26.7 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Rusun di Medan tak Layak Huni

FILE/SUMUT POS- Seorang anak berjalan ditangga bangunan Rusunawa Amplas yang terliahat tidak layak huni, Selasa (18/3).

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Rumah susun yang ada di kota Medan belum layak huni. Bahkan, rumah susun di kawasan Sukaramai, Seruwei Sei Mati dan Martubung, terbengkalai dan enggan dihuni masyarakat.

Pemerhati Kota, DR Raflis Tanjung menilai, rumah susun yang ada di Medan saat ini jauh dari pusat kegiatan ekonomi dan fasilitas di rumah susun tidak memadai.

“Akhirnya rumah susun yang seharusnya dapat memenuhi kebutuhan perumahan di Kota Medan malah menjadi pemborosan anggaran,” ungkap Raflis pada Sumut Pos, Minggu (29/1).

Dikatakan Raflis, jika pembangunan rumah susun seharusnya dilakukan sesuai dengan proyeksi penduduk kelurahan terpadat, namun tetap mengacu pada kepemilikan yang layak dan nyaman. Begitu juga pemilihan lokasi, harus direncanakan dengan sangat matang.

Selain itu, lanjutnya, persyaratan teknis bangunan, perlu mendapat perhatian khusus, mengingat bangunan akan dihuni banyak orang. Termasuk daya dukung dan fasilitas bangunan, dikatakan Raflis juga harus mencukupi bagi warga yang menghuni rumah susun.”Harus seimbang bangunan dengan lingkungan. Di antaranya membuat taman antar rumah susun, taman atap, taman di ruang penghubung dan wall garden,”  kata Raflis.

Dengan begitu, lanjut Raflis, rumah susun dapat menampung pertambahan penduduk dan sebagai pembinaan keluarga. Bahkan, rumah susun juga dapat memberikan arah pada pertumbuhan wilayah dan juga penyebaran penduduk kota Medan sehingga penduduk kota Medan dapat menentukan pilihan-pilihan sesuai dengan keperluan masing-masing.

“Dengan semakin mahalnya harga tanah, maka pembangunan rumah susun akan benar-benar dapat menampung masyarakat dalam jumlah besar, sehingga lingkungan kumuh yang ada di sekitar dapat dihilangkan dan ruang terbuka hijau semakin besar persentasenya, ” bilang Raflis.

Raflis mengatakan, keberadaan rumah susun sangat penting untuk mengatasi permasalahan perumahan di Medan. Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian Bangsa. ‘’Pembangunan rumah susun juga merupakan unsur penting dalam pengembangan strategi wilayah, berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi dan kehhidupan sosial dalam rangka pemantapan ketahanan nasional,’’ bilangnya.

Berdasarkan survey yang dilakukannya di beberapa kota besar di Asia, Kuala Lumpur, Seoul, Osaka dan Tokyo, Raflis menyebut, pernah terjadi permasalahan kenaikan jumlah penduduk yang besar, tidak diimbangi dengan ketersediaan perumahan yang cukup. Pemecahan masalah tersebut, dilakukan dengan pembangunan rumah susun yang berdaya tampung besar namun dengan lahan relatif lebih sedikit.

“Kota besar di atas tersebut sebelumnya sudah mempersiapkan rumah susun. Bahkan Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam yang memiliki kepadatan penduduk terendah, 71 jiwa perkilometer telah dipersiapkan rumah susun untuk 50 tahun ke depan oleh pihak kerajaan. Bagaimana dengan Kota Medan yang kepadatan penduduknya lebih tinggi sekitar 9063 perkilometer, ” ujar Raflis mengakhiri. (ain/ila)

 

FILE/SUMUT POS- Seorang anak berjalan ditangga bangunan Rusunawa Amplas yang terliahat tidak layak huni, Selasa (18/3).

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Rumah susun yang ada di kota Medan belum layak huni. Bahkan, rumah susun di kawasan Sukaramai, Seruwei Sei Mati dan Martubung, terbengkalai dan enggan dihuni masyarakat.

Pemerhati Kota, DR Raflis Tanjung menilai, rumah susun yang ada di Medan saat ini jauh dari pusat kegiatan ekonomi dan fasilitas di rumah susun tidak memadai.

“Akhirnya rumah susun yang seharusnya dapat memenuhi kebutuhan perumahan di Kota Medan malah menjadi pemborosan anggaran,” ungkap Raflis pada Sumut Pos, Minggu (29/1).

Dikatakan Raflis, jika pembangunan rumah susun seharusnya dilakukan sesuai dengan proyeksi penduduk kelurahan terpadat, namun tetap mengacu pada kepemilikan yang layak dan nyaman. Begitu juga pemilihan lokasi, harus direncanakan dengan sangat matang.

Selain itu, lanjutnya, persyaratan teknis bangunan, perlu mendapat perhatian khusus, mengingat bangunan akan dihuni banyak orang. Termasuk daya dukung dan fasilitas bangunan, dikatakan Raflis juga harus mencukupi bagi warga yang menghuni rumah susun.”Harus seimbang bangunan dengan lingkungan. Di antaranya membuat taman antar rumah susun, taman atap, taman di ruang penghubung dan wall garden,”  kata Raflis.

Dengan begitu, lanjut Raflis, rumah susun dapat menampung pertambahan penduduk dan sebagai pembinaan keluarga. Bahkan, rumah susun juga dapat memberikan arah pada pertumbuhan wilayah dan juga penyebaran penduduk kota Medan sehingga penduduk kota Medan dapat menentukan pilihan-pilihan sesuai dengan keperluan masing-masing.

“Dengan semakin mahalnya harga tanah, maka pembangunan rumah susun akan benar-benar dapat menampung masyarakat dalam jumlah besar, sehingga lingkungan kumuh yang ada di sekitar dapat dihilangkan dan ruang terbuka hijau semakin besar persentasenya, ” bilang Raflis.

Raflis mengatakan, keberadaan rumah susun sangat penting untuk mengatasi permasalahan perumahan di Medan. Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian Bangsa. ‘’Pembangunan rumah susun juga merupakan unsur penting dalam pengembangan strategi wilayah, berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi dan kehhidupan sosial dalam rangka pemantapan ketahanan nasional,’’ bilangnya.

Berdasarkan survey yang dilakukannya di beberapa kota besar di Asia, Kuala Lumpur, Seoul, Osaka dan Tokyo, Raflis menyebut, pernah terjadi permasalahan kenaikan jumlah penduduk yang besar, tidak diimbangi dengan ketersediaan perumahan yang cukup. Pemecahan masalah tersebut, dilakukan dengan pembangunan rumah susun yang berdaya tampung besar namun dengan lahan relatif lebih sedikit.

“Kota besar di atas tersebut sebelumnya sudah mempersiapkan rumah susun. Bahkan Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam yang memiliki kepadatan penduduk terendah, 71 jiwa perkilometer telah dipersiapkan rumah susun untuk 50 tahun ke depan oleh pihak kerajaan. Bagaimana dengan Kota Medan yang kepadatan penduduknya lebih tinggi sekitar 9063 perkilometer, ” ujar Raflis mengakhiri. (ain/ila)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/