25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Film HAS Tawarkan Pesan Moral dan Spiritual

Kru Film HAS sedang melakukan shotting di Asrama Haji Medan, belum lama ini.

SUMUTPOS.CO – Meski baru akan digarap Januari 2018, film bertema sosial religi berjudul Haji Asrama atau HAS sudah mendapat apresiasi dari banyak pecinta seni film Tanah Air dan komunitas di luar negeri. Film bergenre fiksi drama ini menawarkan pesan moral, spiritual dan humanitas dengan balutan lokal.

“Film HAS kami persembahkan untuk dunia perfilman daerah sekaligus nasional. Dengan muatan moralitas, spiritual serta humanis yang khas, film ini kami kemas dengan nuansa jenaka gaya Medan yang plural serta seni, budaya dan keindahan alam yang mungkin luput dari banyak orang,” kata sutradara Onny Kresnawan kepada wartawan di Medan, Senin (29/8).

Menurut Onny, sumbangsih pelaku perfilman di daerah tak boleh diabaikan. “Mereka juga cukup punya andil dalam meracik film-film yang memiliki nilai produksi yang serius dengan tema-tema lokal, namun sangat dekat dengan masyarakat sosial Indonesia,” ungkap Onny yang sudah banyak memperoleh penghargaan karya film tingkat nasional maupun internasional.

Seperti Film HAS, banyak cerita yang dekat dengan masyarakat perlu digali dan diangkat menuju layar tonton, sehingga film yang ceritanya sarat dengan pesan moralitas, spiritualitas dan humanitas, mampu membawa pencerahan di tengah-tengah maraknya berbagai genre film yang beredar di Indonesia.

Disebutkan, film berdurasi 1 jam 25 menit dengan skenario ditulis oleh Reny Yulia dan Tedy Wahyudi Pasaribu ini merupakan film sosial religi yang bercerita tentang seorang saudagar kaya congkak bernama Mahmud (diperankan Yan Amarni Lubis) yang jatuh miskin akibat kelicikan seorang tuan tanah yang ambisius bernama Burhan (diperankan Eddy Siswanto).

Di tengah dera kesulitan, Mahmud tersadar betapa ia alpa di saat masih berharta untuk menunaikan Ibadah haji. Setelahnya, ia bekerja apa saja di Asrama Haji, menabung bertahun-tahun agar bisa melaksanakan ibadah ke Baitullah. Sementara Burhan, dengan harta yang berlimpah, ingin naik haji lagi demi pencitraan di ajang pemilihan kepala desa.

Pada suatu kegiatan manasik haji, keduanya bertemu kembali dalam aktivitas yang berbeda. Mahmud dan Burhan memang sama-sama ingin menunaikan ibadah haji. Yang membedakan keduanya adalah niat dan cara mereka menempuhnya.

“Fenomena yang terjadi ini dekat dengan kita semua. Untuk itu, sebuah pekerjaan hendaknya dilakukan dengan tidak mengabaikan filosofi dasar dari sebuah pekerjaan itu sendiri. Dengan meluruskan niat, semua pekerjaan akan dinilai mulia dihadapan Allah, bukan bagi manusia itu sendiri. Bahwa sejati pergi haji bukan sekedar perjalanan fisik dunia, tapi yang paling utama adalah perjalanan spiritual datang bersimpuh padaNya,” ujar Haji Wagirun, seorang Ustad yang juga menyambut baik saat pertemuan bersama crew menyimpulkan pesan tersirat dari film yang bakal diproduksi oleh Esefde Films ini.

Film HAS merupakan film layar lebar produksi pertama sineas Sumatera Utara yang menggunakan metode urun dana melalui internet atau crowdfunding dalam pembiayaannya. Lebih dari 500 co-produser, donatur dan sponsor diharapkan bisa terlibat dalam pendanaan film ini.

“Sejauh ini sudah ada beberapa yang menyatakan keterlibatan baik secara resmi maupun lisan, dari lembaga maupun perorangan,” ujar Onny yang juga alumni Project Change, sebuah pendidikan film bagi sineas yang digagas oleh Nia Dinata. (rel/ril/ila)

 

Kru Film HAS sedang melakukan shotting di Asrama Haji Medan, belum lama ini.

SUMUTPOS.CO – Meski baru akan digarap Januari 2018, film bertema sosial religi berjudul Haji Asrama atau HAS sudah mendapat apresiasi dari banyak pecinta seni film Tanah Air dan komunitas di luar negeri. Film bergenre fiksi drama ini menawarkan pesan moral, spiritual dan humanitas dengan balutan lokal.

“Film HAS kami persembahkan untuk dunia perfilman daerah sekaligus nasional. Dengan muatan moralitas, spiritual serta humanis yang khas, film ini kami kemas dengan nuansa jenaka gaya Medan yang plural serta seni, budaya dan keindahan alam yang mungkin luput dari banyak orang,” kata sutradara Onny Kresnawan kepada wartawan di Medan, Senin (29/8).

Menurut Onny, sumbangsih pelaku perfilman di daerah tak boleh diabaikan. “Mereka juga cukup punya andil dalam meracik film-film yang memiliki nilai produksi yang serius dengan tema-tema lokal, namun sangat dekat dengan masyarakat sosial Indonesia,” ungkap Onny yang sudah banyak memperoleh penghargaan karya film tingkat nasional maupun internasional.

Seperti Film HAS, banyak cerita yang dekat dengan masyarakat perlu digali dan diangkat menuju layar tonton, sehingga film yang ceritanya sarat dengan pesan moralitas, spiritualitas dan humanitas, mampu membawa pencerahan di tengah-tengah maraknya berbagai genre film yang beredar di Indonesia.

Disebutkan, film berdurasi 1 jam 25 menit dengan skenario ditulis oleh Reny Yulia dan Tedy Wahyudi Pasaribu ini merupakan film sosial religi yang bercerita tentang seorang saudagar kaya congkak bernama Mahmud (diperankan Yan Amarni Lubis) yang jatuh miskin akibat kelicikan seorang tuan tanah yang ambisius bernama Burhan (diperankan Eddy Siswanto).

Di tengah dera kesulitan, Mahmud tersadar betapa ia alpa di saat masih berharta untuk menunaikan Ibadah haji. Setelahnya, ia bekerja apa saja di Asrama Haji, menabung bertahun-tahun agar bisa melaksanakan ibadah ke Baitullah. Sementara Burhan, dengan harta yang berlimpah, ingin naik haji lagi demi pencitraan di ajang pemilihan kepala desa.

Pada suatu kegiatan manasik haji, keduanya bertemu kembali dalam aktivitas yang berbeda. Mahmud dan Burhan memang sama-sama ingin menunaikan ibadah haji. Yang membedakan keduanya adalah niat dan cara mereka menempuhnya.

“Fenomena yang terjadi ini dekat dengan kita semua. Untuk itu, sebuah pekerjaan hendaknya dilakukan dengan tidak mengabaikan filosofi dasar dari sebuah pekerjaan itu sendiri. Dengan meluruskan niat, semua pekerjaan akan dinilai mulia dihadapan Allah, bukan bagi manusia itu sendiri. Bahwa sejati pergi haji bukan sekedar perjalanan fisik dunia, tapi yang paling utama adalah perjalanan spiritual datang bersimpuh padaNya,” ujar Haji Wagirun, seorang Ustad yang juga menyambut baik saat pertemuan bersama crew menyimpulkan pesan tersirat dari film yang bakal diproduksi oleh Esefde Films ini.

Film HAS merupakan film layar lebar produksi pertama sineas Sumatera Utara yang menggunakan metode urun dana melalui internet atau crowdfunding dalam pembiayaannya. Lebih dari 500 co-produser, donatur dan sponsor diharapkan bisa terlibat dalam pendanaan film ini.

“Sejauh ini sudah ada beberapa yang menyatakan keterlibatan baik secara resmi maupun lisan, dari lembaga maupun perorangan,” ujar Onny yang juga alumni Project Change, sebuah pendidikan film bagi sineas yang digagas oleh Nia Dinata. (rel/ril/ila)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/