25.6 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Warga Berziarah Malam Hari

Foto: fachrul rozi/sumut pos
Terendam rob : Banjir rob atau gelombang pasang air laut merendam
ribuan makam di Belawan. Akibatnya, dimusim nyekar kali ini warga
terpaksa berziarah malam hari.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO -Sudah 3 hari belakangan ini tradisi nyekar atau ziarah kubur menjelang bulan puasa Ramadan di Belawan, terganggu. Ini disebabkan naiknya gelombang pasang air laut (rob) yang merendam ribuan pemakaman. Akibatnya, warga pun terpaksa berziarah pada sore hingga malam.

Muhammad Faisal (37) warga Lorong Pahlawan, Belawan menuturkan, kondisi pasang air laut membuat aktivitas ziarah warga, sulit dilakukan pada siang hari. Pasalnya, air laut mencapai ketinggian 60 -80 centimeter naik ke daratan sejak pukul 12.00 sampai 16.30 WIB.”Bagaimana mau berziarah, kalau seluruh kuburan terendam air laut,” ucapnya.

Dampak rob, lanjutnya, tidak hanya merendam areal TPU (tempat pemakaman umum) seperti salah satunya di pemakaman Jalan TM Pahlawan Kelurahan

Belawan I Kecamatan Medan Belawan, namun beberapa batu nisan kuburan juga lepas akibat tersapu gelombang air laut.”Sudah tiga hari ini air laut pasang,” tutur Faisal.

Saiful Amri (41), warga lainnya turut mengeluhkan banjir rob yang terjadi. Bahkan, akibat dari air laut merendam ribuan makam, dirinya terpaksa harus berziarah pada malam hari.”Sore memang air mulai surut, tapi tidak langsung kering. Terpaksa malam ziarah ke kuburan orangtua,” keluhnya.

Dia mendesak pemerintah supaya mempercepat proyek pembangunan tanggul (dum) di sepanjang bibir pantai Belawan. Sebab, banjir rob yang tidak hanya menenggelamkan lokasi pemakaman, tapi turut merendam rumah maupun infrastruktur jalan kondisinya kian parah.

“Kalau cepat dikerjakan, lebih baik. Apalagi, pasang air laut semakin dalam. Lebaran nanti, sudah pasti rumah warga disini bakal kebanjiran lagi,” ungkap Saiful.

Penjaga TPU, kata Amiruddin, musim ziarah kubur pada satu hari menjelang bulan puasa, situasinya memang cukup memperihatikan. Pun begitu, sebagian warga pezirah terpaksa menyiasatinya dengan berziarah sore serta malam hari.”Ada juga yang berziarah pagi hari, karena siangnya air laut mulai naik,” ujar Amir.

Yang lebih menyedihkan lagi, sambung pria bercucu lima ini, ketika ada warga yang meninggal dunia. Jenazah tidak dapat dikebumikan karena harus menunggu gelombang air laut surut.”Pada masa pak Bachtir Djafar dan Abdillah jadi Wali Kota Medan, pemakaman pernah ditimbun agar lebih tinggi. Tapi, setelah itu tidak ada lagi,” terangnya.

Camat Medan Belawan, Ahmad SP saat dihubungi terkait kondisi pemakaman umum terdampak banjir rob, dan desakan warga agar mempercepat proyek tanggul di Belawan, belum mau menjawab.

Terpisah, Dedi Satria Ainal tokoh pemuda di Belawan mengatakan, harapan masyarakat terhadap pembangunan tanggul sudah sejak lama dinantikan. Hal tersebut dipicu oleh debit banjir rob yang terjadi di wilayah ini semakin bertambah tinggi.”Apa yang diharapkan masyarakat, karena rob dianggap telah meresahkan. Belum lagi banyaknya penimbunan lahan resapan air dibangun gudang serta depo kontainer, menyebabkan pasang air laut kian bertambah,” pungkas Dedi.(rul/ila)

 

Foto: fachrul rozi/sumut pos
Terendam rob : Banjir rob atau gelombang pasang air laut merendam
ribuan makam di Belawan. Akibatnya, dimusim nyekar kali ini warga
terpaksa berziarah malam hari.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO -Sudah 3 hari belakangan ini tradisi nyekar atau ziarah kubur menjelang bulan puasa Ramadan di Belawan, terganggu. Ini disebabkan naiknya gelombang pasang air laut (rob) yang merendam ribuan pemakaman. Akibatnya, warga pun terpaksa berziarah pada sore hingga malam.

Muhammad Faisal (37) warga Lorong Pahlawan, Belawan menuturkan, kondisi pasang air laut membuat aktivitas ziarah warga, sulit dilakukan pada siang hari. Pasalnya, air laut mencapai ketinggian 60 -80 centimeter naik ke daratan sejak pukul 12.00 sampai 16.30 WIB.”Bagaimana mau berziarah, kalau seluruh kuburan terendam air laut,” ucapnya.

Dampak rob, lanjutnya, tidak hanya merendam areal TPU (tempat pemakaman umum) seperti salah satunya di pemakaman Jalan TM Pahlawan Kelurahan

Belawan I Kecamatan Medan Belawan, namun beberapa batu nisan kuburan juga lepas akibat tersapu gelombang air laut.”Sudah tiga hari ini air laut pasang,” tutur Faisal.

Saiful Amri (41), warga lainnya turut mengeluhkan banjir rob yang terjadi. Bahkan, akibat dari air laut merendam ribuan makam, dirinya terpaksa harus berziarah pada malam hari.”Sore memang air mulai surut, tapi tidak langsung kering. Terpaksa malam ziarah ke kuburan orangtua,” keluhnya.

Dia mendesak pemerintah supaya mempercepat proyek pembangunan tanggul (dum) di sepanjang bibir pantai Belawan. Sebab, banjir rob yang tidak hanya menenggelamkan lokasi pemakaman, tapi turut merendam rumah maupun infrastruktur jalan kondisinya kian parah.

“Kalau cepat dikerjakan, lebih baik. Apalagi, pasang air laut semakin dalam. Lebaran nanti, sudah pasti rumah warga disini bakal kebanjiran lagi,” ungkap Saiful.

Penjaga TPU, kata Amiruddin, musim ziarah kubur pada satu hari menjelang bulan puasa, situasinya memang cukup memperihatikan. Pun begitu, sebagian warga pezirah terpaksa menyiasatinya dengan berziarah sore serta malam hari.”Ada juga yang berziarah pagi hari, karena siangnya air laut mulai naik,” ujar Amir.

Yang lebih menyedihkan lagi, sambung pria bercucu lima ini, ketika ada warga yang meninggal dunia. Jenazah tidak dapat dikebumikan karena harus menunggu gelombang air laut surut.”Pada masa pak Bachtir Djafar dan Abdillah jadi Wali Kota Medan, pemakaman pernah ditimbun agar lebih tinggi. Tapi, setelah itu tidak ada lagi,” terangnya.

Camat Medan Belawan, Ahmad SP saat dihubungi terkait kondisi pemakaman umum terdampak banjir rob, dan desakan warga agar mempercepat proyek tanggul di Belawan, belum mau menjawab.

Terpisah, Dedi Satria Ainal tokoh pemuda di Belawan mengatakan, harapan masyarakat terhadap pembangunan tanggul sudah sejak lama dinantikan. Hal tersebut dipicu oleh debit banjir rob yang terjadi di wilayah ini semakin bertambah tinggi.”Apa yang diharapkan masyarakat, karena rob dianggap telah meresahkan. Belum lagi banyaknya penimbunan lahan resapan air dibangun gudang serta depo kontainer, menyebabkan pasang air laut kian bertambah,” pungkas Dedi.(rul/ila)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/