35 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Ternyata, Pekerja Judi di Kamboja Mayoritas Warga Medan

Foto: Pekanbaru Pos/JPNN Sebagian besar pekerja di lokasi judi Kamboja, adalah orang Indonesia.
Foto: Pekanbaru Pos/JPNN
Sebagian besar pekerja di lokasi judi Kamboja, adalah orang Indonesia.

PHNOM PENH, SUMUTPOS.CO – Bagi para penjudi, Kamboja adalah surga. Karena judi menjadi bisnis yang dilegalkan. Sebagai salah satu negara paling miskin di ASEAN, Kamboja menggantungkan perekonomian dari pertanian, pariwisata dan perjudian. Dari bisnis ini, negara mendapatkan pajak yang tak sedikit. Namun ironisnya, penggerak bisnis ini, justru mayoritas diisi oleh warga Negara Indonesia. Rata-rata masih berusia belia dan menguasai teknologi.

Laporan: Afni Zulkifli-Phnom Penh

Karena legal, bisnis judi di Kamboja bervariasi. Ada yang skala kecil, menengah, atas bahkan kelas bintang lima. Dikatakan bintang lima karena beromzet hingga ratusan miliar.

”Tinggal dihitung saja. Kalau dari satu meja judi, bisa menghasilkan Rp200-300 juta per malam. Kalikan 100 meja dan 30 hari lalu 12 bulan,,” kata seorang pengusaha judi kelas menengah, AK, pada Pekanbaru Pos (Grup SUMUTPOS.CO), Jumat (22/5) di Phnom Penh, Kamboja.

AK merupakan warga asal Indonesia. Namun sudah lama tinggal di Kamboja. Ia mulai menjalankan bisnis judi sendiri, setelah berkecimpung dengan dunia itu sekitar 8 tahun.

”Itu baru judi meja, belum termasuk judi online. Yang paling subur di Kamboja itu judi online. Mulai yang legal sampai ilegal,” kata AK.

”Kelasnya sudah internasional. Karena dimainkan via website. Omzetnya lebih gila lagi,” tambah AK.

Dari AK pula didapat informasi, bahwa sebagian besar pekerja di lokasi judi Kamboja, adalah orang Indonesia. Ada tiga lokasi judi terbesar yang menjadi tujuan. Yakni Bavet, Chrey Thom dan Paypet.

Lokasinya menyebar. Mulai dari yang dekat dengan kota Phnom Penh, hingga yang jauh ke perbatasan Vietnam dan Thailand. Memakan waktu mulai dari 3 hingga 8 jam perjalanan via darat.

Menurut pengakuan AK, di Bavet ada sekitar 700-800 WNI yang bekerja di lokasi perjudian.

”Mereka semua berkumpul di satu lokasi judi saja. Namanya Kasino Sun City,” ungkap AK.

”Mereka bukan penjudi lho ya. Tapi karyawan di lokasi judi. Ada yang jadi CS (customer service), pembagi kartu atau bandar. Malah salah satu pimpinannya, juga orang Indonesia,” jelasnya.

Saat ditanya siapakah nama pimpinan asal Indonesia itu, AK hanya tersenyum sambil berkata,”Kalau nama asli bos besar, karyawan seperti saya tak mungkin tahu,” katanya.

Dulu AK pernah bekerja di Bavet. Namun ia memilih pindah ke lokasi judi di wilayah Chrey Thom. Letaknya di Provinsi Kandal, sekitar 8 jam dari Phnom Penh.

Di sini ada dua casino terbesar, yakni Crown dan Grand Dragon. Nama terakhir menjadi lokasi judi online yang mempekerjakan 17 WNI asal Meranti, Riau.

”Di Chrey Thom, WNI yang jadi pekerja judi juga banyak.Malah mayoritas dari Indonesia. Ada sekitar 900 orang,” perkiraan AK.

”Paling besar dari wilayah Sumatera Utara terutama Medan, Riau terutama Selat Panjang dan Kepulauan Riau,” jelasnya.

Foto: Pekanbaru Pos/JPNN Sebagian besar pekerja di lokasi judi Kamboja, adalah orang Indonesia.
Foto: Pekanbaru Pos/JPNN
Sebagian besar pekerja di lokasi judi Kamboja, adalah orang Indonesia.

PHNOM PENH, SUMUTPOS.CO – Bagi para penjudi, Kamboja adalah surga. Karena judi menjadi bisnis yang dilegalkan. Sebagai salah satu negara paling miskin di ASEAN, Kamboja menggantungkan perekonomian dari pertanian, pariwisata dan perjudian. Dari bisnis ini, negara mendapatkan pajak yang tak sedikit. Namun ironisnya, penggerak bisnis ini, justru mayoritas diisi oleh warga Negara Indonesia. Rata-rata masih berusia belia dan menguasai teknologi.

Laporan: Afni Zulkifli-Phnom Penh

Karena legal, bisnis judi di Kamboja bervariasi. Ada yang skala kecil, menengah, atas bahkan kelas bintang lima. Dikatakan bintang lima karena beromzet hingga ratusan miliar.

”Tinggal dihitung saja. Kalau dari satu meja judi, bisa menghasilkan Rp200-300 juta per malam. Kalikan 100 meja dan 30 hari lalu 12 bulan,,” kata seorang pengusaha judi kelas menengah, AK, pada Pekanbaru Pos (Grup SUMUTPOS.CO), Jumat (22/5) di Phnom Penh, Kamboja.

AK merupakan warga asal Indonesia. Namun sudah lama tinggal di Kamboja. Ia mulai menjalankan bisnis judi sendiri, setelah berkecimpung dengan dunia itu sekitar 8 tahun.

”Itu baru judi meja, belum termasuk judi online. Yang paling subur di Kamboja itu judi online. Mulai yang legal sampai ilegal,” kata AK.

”Kelasnya sudah internasional. Karena dimainkan via website. Omzetnya lebih gila lagi,” tambah AK.

Dari AK pula didapat informasi, bahwa sebagian besar pekerja di lokasi judi Kamboja, adalah orang Indonesia. Ada tiga lokasi judi terbesar yang menjadi tujuan. Yakni Bavet, Chrey Thom dan Paypet.

Lokasinya menyebar. Mulai dari yang dekat dengan kota Phnom Penh, hingga yang jauh ke perbatasan Vietnam dan Thailand. Memakan waktu mulai dari 3 hingga 8 jam perjalanan via darat.

Menurut pengakuan AK, di Bavet ada sekitar 700-800 WNI yang bekerja di lokasi perjudian.

”Mereka semua berkumpul di satu lokasi judi saja. Namanya Kasino Sun City,” ungkap AK.

”Mereka bukan penjudi lho ya. Tapi karyawan di lokasi judi. Ada yang jadi CS (customer service), pembagi kartu atau bandar. Malah salah satu pimpinannya, juga orang Indonesia,” jelasnya.

Saat ditanya siapakah nama pimpinan asal Indonesia itu, AK hanya tersenyum sambil berkata,”Kalau nama asli bos besar, karyawan seperti saya tak mungkin tahu,” katanya.

Dulu AK pernah bekerja di Bavet. Namun ia memilih pindah ke lokasi judi di wilayah Chrey Thom. Letaknya di Provinsi Kandal, sekitar 8 jam dari Phnom Penh.

Di sini ada dua casino terbesar, yakni Crown dan Grand Dragon. Nama terakhir menjadi lokasi judi online yang mempekerjakan 17 WNI asal Meranti, Riau.

”Di Chrey Thom, WNI yang jadi pekerja judi juga banyak.Malah mayoritas dari Indonesia. Ada sekitar 900 orang,” perkiraan AK.

”Paling besar dari wilayah Sumatera Utara terutama Medan, Riau terutama Selat Panjang dan Kepulauan Riau,” jelasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/