25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Tolak Agus, Ruhut Ngotot Dukung Ahok-Djarot

Menyikapi ini, Ruhut Sitompul yang juga Ketua DPP Partai Demokrat enggan mempedulikan peringatan partainya agar patuh untuk mendukung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni sebagai calon gubernur beserta wakilnya pada Pilgub DKI 2017. Ia menegaskan, dirinya akan tetap mendukung pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat pada Pilgub DKI 2017, meskipun Demokrat mengancam untuk memecatnya.

“Kenapa rupanya kalau aku diancam (dipecat)? Kayak aku penakut saja. Orang yang kalian hadapi ini Ruhut “Poltak” Sitompul yang tidak punya rasa takut ya. Masa, aku ini cengeng,” tegas Ruhut, Sabtu (24/9).

Dengan berani, Ruhut mengungkapkan bahwa kader-kader yang patuh pada aturan tersebut merupakan para penjilat partai yang tak mampu menentukan sikapnya sendiri. “Memangnya aku pernah takut sama penjilat-penjilat itu? Ingat, aku yang ikut membesarkan Demokrat, bukan Demokrat yang membesarkanku! Aku selalu mengatakan mana yang hitam dan mana yang putih,” tegasnya.

Ruhut beralasan tidak menyetujui hasil keputusan tersebut. Pasalnya, Agus bukan sebagai kader Demokrat melainkan kader TNI. “Kalau kader Demokrat saya pasti dukung,” ucapnya.

Anggota Komisi III DPR RI ini mempertanyakan alasan Demokrat yang memasukkan nama anak sulung Susilo Bambang Yudoyono itu. “Alasannya apa, ‘kan sayang karier TNI-nya jadi hancur,” ucap Ruhut.

Ruhut mengaku sedih Agus Harimurti dicalonkan sebagai Gubernur DKI Jakarta oleh partainya. Dengan pencalonan itu, karier Agus di TNI tamat. Padahal, menurut Ruhut, Ketua Umum Partai Demokrat yang juga ayah Agus, Susilo Bambang Yudhoyono, mempunyai cita-cita melihat putranya menyandang gelar jenderal bintang empat.

Namun, menurut Ruhut, SBY akhirnya terpengaruh orang-orang di Partai Demokrat yang mendorong Agus untuk menjadi cagub DKI. “Kok mau mendengarkan penjilat memensiunkan anaknya dengan pangkat mayor? Janganlah karena ambisi politik yang di Demokrat itu Agus dikorbankan,” kata Ruhut.

Berdasarkan aturan, anggota TNI harus mengundurkan diri dari kedinasan jika menjadi peserta pilkada. Hal itu tertuang di dalam undang-undang dan aturan internal TNI. Ruhut menyebut, upaya mendorong Agus sebagai cagub DKI sudah muncul sejak lama. Ruhut lalu menyebut sejumlah elite Demokrat yang mendorong Agus terjun ke politik.

“Dari dulu, penjilat Bapak, yang ingin aku dicopot dari koordinator, menginginkan Agus. Partai lain yang baru datang ikut-ikutan,” ucap Ruhut.

Ruhut tak masalah jika Agus memang mempunyai peluang untuk menang Pilgub DKI. Masalahnya, ia pesimistis karena Agus harus menghadapi petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang memiliki elektabilitas tinggi.

“Kalau Agus menang, oke, aku salah. Namun, kalau kalah, selesai enggak dia? Aku enggak kebayang kalau Agus kalah, dibunuh kariernya oleh partai yang aku banggakan,” ucap anggota Komisi III DPR ini.

Sementara Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman mengaku siap menerima konsekuensi dari partainya terkait sikapnya mendukung pasangan petahana. “Semua ada konsekuensi dalam hidup. Saya nggak ada masalah selama demi kebaikan publik,” kata Hayono di Posko Muda Mudi Ahok di Jakarta, Sabtu (24/9).

Menurut Hayono, Partai Demokrat merupakan partai yang demokratis, sehingga akan memahami pilihan politiknya sebagai pribadi. “Saya percaya bahwa Partai Demokrat dapat memahami pilihan pribadi saya, apalagi pilihan ini juga sebenarnya sejalan dengan arahan Pak SBY,” ucap Hayono.

Kendati demikian, Hayono mengaku akan mempertanyakan jika partainya memberikan konsekuensi karena mendukung Ahok-Djarot.

“Saya akan minta diberi kesempatan untuk bertanya apa alasannya,” tambah mantan peserta Konvensi Demokrat itu.

“Sejak awal saya sudah mendukung Ahok karena saya melihat bahwa sebagai petahana, Ahok-Djarot memiliki prestasi sangat baik. Padahal secara efektif baru menduduki posisi gubernur dan wakil gubernur kurang dari dua tahun,” tambah Hayono.

Menurut dia, Ahok-Djarot merupakan pasangan harmonis yang mencalonkan diri kembali bukan untuk memperebutkan kekuasaan, melainkan ingin terus berprestasi dan melayani masyarakat Jakarta. (bbs/jpg/adz)

Menyikapi ini, Ruhut Sitompul yang juga Ketua DPP Partai Demokrat enggan mempedulikan peringatan partainya agar patuh untuk mendukung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni sebagai calon gubernur beserta wakilnya pada Pilgub DKI 2017. Ia menegaskan, dirinya akan tetap mendukung pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat pada Pilgub DKI 2017, meskipun Demokrat mengancam untuk memecatnya.

“Kenapa rupanya kalau aku diancam (dipecat)? Kayak aku penakut saja. Orang yang kalian hadapi ini Ruhut “Poltak” Sitompul yang tidak punya rasa takut ya. Masa, aku ini cengeng,” tegas Ruhut, Sabtu (24/9).

Dengan berani, Ruhut mengungkapkan bahwa kader-kader yang patuh pada aturan tersebut merupakan para penjilat partai yang tak mampu menentukan sikapnya sendiri. “Memangnya aku pernah takut sama penjilat-penjilat itu? Ingat, aku yang ikut membesarkan Demokrat, bukan Demokrat yang membesarkanku! Aku selalu mengatakan mana yang hitam dan mana yang putih,” tegasnya.

Ruhut beralasan tidak menyetujui hasil keputusan tersebut. Pasalnya, Agus bukan sebagai kader Demokrat melainkan kader TNI. “Kalau kader Demokrat saya pasti dukung,” ucapnya.

Anggota Komisi III DPR RI ini mempertanyakan alasan Demokrat yang memasukkan nama anak sulung Susilo Bambang Yudoyono itu. “Alasannya apa, ‘kan sayang karier TNI-nya jadi hancur,” ucap Ruhut.

Ruhut mengaku sedih Agus Harimurti dicalonkan sebagai Gubernur DKI Jakarta oleh partainya. Dengan pencalonan itu, karier Agus di TNI tamat. Padahal, menurut Ruhut, Ketua Umum Partai Demokrat yang juga ayah Agus, Susilo Bambang Yudhoyono, mempunyai cita-cita melihat putranya menyandang gelar jenderal bintang empat.

Namun, menurut Ruhut, SBY akhirnya terpengaruh orang-orang di Partai Demokrat yang mendorong Agus untuk menjadi cagub DKI. “Kok mau mendengarkan penjilat memensiunkan anaknya dengan pangkat mayor? Janganlah karena ambisi politik yang di Demokrat itu Agus dikorbankan,” kata Ruhut.

Berdasarkan aturan, anggota TNI harus mengundurkan diri dari kedinasan jika menjadi peserta pilkada. Hal itu tertuang di dalam undang-undang dan aturan internal TNI. Ruhut menyebut, upaya mendorong Agus sebagai cagub DKI sudah muncul sejak lama. Ruhut lalu menyebut sejumlah elite Demokrat yang mendorong Agus terjun ke politik.

“Dari dulu, penjilat Bapak, yang ingin aku dicopot dari koordinator, menginginkan Agus. Partai lain yang baru datang ikut-ikutan,” ucap Ruhut.

Ruhut tak masalah jika Agus memang mempunyai peluang untuk menang Pilgub DKI. Masalahnya, ia pesimistis karena Agus harus menghadapi petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang memiliki elektabilitas tinggi.

“Kalau Agus menang, oke, aku salah. Namun, kalau kalah, selesai enggak dia? Aku enggak kebayang kalau Agus kalah, dibunuh kariernya oleh partai yang aku banggakan,” ucap anggota Komisi III DPR ini.

Sementara Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman mengaku siap menerima konsekuensi dari partainya terkait sikapnya mendukung pasangan petahana. “Semua ada konsekuensi dalam hidup. Saya nggak ada masalah selama demi kebaikan publik,” kata Hayono di Posko Muda Mudi Ahok di Jakarta, Sabtu (24/9).

Menurut Hayono, Partai Demokrat merupakan partai yang demokratis, sehingga akan memahami pilihan politiknya sebagai pribadi. “Saya percaya bahwa Partai Demokrat dapat memahami pilihan pribadi saya, apalagi pilihan ini juga sebenarnya sejalan dengan arahan Pak SBY,” ucap Hayono.

Kendati demikian, Hayono mengaku akan mempertanyakan jika partainya memberikan konsekuensi karena mendukung Ahok-Djarot.

“Saya akan minta diberi kesempatan untuk bertanya apa alasannya,” tambah mantan peserta Konvensi Demokrat itu.

“Sejak awal saya sudah mendukung Ahok karena saya melihat bahwa sebagai petahana, Ahok-Djarot memiliki prestasi sangat baik. Padahal secara efektif baru menduduki posisi gubernur dan wakil gubernur kurang dari dua tahun,” tambah Hayono.

Menurut dia, Ahok-Djarot merupakan pasangan harmonis yang mencalonkan diri kembali bukan untuk memperebutkan kekuasaan, melainkan ingin terus berprestasi dan melayani masyarakat Jakarta. (bbs/jpg/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/