26.7 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Dino Sedih Cuma Sanggup Selamatkan 5 Nyawa 

Foto: Ramsianna Gultom
Dino Simson Aritonang (34) dan istrinya, Ita Turnip saat ditemui di rumah adik iparnya di Desa Simanindo,Minggu (24/6).

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Pandangan mata Dino Simson Aritonang (34), terlihat sayu saat ditemui di rumah adik iparnya di Desa Simanindo, Minggu (24/6). Korban sekaligus penyelamat 5 nyawa ini masih trauma.

Di dalam rumah khas Batak yang sudah mulai reot, milik adiknya, Dino menceritakan kisah miris, tragis tenggelamnya Kapal KM Sinar Bangun, Senin (18/6) yang lalu. Dino satu satunya korban selamat, yang sekaligus berhasil menyelamatkan lima orang korban. Sebelum menjawab beberapa pertanyaan,  Dino banyak bercerita. Mulai dari awal keberangkatan, Dino bercerita posisinya berdiri di bagian depan kapal.  Saat keberangkatan kondisi air Danau masih keadaan tenang,  tidak ada terlihat ombak besar seperti yang diberitakan sebagian besar media.

Keadaan ombak terlihat meninggi setelah kapal hampir 15 menit berlayar tepatnya saat KM Sinar Bangun mulai melewati Pulau Tao ( Pulau Tao nama salah satu Pulau kecil di Danau Toba tak jauh dari Pelabuhan Simanindo). Saat itulah,  tiba tiba ada ombak besar dan angin kencang datang menerpa kapal yang ditumpanginya.

“Kapal terasa berayun beberapa kali. Terasa Nakhoda memutar kapal ke arah barat untuk membelah ombak, namun tak lama lagi ombak besar dan angin kencang membalikkan kapal. Saya juga ikut terbalik bersama kapal, tapi saya langsung sadar dan berusaha menjauh dengan menyelam dari bagian bawah kapal, ” papar Dino.

Sesekali Dino menarik nafas dalam dalam, memandang sekitar lalu melanjutkan ceritanya.

“Saat tiba di permukaan air,  saya melihat begitu banyak orang yang berteriak minta tolong, sayapun berusaha menolong orang yang lebih dekat dengan saya. Waktu itu, beberapa orang dari kapal ferry melemparkan pelampung ke atas air, saya berenang mengejar pelampung lalu saya berikan kepada orang terdekat,” papar Dino.

Setiap kali ada pelampung yang dilemparkan, Dino terus berusaha mengambilnya untuk diberikan kepada penumpang lain yang berteriak minta tolong. Sayangnya, keluh Dino dia hanya bisa menolong lima orang saja.  Akhirnya diapun kelelahan dan tak sanggup lagi membantu yang lainnya.

Kelima orang yang dibantunya dibawa menuju kapal kayu KM Sinta Dame yang datang membantu menarik korban dari air.

“Saat itu,  puluhan orang dengan mata nanar berteriak minta tolong, tapi kondisi fisik saya sudah tak sanggup, saya hanya bisa melihat mereka dengan fikiran berkecamuk dan rasa iba yang tak terungkapkan, sampai akhirnya kapal KM Sinta Dame tiba di Pelabuhan Simanindo.

Begitu tiba di darat,  istri berserta keluarga dekat langsung meletakkan beras di atas kepala yang dalam budaya Batak disebut ‘boras sipir nitondi’ yang artinya beras sebagai bentuk ungkapan untuk menguatkan jiwa.

Foto: Ramsianna Gultom
Dino Simson Aritonang (34) dan istrinya, Ita Turnip saat ditemui di rumah adik iparnya di Desa Simanindo,Minggu (24/6).

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Pandangan mata Dino Simson Aritonang (34), terlihat sayu saat ditemui di rumah adik iparnya di Desa Simanindo, Minggu (24/6). Korban sekaligus penyelamat 5 nyawa ini masih trauma.

Di dalam rumah khas Batak yang sudah mulai reot, milik adiknya, Dino menceritakan kisah miris, tragis tenggelamnya Kapal KM Sinar Bangun, Senin (18/6) yang lalu. Dino satu satunya korban selamat, yang sekaligus berhasil menyelamatkan lima orang korban. Sebelum menjawab beberapa pertanyaan,  Dino banyak bercerita. Mulai dari awal keberangkatan, Dino bercerita posisinya berdiri di bagian depan kapal.  Saat keberangkatan kondisi air Danau masih keadaan tenang,  tidak ada terlihat ombak besar seperti yang diberitakan sebagian besar media.

Keadaan ombak terlihat meninggi setelah kapal hampir 15 menit berlayar tepatnya saat KM Sinar Bangun mulai melewati Pulau Tao ( Pulau Tao nama salah satu Pulau kecil di Danau Toba tak jauh dari Pelabuhan Simanindo). Saat itulah,  tiba tiba ada ombak besar dan angin kencang datang menerpa kapal yang ditumpanginya.

“Kapal terasa berayun beberapa kali. Terasa Nakhoda memutar kapal ke arah barat untuk membelah ombak, namun tak lama lagi ombak besar dan angin kencang membalikkan kapal. Saya juga ikut terbalik bersama kapal, tapi saya langsung sadar dan berusaha menjauh dengan menyelam dari bagian bawah kapal, ” papar Dino.

Sesekali Dino menarik nafas dalam dalam, memandang sekitar lalu melanjutkan ceritanya.

“Saat tiba di permukaan air,  saya melihat begitu banyak orang yang berteriak minta tolong, sayapun berusaha menolong orang yang lebih dekat dengan saya. Waktu itu, beberapa orang dari kapal ferry melemparkan pelampung ke atas air, saya berenang mengejar pelampung lalu saya berikan kepada orang terdekat,” papar Dino.

Setiap kali ada pelampung yang dilemparkan, Dino terus berusaha mengambilnya untuk diberikan kepada penumpang lain yang berteriak minta tolong. Sayangnya, keluh Dino dia hanya bisa menolong lima orang saja.  Akhirnya diapun kelelahan dan tak sanggup lagi membantu yang lainnya.

Kelima orang yang dibantunya dibawa menuju kapal kayu KM Sinta Dame yang datang membantu menarik korban dari air.

“Saat itu,  puluhan orang dengan mata nanar berteriak minta tolong, tapi kondisi fisik saya sudah tak sanggup, saya hanya bisa melihat mereka dengan fikiran berkecamuk dan rasa iba yang tak terungkapkan, sampai akhirnya kapal KM Sinta Dame tiba di Pelabuhan Simanindo.

Begitu tiba di darat,  istri berserta keluarga dekat langsung meletakkan beras di atas kepala yang dalam budaya Batak disebut ‘boras sipir nitondi’ yang artinya beras sebagai bentuk ungkapan untuk menguatkan jiwa.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/