25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

717 Jamaah Haji Meninggal di Mina, 850 Terluka

Foto: JPNN Para korban Tragedi Jumrah Mina berjubel di rumah sakit di Mina. Sebanyak 310 orang tewas dalam desak-desakan saat perjalanan melekpar jumrah.
Foto: JPNN
Para korban Tragedi Jumrah Mina berjubel di rumah sakit di Mina. Sebanyak 717 orang tewas dalam desak-desakan saat perjalanan melekpar jumrah.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO — Tragedi Mina kembali terjadi, bila sebelumnya secara fasilitas sudah disiapkan dan diantisipasi. Tapi, kali ini diakibatkan sekelompok orang berhenti di tengah Jalan Arab 204, dampaknya jutaan orang saling bertabrakan dan terjatuh serta terjadi insiden injak-injak.

Insiden injak-injakan jamaah terjadi Kamis (24/9) sekira pukul 7.30 WAS di Jalan Arab 204 sekitar 500 meter dari Jalan Besar King Fahd atau 1,5 km dari jamarat Aqabah (tempat lempar jumrah).

Berdasarkan data yang diterima hingga pukul 22.39 WIB dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Arab Saudi, Kamis (24/9) sebanyak 717 jemaah haji dilaporkan tewas dan lebih dari 850 orang luka-luka karena terinjak-injak di Jalan Arab 204, Mina.

Laporan petugas di Jamarat, peristiwa diduga terjadi karena adanya jamaah yang akan melakukan jumrah Aqabah tiba-tiba terhenti di Jalan Arab. Karena terhenti, jamaah yang berada pada barisan belakang mendorong jamaah yang di depan sehingga berdesakan dan banyak perempuan dan orang tua yang jatuh menjadi korban.

Jalan Arab biasanya di tempati oleh jamaah dari Arab, Mesir, Turki, dan Sudan. Mereka bermaksud melempar jumrah pertama Aqobah pada pagi hari karena biasanya mengejar menyelesaikan melempar jumrah pertama agar cepat tahalul (bebas ihram).

Kepala Daker Makkah Arsyad Sanusi, lokasi tersebut tidak biasa digunakan jamaah haji Indonesia untuk menuju ke tempat melempar jumrah Aqobah. Terutama mereka yang tinggal di Maktab Mina Jadid. Jalan yang mereka gunakan adalah jalan besar King Fahd.

“Jadi lokasi kejadian bukan berada pada jalur yang biasa di tempuh jamaah haji Indonesia. Tapi kami mendapat informasi ada beberapa jamaah yang melalui jalan tersebut,” ujarnya.

Arsyad menjelaskan, jamaah haji Indonesia ada 52 maktab, terbagi di dua tempat. Yaitu 7 maktab di Mina Jadid, dan 45 maktab di Harratul Lisan (mina). Mereka yang tinggal di Mina Jadid tersebut lah yang kemungkinan bisa menjadi korban. Karena jamaah yang berada di Harratul lisan, akan ke jamarat Aqobah melalui terowongan Muashim (terowongan Mina yang dulu pernah menjadi tragedy, Red). Jadi lokasinya bukan di terowongan Mina.

Untuk memastikan apakah ada korban dari jamaah Indonesia, Tim PPIH sudah turun di tempat kejadian peristiwa (TKP) dan juga di RS Mina Al-Jisr, tempat banyak korban dievakuasi ke rumah sakit tersebut. Berdasar info di lapangan, ada satu korban jamaah haji Indonesia.

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Lalu Muhammad Iqbal mengatakan perwakilan pemerintah sudah turun ke lapangan, tak hanya Konsul Jenderal RI di Jeddah Dharmakirti Syailendra Putra, Wakil Dubes RI Sunarko pun ikut turun mengecek keadaan lapangan. Ada tiga jamaah asal Indonesia yang meninggal diantaranya Hamid Atuwi asal Surabaya, Saiyah asal Batam dan Sumaniro (48) dari Desa Talkandang, Kecamatan Kotaanyar, Probolinggo, Jawa Timur.

Kepastian Sumaniro menjadi korban tragedi itu disampaikan anaknya, Reni Ayu Rahmawati (22). Dia menceritakan, sekitar pukul 14.00 keluarganya menerima panggilan telepon dari orang tak dikenal. Si penelepon memberitahukan bahwa bapak Reni sudah almarhum. “Teleponnya cuma sebentar, tidak tahu dari siapa. Tapi, saat ditelepon balik, tidak bisa,” tutur Reni.

Reni semakin yakin bahwa sang ayah yang biasa dipanggil Nero itu menjadi korban saat ibunya, Murtiningsih, yang kebetulan berangkat ke Tanah Suci bersama korban, menyusul menelepon kemarin sore. Ibunya meminta doa dari keluarga. Sebab, sang bapak dibawa ambulans gara-gara insiden di Mina tersebut. “Saya telepon lagi ibu, masih belum bisa. Sekarang belum ada kabar lagi dari sana (Arab Saudi, Red),” terang Reni.

Foto: JPNN Para korban Tragedi Jumrah Mina berjubel di rumah sakit di Mina. Sebanyak 310 orang tewas dalam desak-desakan saat perjalanan melekpar jumrah.
Foto: JPNN
Para korban Tragedi Jumrah Mina berjubel di rumah sakit di Mina. Sebanyak 717 orang tewas dalam desak-desakan saat perjalanan melekpar jumrah.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO — Tragedi Mina kembali terjadi, bila sebelumnya secara fasilitas sudah disiapkan dan diantisipasi. Tapi, kali ini diakibatkan sekelompok orang berhenti di tengah Jalan Arab 204, dampaknya jutaan orang saling bertabrakan dan terjatuh serta terjadi insiden injak-injak.

Insiden injak-injakan jamaah terjadi Kamis (24/9) sekira pukul 7.30 WAS di Jalan Arab 204 sekitar 500 meter dari Jalan Besar King Fahd atau 1,5 km dari jamarat Aqabah (tempat lempar jumrah).

Berdasarkan data yang diterima hingga pukul 22.39 WIB dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Arab Saudi, Kamis (24/9) sebanyak 717 jemaah haji dilaporkan tewas dan lebih dari 850 orang luka-luka karena terinjak-injak di Jalan Arab 204, Mina.

Laporan petugas di Jamarat, peristiwa diduga terjadi karena adanya jamaah yang akan melakukan jumrah Aqabah tiba-tiba terhenti di Jalan Arab. Karena terhenti, jamaah yang berada pada barisan belakang mendorong jamaah yang di depan sehingga berdesakan dan banyak perempuan dan orang tua yang jatuh menjadi korban.

Jalan Arab biasanya di tempati oleh jamaah dari Arab, Mesir, Turki, dan Sudan. Mereka bermaksud melempar jumrah pertama Aqobah pada pagi hari karena biasanya mengejar menyelesaikan melempar jumrah pertama agar cepat tahalul (bebas ihram).

Kepala Daker Makkah Arsyad Sanusi, lokasi tersebut tidak biasa digunakan jamaah haji Indonesia untuk menuju ke tempat melempar jumrah Aqobah. Terutama mereka yang tinggal di Maktab Mina Jadid. Jalan yang mereka gunakan adalah jalan besar King Fahd.

“Jadi lokasi kejadian bukan berada pada jalur yang biasa di tempuh jamaah haji Indonesia. Tapi kami mendapat informasi ada beberapa jamaah yang melalui jalan tersebut,” ujarnya.

Arsyad menjelaskan, jamaah haji Indonesia ada 52 maktab, terbagi di dua tempat. Yaitu 7 maktab di Mina Jadid, dan 45 maktab di Harratul Lisan (mina). Mereka yang tinggal di Mina Jadid tersebut lah yang kemungkinan bisa menjadi korban. Karena jamaah yang berada di Harratul lisan, akan ke jamarat Aqobah melalui terowongan Muashim (terowongan Mina yang dulu pernah menjadi tragedy, Red). Jadi lokasinya bukan di terowongan Mina.

Untuk memastikan apakah ada korban dari jamaah Indonesia, Tim PPIH sudah turun di tempat kejadian peristiwa (TKP) dan juga di RS Mina Al-Jisr, tempat banyak korban dievakuasi ke rumah sakit tersebut. Berdasar info di lapangan, ada satu korban jamaah haji Indonesia.

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Lalu Muhammad Iqbal mengatakan perwakilan pemerintah sudah turun ke lapangan, tak hanya Konsul Jenderal RI di Jeddah Dharmakirti Syailendra Putra, Wakil Dubes RI Sunarko pun ikut turun mengecek keadaan lapangan. Ada tiga jamaah asal Indonesia yang meninggal diantaranya Hamid Atuwi asal Surabaya, Saiyah asal Batam dan Sumaniro (48) dari Desa Talkandang, Kecamatan Kotaanyar, Probolinggo, Jawa Timur.

Kepastian Sumaniro menjadi korban tragedi itu disampaikan anaknya, Reni Ayu Rahmawati (22). Dia menceritakan, sekitar pukul 14.00 keluarganya menerima panggilan telepon dari orang tak dikenal. Si penelepon memberitahukan bahwa bapak Reni sudah almarhum. “Teleponnya cuma sebentar, tidak tahu dari siapa. Tapi, saat ditelepon balik, tidak bisa,” tutur Reni.

Reni semakin yakin bahwa sang ayah yang biasa dipanggil Nero itu menjadi korban saat ibunya, Murtiningsih, yang kebetulan berangkat ke Tanah Suci bersama korban, menyusul menelepon kemarin sore. Ibunya meminta doa dari keluarga. Sebab, sang bapak dibawa ambulans gara-gara insiden di Mina tersebut. “Saya telepon lagi ibu, masih belum bisa. Sekarang belum ada kabar lagi dari sana (Arab Saudi, Red),” terang Reni.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/