26.7 C
Medan
Sunday, May 12, 2024

Gelar Reses di Tengah Pandemi Covid-19, Hidayatullah Minta Pemerintan Jangan Buru-buru Terapkan New Normal

RESES: Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Hidayatullah (berdiri kelima dari kiri) saat reses masa sidang III tahun 2020 di Medan, Minggu (31/5).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pada masa pandemi Covid-19, yang paling merasakan sekali dampaknya adalah rakyat kecil, para ustad, guru ngaji, dan pengurus masjid. Bahkan, pelaku UMKM, pegawai lepas, buruh, dan nelayan juga merasakan sekali penurunan penghasilan, sehingga mereka tidak dapat menutupi kebutuhan hidup sehari-hari.


“Kita tidak tahu pendemi ini kapan akan berakhir. Dalam kesempatan reses inilah kami sebagai wakil rakyat akan menyerap aspirasi masyarakat, yang nantinya akan dimasukkan dalam agenda sidang untuk bahan pertimbangan pemerintah mengambil kebijakan,” kata Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Hidayatullah SE mengawali rases masa sidang III tahun 2020 di tiga tempat berbeda, yakni di Kecamatan Medan Johor, Medan Deli, dan Medan Labuhan, Minggu (31/5). Reses ini akan digelar hingga 10 Juni 2020.


Menyikapi tatanan kehidupan baru atau new normal, Hidayatullah meminta  pemerintah jangan terburu-buru menyusun protokol tatanan new normal dalam pandemi virus Corona. Ķebijakan new normal dicanangkan Presiden Jokowi untuk merespon kondisi ekonomi yang kian terpuruk.

“Protokol itu harus dirumuskan secara rinci. Sehingga penerapan new normal  tidak membuat rakyat bingung,” kata politisi PKS yang duduk di Komisi XI DPR RI ini.
Hidayatullah mengingatkan berbagai ketentuan yang diwajibkan WHO sebelum menerapkan new normal.


Harus jelas kemampuan negara mengendalikan transmisi virus Corona, kemampuan rumah sakit melakukan pengujian sampel serta kemampuan rumah sakit dalam menangani setiap kasus baru. “Pemerintah perlu menjelaskan kepada rakyat posisi Indonesia tepatnya ada di mana dalam kurva pendemik Covid’19, serta prediksi perkembangannya ke depan. Pemerintah juga harus menjelaskan skenario dan simulasi apa yang harus dilakukan jika tiba-tiba ada gelombang baru penyebaran virus corona,” pintanya.

Kalaupun ingin menerapkan new normal, lanjut Hidayatullah, harusnya dimulai dari wilayah zona hijau menuju fase tatanan normal baru mungkin masuk akal. “Jika tidak, ini bisa menjadi bencana nasional luar biasa bagi seluruh negeri ini. Kita berharap  dan berdoa agar Allah segera mengakhiri wabah ini,” pungkas Hidayatullah. (adz)

RESES: Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Hidayatullah (berdiri kelima dari kiri) saat reses masa sidang III tahun 2020 di Medan, Minggu (31/5).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pada masa pandemi Covid-19, yang paling merasakan sekali dampaknya adalah rakyat kecil, para ustad, guru ngaji, dan pengurus masjid. Bahkan, pelaku UMKM, pegawai lepas, buruh, dan nelayan juga merasakan sekali penurunan penghasilan, sehingga mereka tidak dapat menutupi kebutuhan hidup sehari-hari.


“Kita tidak tahu pendemi ini kapan akan berakhir. Dalam kesempatan reses inilah kami sebagai wakil rakyat akan menyerap aspirasi masyarakat, yang nantinya akan dimasukkan dalam agenda sidang untuk bahan pertimbangan pemerintah mengambil kebijakan,” kata Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Hidayatullah SE mengawali rases masa sidang III tahun 2020 di tiga tempat berbeda, yakni di Kecamatan Medan Johor, Medan Deli, dan Medan Labuhan, Minggu (31/5). Reses ini akan digelar hingga 10 Juni 2020.


Menyikapi tatanan kehidupan baru atau new normal, Hidayatullah meminta  pemerintah jangan terburu-buru menyusun protokol tatanan new normal dalam pandemi virus Corona. Ķebijakan new normal dicanangkan Presiden Jokowi untuk merespon kondisi ekonomi yang kian terpuruk.

“Protokol itu harus dirumuskan secara rinci. Sehingga penerapan new normal  tidak membuat rakyat bingung,” kata politisi PKS yang duduk di Komisi XI DPR RI ini.
Hidayatullah mengingatkan berbagai ketentuan yang diwajibkan WHO sebelum menerapkan new normal.


Harus jelas kemampuan negara mengendalikan transmisi virus Corona, kemampuan rumah sakit melakukan pengujian sampel serta kemampuan rumah sakit dalam menangani setiap kasus baru. “Pemerintah perlu menjelaskan kepada rakyat posisi Indonesia tepatnya ada di mana dalam kurva pendemik Covid’19, serta prediksi perkembangannya ke depan. Pemerintah juga harus menjelaskan skenario dan simulasi apa yang harus dilakukan jika tiba-tiba ada gelombang baru penyebaran virus corona,” pintanya.

Kalaupun ingin menerapkan new normal, lanjut Hidayatullah, harusnya dimulai dari wilayah zona hijau menuju fase tatanan normal baru mungkin masuk akal. “Jika tidak, ini bisa menjadi bencana nasional luar biasa bagi seluruh negeri ini. Kita berharap  dan berdoa agar Allah segera mengakhiri wabah ini,” pungkas Hidayatullah. (adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/