31.7 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Busnya Sewaan, Pihak Lion Air Lepas Tangan

Foto: Hulman/PM Warung kopi yang diseruduk minibus pengangkut penumpang Lion Air, di Tanjungmorawa, Deliserdang, Sumut, Senin (27/4/2015).
Foto: Hulman/PM
Warung kopi yang diseruduk minibus pengangkut penumpang Lion Air, di Tanjungmorawa, Deliserdang, Sumut, Senin (27/4/2015).

TANJUNG MORAWA, SUMUTPOS.CO – Pihak maskapai Lion Air terkesan ‘lepas tangan’ atas kecelakaan maut yang melibatkan minibus antar jemput mereka, Senin (27/4) sekira pukul 09.00 WIB. Sehari pasca kejadian, pihak maspakai tak punya itikad baik untuk mengunjungi kedua korban tewas, maupun luka. Bukan itu saja, warung kopi (warkop) milik Ramlan (55) yang hancur di Jalan Tanjung Morawa-Batang Kuis, Dusun IV Desa Telaga Sari, Kecamatan Tanjung Morawa itu pun dibiarkan tinggal puing dan tak ada perbaikan apapun.

Menurut Ramlan, hingga Selasa (29/4) tengah hari pihak Lion Air belum ada mendatangi mereka. Padahal akibat warkopnya diseruduk, ayah lima anak ini mengalami kerugian puluhan juta dan terpaksa tak berjualan hingga beberapa waktu lamanya. “Bukan hanya warkop saja yang diseruduk, warung kelontong milik Sarkamah dan rumah sebelah warung milik Markisni (40) juga retak. Kerugian untuk tiga bangunan itu ditaksir berkisar ratusan juta,” lirihnya.

Masih kata Ramlan, mereka juga tak memperbaiki warkop yang hancur itu karena dilarang pihak kepolisian dengan dalih kerusakan itu akan diperbaiki pihak Lion Air.

“Tapi sampai hari ini belum ada pihak Lion Air datang menemui kami. Mungkin pihak Lion Air masih diperiksa petugas kepolisian,” jelasnya. Dirinya pun berharap pihak Lion Air membantu perbaikan rumah dan warung kopi mereka yang rusak parah. Apalagi warung kopi yang mereka buka sejak puluhan tahun itu menjadi sumber penghasilan mereka satu-satunya.

Dikisahkan Ramlan, saat kejadian ia tengah minum teh manisdi warkop. Tiba-tiba ia dikagetkan oleh terjangan minibus Lion Air yang menghantam warkopnya. ”Suaranya terdengar sampai ke belakang. Saat itu istriku sedang membuat kopi, sementara putriku Nurani sedang nonton tivi. Keduanya pun kaget dan langsung keluar dari rumah,” ungkapnya.

Dirinya juga menjelaskan selain warung kopi dan rumahnya , dua rumah warga lainnya juga terkena hantaman bus yang membawa penumpang Lion Air yaitu rumah Sarkamah (37) dan Markisni ( 40) yang rusak pada bagian dindingnya.

Sementara itu pagar rumah polisi bernama Kompol Zulfikar bertugas di Ditbinmas Poldasu yang rusak akibat ditabrak mobil boks sudah mulai diperbaiki. Terlihat beberapa bekerja membersihkan sisa-sisa pagar yang rusak dan mulai membuat pondasi baru.

Fendi selaku Manager Lion Air Fendi yang dihubungi mengaku, biaya perobatan para penumpang bus Lion Air yang mengalami kecelakaan ditanggung oleh PT Jasa Raharja, begitu juga juga dengan perawatan para penumpang yang mengalami luka-luka.

Saat disinggung bagaimana dengan perbaikan rumah warga yang rusak akibat ditabrak mobil yang mengangkut para penumpang Lion Air, dirinya mengatakan bahwa tanggung jawab perbaikan rumah itu juga diserahkan pada pihak ketiga dalam hal ini pihak Almasar. ”Bus dan sopirnya disewa dari pihak ketiga yaitu Almasar,” ungkapnya. Dirinya pun menerangkan bahwa pertanggungjawaban mereka hanya kepada penumpang bus yang mengangkut penumpang Lion Air. ”Perbaikan rumah dari pihak Almasar . Orang Almasar sudah ke rumah duka maupun rumah yang rusak,” katanya.

Saat disinggung bagaimana dengan biaya pengobatan Tulus Bunti SE (43) warga Jalan Thamrin No 35 Kota Beringin, Kecamatan Sibolga yang sekujur tubuhnya luka serta patah tulang rusuk dan harus dibawa ke Penang, Malaysia? Fandi juga menegaskan bahwa biaya pengobatan korban juga ditanggung PT Jasa Raharja .

Nasib yang sama juga dialami keluarga Kemat dan Poniran yang tewas akibat ditabrak saat minum kopi di warkop itu. Didit (35) anak Kemat kepada wartawan mengatakan jika pihak Lion Air belum ada mendatangi keluarga mereka. “Pihak Lion Air belum ada yang mendatangi kami, tapi kalau pihak jasa raharja sudah datang ke rumah. Untuk biaya mendiang ayah kami masih ditanggung keluarga sebesar Rp 6,9 juta biaya di Rumah Sakit Grand Medistra dan Rp780 ribu biaya di RS GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa,” sebutnya
Untuk mengatasi biaya itu, lanjut Didit, keluarganya terpaksa memakai uang persiapan membersihkan Rismanto yang rencananya akan menikah pekan depan. Namun karena musibah tersebut, terpaksa diundur hingga selesai lebaran nanti. “Minggu (26/4) malam Santi kakak iparku bermimpi ramai orang di rumah. Tapi ketika hal itu diceritakan kepada suaminya Legino yang juga abang kandungku, Legino menjawab jika rumah bakal ramai karena Rismanto akan menikah. Tapi pada Senin (27/4) pagi saat Legino membuat teh manis, mendadak gelas yang dipegangnya pecah,” tutur Didit.

Tak lama setelah gelas berisi teh manis pecah di tangan Legino, keluarga korban pun mendapat kabar jika Kemat diseruduk bus saat minum kopi. Saat di rumah sakit Grand Medistra, lanjut Didit, Kemat sempat berucap kalau dia sudah tidak tahan lagi menahan sakit. “Dari dulu mendiang bapak dan Poniran sangat akrab dan selalu bersama. Dimana ada bapak pasti ada Poniran, bahkan kalau kerja menggali parit pun harus sama. Bapak sempat berpesan saat di ruang ICU kalau dia tidak ada lagi, agar kami jangan ribut,” kenang Didit dengan mata berkaca-kaca. (cr-1/man/deo)

Foto: Hulman/PM Warung kopi yang diseruduk minibus pengangkut penumpang Lion Air, di Tanjungmorawa, Deliserdang, Sumut, Senin (27/4/2015).
Foto: Hulman/PM
Warung kopi yang diseruduk minibus pengangkut penumpang Lion Air, di Tanjungmorawa, Deliserdang, Sumut, Senin (27/4/2015).

TANJUNG MORAWA, SUMUTPOS.CO – Pihak maskapai Lion Air terkesan ‘lepas tangan’ atas kecelakaan maut yang melibatkan minibus antar jemput mereka, Senin (27/4) sekira pukul 09.00 WIB. Sehari pasca kejadian, pihak maspakai tak punya itikad baik untuk mengunjungi kedua korban tewas, maupun luka. Bukan itu saja, warung kopi (warkop) milik Ramlan (55) yang hancur di Jalan Tanjung Morawa-Batang Kuis, Dusun IV Desa Telaga Sari, Kecamatan Tanjung Morawa itu pun dibiarkan tinggal puing dan tak ada perbaikan apapun.

Menurut Ramlan, hingga Selasa (29/4) tengah hari pihak Lion Air belum ada mendatangi mereka. Padahal akibat warkopnya diseruduk, ayah lima anak ini mengalami kerugian puluhan juta dan terpaksa tak berjualan hingga beberapa waktu lamanya. “Bukan hanya warkop saja yang diseruduk, warung kelontong milik Sarkamah dan rumah sebelah warung milik Markisni (40) juga retak. Kerugian untuk tiga bangunan itu ditaksir berkisar ratusan juta,” lirihnya.

Masih kata Ramlan, mereka juga tak memperbaiki warkop yang hancur itu karena dilarang pihak kepolisian dengan dalih kerusakan itu akan diperbaiki pihak Lion Air.

“Tapi sampai hari ini belum ada pihak Lion Air datang menemui kami. Mungkin pihak Lion Air masih diperiksa petugas kepolisian,” jelasnya. Dirinya pun berharap pihak Lion Air membantu perbaikan rumah dan warung kopi mereka yang rusak parah. Apalagi warung kopi yang mereka buka sejak puluhan tahun itu menjadi sumber penghasilan mereka satu-satunya.

Dikisahkan Ramlan, saat kejadian ia tengah minum teh manisdi warkop. Tiba-tiba ia dikagetkan oleh terjangan minibus Lion Air yang menghantam warkopnya. ”Suaranya terdengar sampai ke belakang. Saat itu istriku sedang membuat kopi, sementara putriku Nurani sedang nonton tivi. Keduanya pun kaget dan langsung keluar dari rumah,” ungkapnya.

Dirinya juga menjelaskan selain warung kopi dan rumahnya , dua rumah warga lainnya juga terkena hantaman bus yang membawa penumpang Lion Air yaitu rumah Sarkamah (37) dan Markisni ( 40) yang rusak pada bagian dindingnya.

Sementara itu pagar rumah polisi bernama Kompol Zulfikar bertugas di Ditbinmas Poldasu yang rusak akibat ditabrak mobil boks sudah mulai diperbaiki. Terlihat beberapa bekerja membersihkan sisa-sisa pagar yang rusak dan mulai membuat pondasi baru.

Fendi selaku Manager Lion Air Fendi yang dihubungi mengaku, biaya perobatan para penumpang bus Lion Air yang mengalami kecelakaan ditanggung oleh PT Jasa Raharja, begitu juga juga dengan perawatan para penumpang yang mengalami luka-luka.

Saat disinggung bagaimana dengan perbaikan rumah warga yang rusak akibat ditabrak mobil yang mengangkut para penumpang Lion Air, dirinya mengatakan bahwa tanggung jawab perbaikan rumah itu juga diserahkan pada pihak ketiga dalam hal ini pihak Almasar. ”Bus dan sopirnya disewa dari pihak ketiga yaitu Almasar,” ungkapnya. Dirinya pun menerangkan bahwa pertanggungjawaban mereka hanya kepada penumpang bus yang mengangkut penumpang Lion Air. ”Perbaikan rumah dari pihak Almasar . Orang Almasar sudah ke rumah duka maupun rumah yang rusak,” katanya.

Saat disinggung bagaimana dengan biaya pengobatan Tulus Bunti SE (43) warga Jalan Thamrin No 35 Kota Beringin, Kecamatan Sibolga yang sekujur tubuhnya luka serta patah tulang rusuk dan harus dibawa ke Penang, Malaysia? Fandi juga menegaskan bahwa biaya pengobatan korban juga ditanggung PT Jasa Raharja .

Nasib yang sama juga dialami keluarga Kemat dan Poniran yang tewas akibat ditabrak saat minum kopi di warkop itu. Didit (35) anak Kemat kepada wartawan mengatakan jika pihak Lion Air belum ada mendatangi keluarga mereka. “Pihak Lion Air belum ada yang mendatangi kami, tapi kalau pihak jasa raharja sudah datang ke rumah. Untuk biaya mendiang ayah kami masih ditanggung keluarga sebesar Rp 6,9 juta biaya di Rumah Sakit Grand Medistra dan Rp780 ribu biaya di RS GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa,” sebutnya
Untuk mengatasi biaya itu, lanjut Didit, keluarganya terpaksa memakai uang persiapan membersihkan Rismanto yang rencananya akan menikah pekan depan. Namun karena musibah tersebut, terpaksa diundur hingga selesai lebaran nanti. “Minggu (26/4) malam Santi kakak iparku bermimpi ramai orang di rumah. Tapi ketika hal itu diceritakan kepada suaminya Legino yang juga abang kandungku, Legino menjawab jika rumah bakal ramai karena Rismanto akan menikah. Tapi pada Senin (27/4) pagi saat Legino membuat teh manis, mendadak gelas yang dipegangnya pecah,” tutur Didit.

Tak lama setelah gelas berisi teh manis pecah di tangan Legino, keluarga korban pun mendapat kabar jika Kemat diseruduk bus saat minum kopi. Saat di rumah sakit Grand Medistra, lanjut Didit, Kemat sempat berucap kalau dia sudah tidak tahan lagi menahan sakit. “Dari dulu mendiang bapak dan Poniran sangat akrab dan selalu bersama. Dimana ada bapak pasti ada Poniran, bahkan kalau kerja menggali parit pun harus sama. Bapak sempat berpesan saat di ruang ICU kalau dia tidak ada lagi, agar kami jangan ribut,” kenang Didit dengan mata berkaca-kaca. (cr-1/man/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/