32.8 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Oegroseno: Polisi Tidak Boleh Arogan

MEDAN- Guyonannya tak lekang. Tetap mem baur dan ramah kepada siapa pun tanpa menghilangkan kewibawaannya. Itu lah sosok Kepala Lembaga Pendidikan Polisi (Kalemdikpol) Komjen Pol Drs Oegroseno, yang Jumat (26/8) kemarin berkunjung ke Sekolah Polisi Negara (SPN) Sampali Medan.

Dikerubuti sejumlah wartawan, Komjen Pol Drs Oegroseno tetap hangat menjawab sejumlah pertanyaan. Terutama ketika ditanya mengenai banyaknya oknum polisi yang melakukan tindak pidana.

Mantan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu) ini dengan ringan menjawab, sejatinya polisi itu adalah pelayan rakyat, bukannya membuat takut rakyat. Oegroseno menganalogikan, bila ada seorang polisi bertindak kasar kepada masyarakat, misalnya melakukan pemukulan atau sebagainya, itu berarti oknum polisi tersebut tidak paham akan jati dirinya.
“Lah wong kita digaji dari uang rakyat, kenapa kita harus memukuli rakyat dan lainnya. Berarti polisi itu tidak paham terhadap status yang disandangnya,” ungkapnya seusai meninjau Barak Peserta Sosialisasi SPN Sampali.

Ditambahkannya lagi, seorang personel polisi tidak semestinya arogann
Sesuai tugas polisi sebagai pengayom dan pelayan masyarakat. “Polisi itu tidak boleh arogan. Polisi itu harus baik, hormat kepada siapa pun,” lanjutnya.

Oegroseno bahkan mengisahkan, dulu polisi harus mengangkat tangannya sebagai tanda hormat, manakala di hadapannya tengah melintas rombongan warga yang membawa jenazah ke pemakaman. “Namun, hal seperti itu telah luntur. Sekarang, itu tidak ada lagi,” ujarnya.

Lebih lanjut Oegroseno mengatakan, polisi itu harus siap sedia di mana pun ia berada. Kembali Oegroseno mencontohkan, ketika seorang polisi sedang tidak berpakaian dinas dan di tengah masyarakat tiba-tiba terjadi tindak kejahatan dan pelaku kejahatan itu memiliki senjata. Polisi itu harus sigap, dan mesti mampu mengendalikan suasana serta mengalahkan pelaku tindak pidana.
“Polisi itu harus siap. Dulu ada latihan bela diri, sebagai upaya untuk melakukan perlindungan bukan hanya bagi dirinya sendiri terlebih lagi bagi orang yang ada di sekitar kita,” tuturnya.

Terkait kehadiran jenderal bintang tiga tersebut di SPN Sampali, pada intinya adalah untuk memberikan arahan kepada pengurus sekolah calon polisi. Pengurus diharapkan mampu menciptakan polisi yang humanis dan professional, juga agar lembaga pendidikan kepolisian di Sumut itu mempersiapkan diri jika pendidikan jarah jauh diberlakukan.

“Di Lembaga Pendidikan inilah kepribadian anggota Polri ditempah. Mau jadi apa Polri kedepan, semua ditentukan di lembaga pendidikan. Karena itu, kita berharap, lembaga pendidikan Polri harus mampu menciptakan polisi handal, humanis dan professional,” katanya.

Untuk mencapai kearah itu, sambung Oegroseno, lembaga pendidikan Polri di seluruh Indonesia dituntut mengikuti perkembangan teknologi dan informatika. Menurutnya, SPN Sampali yang selama ini khusus untuk pendidikan Bintara Polri, akan lebih dikembangkan dan ke depan diharapkan menjadi lembaga pendidikan calon-calon pemimpin Polri.

“Pemberlakuan pendidikan jarak jauh sedang diusulkan ke Kapolri. Jadi, calon pemimpin Polri yang akan mengikuti pendidikan, seperti PTIK, Suslapa, Sespim, Sespati dan lainnya tidak lagi harus ke Jakarta, tapi cukup mengikuti pendidikan di SPN Sampali,” cetusnya.

Pendidikan jarah jauh itu diyakini sangat menghemat biaya dan tergolong praktis. “Bagi anggota Polri yang bertugas di jajaran Poldasu, tidak lagi harus meninggalkan keluarga dan tugas untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi, cukup di SPN Sampali. Sama dengan pendidikan yang selama ini dilakukan di Mabes Polri, cuma bedanya tempat pendidikannya jarak jauh,” terangnya.

Sementara untuk tenaga pengajar dan kurikulum serta fasilitas belajar mengajar lainnya, selanjutnya akan dikoordinasikan dengan Mabes Polri.

Kapan pendidikan jarah jauh bagi calon pemimpin Polri itu mulai diberlakukan? Mantan Kepala Divisi (Kadiv) Propam Mabes Polri itu mengatakan, sedang diusulkan ke Kapolri. “Mudah-mudahan segera terlaksana. Karena itulah, saya datang melihat kesiapan SPN Sampali menjadi lembaga pendidikan jarak jauh,” jelasnya.

Oegroseno juga mengaku, tengah mengupayakan agar Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) Polri tetap dilaksanakan di SPN masing-masing daerah. Hal itu bertujuan, untuk menghemat biaya pengeluaran calon peserta Setukpa. Sebab, selama ini Setukpa Polri dilaksakan di Sukabumi, Jawa Barat sehingga peserta harus mengeluarkan biaya karena harus mendatangi provinsi tersebut, padahal berasal dari daerah lain. Sementara kalau di daerahnya sendiri, bisa lebih efektif dan menghemat pengeluaran dana.

Lanjutnya, Polri terlebih lagi Lemdikpol saat ini tengah melakukan penyusunan grand design pendidikan Polri.
“Saat ini sedang mencari rumusan perubahan mainset untuk pembangunan Polri. Konsep pendidikan Polri berlandaskan kemanusiaan yang adil dan beradab,” tegasnya.

Oegroseno juga menegaskan, untuk menghemat pengeluaran, SPN Sampali akan tetap dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan. Sementara SPN yang di Langkat, akan lebih diprioritaskan sebagai tempat pendidikan yang lebih bersifat outbound seperti, latihan menembak dan sebagainya. “Di sana, masyarakat pun bisa memanfaatkan lokasi itu. Kalau untuk ruang pendidikan, tetap di sini (SPN Sampali, Red),” katanya.

Usai berbincang dengan para wartawan, Komjen Pol Oegroseno yang selalu didampingi Kepala SPN Kombes Pol Marolop Manik, berhimpun di Gedung Tribrata SPN Sampali untuk memberikan pengarahan kepada tenaga pendidik (Gadik) SPN Sampali.(ari)

MEDAN- Guyonannya tak lekang. Tetap mem baur dan ramah kepada siapa pun tanpa menghilangkan kewibawaannya. Itu lah sosok Kepala Lembaga Pendidikan Polisi (Kalemdikpol) Komjen Pol Drs Oegroseno, yang Jumat (26/8) kemarin berkunjung ke Sekolah Polisi Negara (SPN) Sampali Medan.

Dikerubuti sejumlah wartawan, Komjen Pol Drs Oegroseno tetap hangat menjawab sejumlah pertanyaan. Terutama ketika ditanya mengenai banyaknya oknum polisi yang melakukan tindak pidana.

Mantan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu) ini dengan ringan menjawab, sejatinya polisi itu adalah pelayan rakyat, bukannya membuat takut rakyat. Oegroseno menganalogikan, bila ada seorang polisi bertindak kasar kepada masyarakat, misalnya melakukan pemukulan atau sebagainya, itu berarti oknum polisi tersebut tidak paham akan jati dirinya.
“Lah wong kita digaji dari uang rakyat, kenapa kita harus memukuli rakyat dan lainnya. Berarti polisi itu tidak paham terhadap status yang disandangnya,” ungkapnya seusai meninjau Barak Peserta Sosialisasi SPN Sampali.

Ditambahkannya lagi, seorang personel polisi tidak semestinya arogann
Sesuai tugas polisi sebagai pengayom dan pelayan masyarakat. “Polisi itu tidak boleh arogan. Polisi itu harus baik, hormat kepada siapa pun,” lanjutnya.

Oegroseno bahkan mengisahkan, dulu polisi harus mengangkat tangannya sebagai tanda hormat, manakala di hadapannya tengah melintas rombongan warga yang membawa jenazah ke pemakaman. “Namun, hal seperti itu telah luntur. Sekarang, itu tidak ada lagi,” ujarnya.

Lebih lanjut Oegroseno mengatakan, polisi itu harus siap sedia di mana pun ia berada. Kembali Oegroseno mencontohkan, ketika seorang polisi sedang tidak berpakaian dinas dan di tengah masyarakat tiba-tiba terjadi tindak kejahatan dan pelaku kejahatan itu memiliki senjata. Polisi itu harus sigap, dan mesti mampu mengendalikan suasana serta mengalahkan pelaku tindak pidana.
“Polisi itu harus siap. Dulu ada latihan bela diri, sebagai upaya untuk melakukan perlindungan bukan hanya bagi dirinya sendiri terlebih lagi bagi orang yang ada di sekitar kita,” tuturnya.

Terkait kehadiran jenderal bintang tiga tersebut di SPN Sampali, pada intinya adalah untuk memberikan arahan kepada pengurus sekolah calon polisi. Pengurus diharapkan mampu menciptakan polisi yang humanis dan professional, juga agar lembaga pendidikan kepolisian di Sumut itu mempersiapkan diri jika pendidikan jarah jauh diberlakukan.

“Di Lembaga Pendidikan inilah kepribadian anggota Polri ditempah. Mau jadi apa Polri kedepan, semua ditentukan di lembaga pendidikan. Karena itu, kita berharap, lembaga pendidikan Polri harus mampu menciptakan polisi handal, humanis dan professional,” katanya.

Untuk mencapai kearah itu, sambung Oegroseno, lembaga pendidikan Polri di seluruh Indonesia dituntut mengikuti perkembangan teknologi dan informatika. Menurutnya, SPN Sampali yang selama ini khusus untuk pendidikan Bintara Polri, akan lebih dikembangkan dan ke depan diharapkan menjadi lembaga pendidikan calon-calon pemimpin Polri.

“Pemberlakuan pendidikan jarak jauh sedang diusulkan ke Kapolri. Jadi, calon pemimpin Polri yang akan mengikuti pendidikan, seperti PTIK, Suslapa, Sespim, Sespati dan lainnya tidak lagi harus ke Jakarta, tapi cukup mengikuti pendidikan di SPN Sampali,” cetusnya.

Pendidikan jarah jauh itu diyakini sangat menghemat biaya dan tergolong praktis. “Bagi anggota Polri yang bertugas di jajaran Poldasu, tidak lagi harus meninggalkan keluarga dan tugas untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi, cukup di SPN Sampali. Sama dengan pendidikan yang selama ini dilakukan di Mabes Polri, cuma bedanya tempat pendidikannya jarak jauh,” terangnya.

Sementara untuk tenaga pengajar dan kurikulum serta fasilitas belajar mengajar lainnya, selanjutnya akan dikoordinasikan dengan Mabes Polri.

Kapan pendidikan jarah jauh bagi calon pemimpin Polri itu mulai diberlakukan? Mantan Kepala Divisi (Kadiv) Propam Mabes Polri itu mengatakan, sedang diusulkan ke Kapolri. “Mudah-mudahan segera terlaksana. Karena itulah, saya datang melihat kesiapan SPN Sampali menjadi lembaga pendidikan jarak jauh,” jelasnya.

Oegroseno juga mengaku, tengah mengupayakan agar Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) Polri tetap dilaksanakan di SPN masing-masing daerah. Hal itu bertujuan, untuk menghemat biaya pengeluaran calon peserta Setukpa. Sebab, selama ini Setukpa Polri dilaksakan di Sukabumi, Jawa Barat sehingga peserta harus mengeluarkan biaya karena harus mendatangi provinsi tersebut, padahal berasal dari daerah lain. Sementara kalau di daerahnya sendiri, bisa lebih efektif dan menghemat pengeluaran dana.

Lanjutnya, Polri terlebih lagi Lemdikpol saat ini tengah melakukan penyusunan grand design pendidikan Polri.
“Saat ini sedang mencari rumusan perubahan mainset untuk pembangunan Polri. Konsep pendidikan Polri berlandaskan kemanusiaan yang adil dan beradab,” tegasnya.

Oegroseno juga menegaskan, untuk menghemat pengeluaran, SPN Sampali akan tetap dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan. Sementara SPN yang di Langkat, akan lebih diprioritaskan sebagai tempat pendidikan yang lebih bersifat outbound seperti, latihan menembak dan sebagainya. “Di sana, masyarakat pun bisa memanfaatkan lokasi itu. Kalau untuk ruang pendidikan, tetap di sini (SPN Sampali, Red),” katanya.

Usai berbincang dengan para wartawan, Komjen Pol Oegroseno yang selalu didampingi Kepala SPN Kombes Pol Marolop Manik, berhimpun di Gedung Tribrata SPN Sampali untuk memberikan pengarahan kepada tenaga pendidik (Gadik) SPN Sampali.(ari)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/