33 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Pedagang Buku Bekas Punya Tempat Tersendiri di Hati Masyarakat

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
TEMPAT BARU PEDAGANG BUKU_Sejumlah pedagang berada di kios yang baru di kawasan Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara.

SUMUTPOS.CO – Pedagang buku bekas di Lapangan Merdeka sudah menjadi ikon Kota Medan. Meski kemajuan teknologi informasi sangat canggih dewasa ini, kebutuhan masyarakat akan buku bacaan tetap tinggi. Apalagi bagi kalangan mahasiswa dan pelajar, lapak pedagang buku bekas masih tetap ada di hati mereka.

==============================================================================

PRAN HASIBUAN, Medan

==============================================================================

Adalah Ari, warga Medan yang gemar membeli buku bacaan di Titi Gantung (lokasi dahulu pedagang buku bekas). Ia mengaku lumayan memiliki koleksi buku bacaan yang dibeli dari sana.”Harusnya memang dilestarikan. Buku-buku yang dijual di sana juga serba ada. Baik untuk kalangan pelajar dan mahasiswa,” ungkapnya kepada Sumut Pos, Senin (29/5).

Bahkan sampai dirinya sudah tidak mahasiswa lagi, terkadang menyempatkan diri membeli buku di sisi timur Lapangan Merdeka.”Dulu masih ingat pas mahasiswa. Cari buku referensi dari dosen susah sekali. Cari di Gramedia harganya mahal. Ya terpaksa belanja di Titi Gantung,” ucapnya.

Warga Simalingkar Medan Tuntungan ini menambahkan, meski kemajuan zaman kian canggih saat ini, referensi berupa buku bacaan tetap dicari oleh kalangan mahasiswa.

“Apapun ceritanya buku adalah referensi terbaik untuk sebuah karya mahasiswa. Dosen kita juga dulu sarankan, boleh ambil sebagian sumber dan referensi diinternet, tetapi tetap harus ada refensi shahihnya,” katanya.

Seorang pedagang buku bekas, Ida, mengatakan bahwa lapak pedagang di sisi timur Lapangan Merdeka sudah menjadi ikon Kota Medan. “Yang belanja dari sini ada dari Aceh, Pekanbaru, Rantauprapat dan daerah lain. Jadi sudah banyak yang tahu lokasi kami di sini,” katanya.

Menurutnya selain menjadi ikon, lapak pedagang buku mempunyai tempat tersendiri di hati masyarakat Kota Medan, terkhusus kalangan pelajar dan mahasiswa. “Kita tidak pernah khawatir dengan teknologi yang canggih. Karena buku tetap dicari dan dibutuhkan,” katanya.

Bahkan, lanjut Ida, kehadiran mereka saat ini dikhawatirkan toko buku resmi seperti Gramedia. Pasalnya selain koleksi buku yang lengkap mereka jual, harganya pun miring sehingga memudahkan masyarakat kelas ekonomi menengah kebawah.”Apalagi mau masuk tahun ajaran baru Juli mendatang. Biasanya banyak yang membeli buku ke mari. Kami juga sudah punya pelanggan tetap, baik dari dalam maupun luar daerah,” ujarnya.

Ia mengaku pendapatan bersih bisa diterima antara Rp200 sampai Rp300 ribu per hari. “Tergantung jenis bukunya. Kalau saya tidak mau ambil untung banyak-banyak. Apalagi sama yang sudah kenal. Minimal Rp100 sampai Rp150 ribu dapat kitalah. Apalagi nanti memasuki tahun ajaran baru, omset kita sangat lumayan,” katanya. (*)

 

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
TEMPAT BARU PEDAGANG BUKU_Sejumlah pedagang berada di kios yang baru di kawasan Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara.

SUMUTPOS.CO – Pedagang buku bekas di Lapangan Merdeka sudah menjadi ikon Kota Medan. Meski kemajuan teknologi informasi sangat canggih dewasa ini, kebutuhan masyarakat akan buku bacaan tetap tinggi. Apalagi bagi kalangan mahasiswa dan pelajar, lapak pedagang buku bekas masih tetap ada di hati mereka.

==============================================================================

PRAN HASIBUAN, Medan

==============================================================================

Adalah Ari, warga Medan yang gemar membeli buku bacaan di Titi Gantung (lokasi dahulu pedagang buku bekas). Ia mengaku lumayan memiliki koleksi buku bacaan yang dibeli dari sana.”Harusnya memang dilestarikan. Buku-buku yang dijual di sana juga serba ada. Baik untuk kalangan pelajar dan mahasiswa,” ungkapnya kepada Sumut Pos, Senin (29/5).

Bahkan sampai dirinya sudah tidak mahasiswa lagi, terkadang menyempatkan diri membeli buku di sisi timur Lapangan Merdeka.”Dulu masih ingat pas mahasiswa. Cari buku referensi dari dosen susah sekali. Cari di Gramedia harganya mahal. Ya terpaksa belanja di Titi Gantung,” ucapnya.

Warga Simalingkar Medan Tuntungan ini menambahkan, meski kemajuan zaman kian canggih saat ini, referensi berupa buku bacaan tetap dicari oleh kalangan mahasiswa.

“Apapun ceritanya buku adalah referensi terbaik untuk sebuah karya mahasiswa. Dosen kita juga dulu sarankan, boleh ambil sebagian sumber dan referensi diinternet, tetapi tetap harus ada refensi shahihnya,” katanya.

Seorang pedagang buku bekas, Ida, mengatakan bahwa lapak pedagang di sisi timur Lapangan Merdeka sudah menjadi ikon Kota Medan. “Yang belanja dari sini ada dari Aceh, Pekanbaru, Rantauprapat dan daerah lain. Jadi sudah banyak yang tahu lokasi kami di sini,” katanya.

Menurutnya selain menjadi ikon, lapak pedagang buku mempunyai tempat tersendiri di hati masyarakat Kota Medan, terkhusus kalangan pelajar dan mahasiswa. “Kita tidak pernah khawatir dengan teknologi yang canggih. Karena buku tetap dicari dan dibutuhkan,” katanya.

Bahkan, lanjut Ida, kehadiran mereka saat ini dikhawatirkan toko buku resmi seperti Gramedia. Pasalnya selain koleksi buku yang lengkap mereka jual, harganya pun miring sehingga memudahkan masyarakat kelas ekonomi menengah kebawah.”Apalagi mau masuk tahun ajaran baru Juli mendatang. Biasanya banyak yang membeli buku ke mari. Kami juga sudah punya pelanggan tetap, baik dari dalam maupun luar daerah,” ujarnya.

Ia mengaku pendapatan bersih bisa diterima antara Rp200 sampai Rp300 ribu per hari. “Tergantung jenis bukunya. Kalau saya tidak mau ambil untung banyak-banyak. Apalagi sama yang sudah kenal. Minimal Rp100 sampai Rp150 ribu dapat kitalah. Apalagi nanti memasuki tahun ajaran baru, omset kita sangat lumayan,” katanya. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/