26.7 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Transaksi Kliring Rp650 Miliar per Hari

Jelang dan Selama Lebaran di Sumatera Utara

MEDAN- Selama jelang hingga Lebaran kemarin, diperkirakan perputaran uang di Sumatera Utara mencapai triliunan. Hal ini dapat dilihat transaksi kliring yang diprediksi mencapai Rp500 miliar hingga Rp650 miliar per hari.

Menurut Deputi Direktur Divisi Sistem Pembayaran Bank Indonesia Wilayah IX Sumut dan Aceh, Kahfi Zulkarnaen, perputaran uang tahun ini meningkat 15 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu. “Dipastikan aktivitas ekonomi kan meningkat, prediksi saya perputaran uang sekitar Rp3,6 triliun. Sedangkan tahun lalu hanya Rp2,7 triliun.

Dijelaskannya, saat Ramadan lalu, perputaran kliring rata-rata sebesar 15.000 warkat atau Rp500 miliar per hari. Nilai ini naik sebesar 25 persen untuk jumlah warkat atau untuk nominal dibanding tahun lalu yaitu 12.000 warkat atau Rp300 miliar. Kegiatan RTGS (Real Time Gross Settlement) juga naik dari rata-rata Rp2,2 triliun/hari atau naik 18% dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp1,7 triliun/hari.

Pengamat ekonomi dari Unimed, M Ishak menyatakan untuk provinsi sebesar Sumatera Utara, perputaran uang sebesar Rp3,6 T tersebut masih kecil. Mengingat, saat ini masyarakat di Kota Medan merupakan masyarakat kelas menengah ke atas. “Kalau angka tersebut untuk Sumut, masih kecil sekali. Tetapi, kalau untuk Medan sudah cukup, dan ini mengindikasikan bahwa masyarakat Medan sudah mengenal dan menggunakan bank dalam bertransaksi,” ujarnya.

Dijelaskannya, perputaran uang tersebut lebih bersifat konsumtif dibandingkan ke produktif. Tetapi, karena sudah menjadi tradisi, hal ini tidak pernah dipermasalahkan oleh masyarakat. “Malah, saat hari besar tersebut, bagi masyarakat, berbelanja sudah menjadi kebutuhan pokok. Tetapi, apakah produktif atau konsumtifnya, lebih jelasnya nanti dapat dilihat dari faktor penyumbang inflasi terbesar,” lanjutnya.

Ishak menjelaskan lebih lanjut, bila ini memang bersifat konsumsi, berarti ada 2 pola ekonomi konsumsi yang saat ini sedang beredar di masyarakat. “Pertama, daya beli masyarakat memang tinggi, dan selanjutnya masyarakat tidak memiliki pola konsumsi yang baik,” tutupnya. (ram)

Jelang dan Selama Lebaran di Sumatera Utara

MEDAN- Selama jelang hingga Lebaran kemarin, diperkirakan perputaran uang di Sumatera Utara mencapai triliunan. Hal ini dapat dilihat transaksi kliring yang diprediksi mencapai Rp500 miliar hingga Rp650 miliar per hari.

Menurut Deputi Direktur Divisi Sistem Pembayaran Bank Indonesia Wilayah IX Sumut dan Aceh, Kahfi Zulkarnaen, perputaran uang tahun ini meningkat 15 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu. “Dipastikan aktivitas ekonomi kan meningkat, prediksi saya perputaran uang sekitar Rp3,6 triliun. Sedangkan tahun lalu hanya Rp2,7 triliun.

Dijelaskannya, saat Ramadan lalu, perputaran kliring rata-rata sebesar 15.000 warkat atau Rp500 miliar per hari. Nilai ini naik sebesar 25 persen untuk jumlah warkat atau untuk nominal dibanding tahun lalu yaitu 12.000 warkat atau Rp300 miliar. Kegiatan RTGS (Real Time Gross Settlement) juga naik dari rata-rata Rp2,2 triliun/hari atau naik 18% dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp1,7 triliun/hari.

Pengamat ekonomi dari Unimed, M Ishak menyatakan untuk provinsi sebesar Sumatera Utara, perputaran uang sebesar Rp3,6 T tersebut masih kecil. Mengingat, saat ini masyarakat di Kota Medan merupakan masyarakat kelas menengah ke atas. “Kalau angka tersebut untuk Sumut, masih kecil sekali. Tetapi, kalau untuk Medan sudah cukup, dan ini mengindikasikan bahwa masyarakat Medan sudah mengenal dan menggunakan bank dalam bertransaksi,” ujarnya.

Dijelaskannya, perputaran uang tersebut lebih bersifat konsumtif dibandingkan ke produktif. Tetapi, karena sudah menjadi tradisi, hal ini tidak pernah dipermasalahkan oleh masyarakat. “Malah, saat hari besar tersebut, bagi masyarakat, berbelanja sudah menjadi kebutuhan pokok. Tetapi, apakah produktif atau konsumtifnya, lebih jelasnya nanti dapat dilihat dari faktor penyumbang inflasi terbesar,” lanjutnya.

Ishak menjelaskan lebih lanjut, bila ini memang bersifat konsumsi, berarti ada 2 pola ekonomi konsumsi yang saat ini sedang beredar di masyarakat. “Pertama, daya beli masyarakat memang tinggi, dan selanjutnya masyarakat tidak memiliki pola konsumsi yang baik,” tutupnya. (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/