku semua, mulailah salat berjamaah ke masjid. Ternyata banyak orang sekarang itu, sukses dan kaya tapi gak pernah ke masjid. Karena dari kecil dia tidak pernah dibawa oleh orangtuanya ke masjid,” tutur Anton.

Ia lantas memotivasi ratusan siswa-siswi, bahwa apa yang Allah SWT berikan kepada manusia adalah cobaan. Termasuk bintang tiga di pundaknya yang pernah melekat selama berkarir di Polri. “Kedatangan bapak berdua dengan pangkat jenderal inipun diuji Allah. Beliau (Pak Sugiarto) itu Marsekal Pertama lho. Bapak sendiri sebagai polisi, takut. Ada yang mau jadi jenderal?” tanya Anton yang lantas dijawab para siswa banyak tunjuk tangan.

“Insyaallah kalau takdirnya jadi jenderal, kalau Allah berkehendak maka tak ada yang tak mungkin. Tapi jadi jenderal tidak mengamalkan agama, susah juga sukses dunia dan akhirat. Apalagi polisi itu punya wewenang tangkap paksa orang. Punya hidup mapan, kaya, pakai pengawal dan hidupnya sukses,” sambungnya.

Untuk itu dia mengajak, mulai sekarang generasi muda bangsa terkhusus pelajar di Sekolah Amir Hamzah, muliakan Allah dan salat lima waktu berjamaah ke masjid. “Karena Allah mengajak kita untuk memuliakan tamu. Jadi kalau kita mau dimuliakan Allah, sering-seringlah bertamu ke rumah Allah. Jadi jenderal tapi masuk neraka buat apa? Tujuan kami datang ke sini untuk bersilaturahmi, mengajak mari kita salat berjamaah di masjid terutama yang laki-laki sebagai imam dan calon pemimpin,” katanya.

Dalam tausiahnya, Anton turut mengajak para murid senantiasa menyenangkan hati orangtua. Karena rida orangtua adalah rida Allah SWT. “Dari sekarang sering-sering datang ke taman surga Allah. Baik ke masjid untuk salat, baca Alquran maupun ikut pengajian. Orang-orang yang datang ke taman surga Allah adalah orang yang mendapat hidayah Allah. Ibarat ia sedang menyambungkan pipa-pipa rahmat dari rumah Allah ke rumah kita,” ajaknya.

Orang yang datang ke masjid, menurut dia pasti dimuliakan Allah SWT. Apalagi nabi-nabi Allah dan para sahabat sudah mengajarkan terus menyembah dan bertakwa kepada Allah SWT semasa hidup. “Masak kita gak mau meniru kebaikan nabi dan para sahabat. Kalau namanya rumah Allah, pasti semua yang kita butuhkan ada di situ. Anak-anakku selalu ingat Allah. Kalau sakit kita minta doa kesembuhan kepada Allah, bukan banyak makan obat dan berobat ke dokter,” pungkasnya.

Tak kalah mencerahkan para murid, saat giliran menyampaikan tausiah, Sugiarto menekankan cita-cita manusia dilahirkan untuk hidup bahagia baik di dunia dan akhirat. “Tidak kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah padaku. Jadi bukan cantik-cantikan istri, titel atau kaya-kayaan harta. Allah berfirman salatlah kamu seperti kamu melihat aku salat. Salat berjamaah dan juga berdakwah,” ujarnya.

Sugiarto mengakui kalau latar belakang pendidikannya bukan dari sekolah Islam. Sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga SMA, ia justru mengenyam pendidikan di sekolah Katolik. “Itu sampai saya tamat Akabri, saya tidak ahli agama sama sekali. Tapi di rumah, kalau udah Maghrib tidak salat ke masjid, rotan itu melayang ke badan saya,” kenangnya yang disambut tawa para jamaah.

Seruan salat ini, kata Sugiarto, sudah ditekankan Nabi Muhammad SAW sebelum ia kembali kehadirat Sang Khalik. “Wasiat nabi sebelum meninggal dunia meminta umatnya untuk salat. Bukan kerja, bukan harus kaya dan sebagainya. Cuma salat, salat, dan salat. Bayangkan Nabi kita sebelum meninggal, masih sempat memikirkan umatnya. Apa kita gak mau mendapat safaat-Nya di akhir kelak?” kata Ketua Dewan Masjid Indonesia ini. “Umur 7 tahun ajari salat anakmu. Umur 9 tahun perintahkan salat anakmu, dan umur 10 tahun kalau dia tetap tidak mau salat, pukul pipinya dengan kasih sayang,” imbuh dia.

Untuk itu wasiat Nabi, guru ngaji ataupun alim ulama yang mengajak umat Islam salat berjamaah di masjid dan mengajarkan pada kebaikan, harap Sugiarto haruslah ditaati sejak usia muda. Bahkan hidayah yang sejak beberapa tahun silam ia peroleh bersama Anton Bachrul Alam, berkat ajakan kaum-kaum berjenggot yang dulunya amat dibenci Sugiarto kala berseragam dinas.

“Tapi setelah tiga hari aku iktikab di masjid, salat taubat dan salat witir, aku baru sadar bahwa hidup ini harus bermanfaat bagi orang lain. Maka sejak saat itu aku sama Ustaz Anton Bachrul Alam, mulai berkeliling ke pelosok negeri untuk dakwah mengajak orang untuk salat berjamaah di masjid,” kenang Sugiarto.

Menegaskan dari apa yang disampaikan Anton Bachrul Alam, Sugiarto menyebut di dunia ini orang yang perlu dihormati adalah ibu yang telah melahirkan anaknya. “Hormati ibumu, ibumu dan ibumu baru hormati ayahmu. Sebegitu pentingnya sampai tiga kali Allah mengulang agar kita menghormati ibu yang telah melahirkan kau ke dunia. Di Alquran juga gak ada diatur bahwa orang yang hidupnya beruntung kalau dia jadi profesor, kalau dia kaya atau status sosialnya orang berada. Tapi orang yang beruntung ketika menjadi kebermanfaatan bagi sesama,” tutupnya.

Usai keduanya bertausiah, acara lalu ditutup dengan doa yang dibawakan Sugiarto. Dalam munajat yang dia sampaikan, Sugiarto berharap umat Islam di Indonesia diberikan hidayah untuk selalu menunaikan salat berjamaah lima waktu di masjid. (*/habis)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/