25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Dengan hati hancur, Saya Berseru kepadaNya

Pada usia 17 tahun, Jacky Mailoor harus masuk penjara karena mencuri dan perampokan menggunakan senjata api. Ketiadaan panutan hidup dimasa muda dan juga lingkungan penjara mempengaruhi hidupnya. Inilah kisah nyata dari dunia bandit jalanan.
Awalnya Jacky hanya ikut-ikutan seorang teman yang lebih tua usianya untuk menjadi seorang pencuri. Meskipun diawali dengan kekhawatiran bahwa dirinya akan tertangkap polisi, nafsu untuk mengejar kesenangan semu melalui pencurian telah menjadi gaya hidupnya. Jacky pun menjadi target pencarian polisi dan suatu ketika dirinya tertangkap dan harus mendekam di penjara selama satu tahun lebih.
Di penjara, Jacky mendapatkan lingkungan yang juga merusak hidupnya. “Bisa dibayangkan, saya adalah seorang figur yang tidak punya teladan dan dimasukan ke tempat yang seperti itu (penjara), tentu semua yang ada di situ terserap kepada saya,” ungkap Jacky.
Keluar dari penjara, sifat arogan dan kasar menyelimuti diri Jacky. Tak jarang ketika menemui masalah, diselesaikannya dengan kekerasan. Hal itu juga dibarengi dengan penggunaan narkotika yang dampaknya begitu besar terhadap perilaku Jacky di lingkungannya. “Dan akhirnya hidup saya hancur dan rusak, motivasi saya hanya sekadar mencari kebutuhan akan pemenuhan heroin,” ungkapnya.
Mulai dari kasus pencurian, perkelahian, dan kepemilikan narkoba telah menjeratnya ke jurang kebingungan hidup di dalam penjara. “Akhirnya saya jenuh. Dan yang terlebih parah lagi saya menyadari, kalau saya tidak berhenti, ini akan membawa saya kepada kematian. Kalau saya didapati mati dalam keadaan sebagai pecandu narkotika, kira-kira habis mati itu kemana?” ungkapnya.
Rasa takut terus membayangi hidup Jacky, dirinya berkeinginan berhenti dari ketergantungannya dari narkotika. Lepas dari hukuman penjara, Jacky menyambangi kakaknya untuk meminta pertolongan. Jacky akhirnya pergi kepada seorang dokter untuk melepaskan ketergantungannya dari obat. “Di titik itu saya mengalami kesakitan yang amat sangat. Semua kecemasan dan ketakutan saya bahwa kematian ada di depan saya.”
Pada saat itulah Jacky yang merasakan kesendirian teringat oleh seseorang di penjara yang pernah menasehati dan memberitahunya bahwa jika dirinya hingga pada saat ini masih hidup, hal itu bukanlah karena kekuatan dari diri sendiri. Itu karena perkenanan Tuhan Yesus yang mengasihi dan selalu menjaga dirinya. “Kata-kata itu yang menempelak hati saya, hal itu tidak pernah saya lakukan selama hidup saya sebelumnya. Dengan hati yang hancur, mengharapkan hanya satu-satunya pertolongan dari Tuhan itu sendiri. Saya berseru kepadaNya, hancur dan menangis sejadi-jadinya. Menyesali segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup saya.”
Pada saat itulah Jacky merasakan mukjizat dari Tuhan Yesus, melalui rasa penerimaan yang kuat dimana Yesus datang menjamah dan menerima dirinya apa adanya. “Karena semua pelanggaran dan dosa saya telah ditimpakan kepada Yesus di kayu salib,” katanya.
Masih dalam keadaan sakaw, Jacky merasa dirinya kuat dan dimenangkan secara pribadi oleh Yesus. Dirinya yang tadinya merasa takut dan sendirian kini mempunyai pegangan hidup yang luarbiasa. Selama 28 hari di rumah sakit, Jacky belajar mendengar apa yang baik. Dirinya didoakan secara khusus dan dimenangkan, untuk kembali pulang kepada keluarganya dengan identitas sebagai pribadi yang lahir baru dalam Yesus dan kebenaranNya.
Pemulihan terjadi secara bertahap dan pasti dalam hidup Jacky. Dirinya mendedikasikan diri dalam pelayanan dan berkomitmen menutup buku terhadap masa lalunya yang hampir menghancurkan hidupnya. Jacky kini menjadi teladan, tidak hanya bagi istri, anak dan keluarganya saja, tetapi bagi teman-temannya yang dibantunya untuk mengenal Yesus dan kebenaranNya yang hidup dan menyelamatkan. Jacky sepenuhnya dimenangkan Kristus!(jc/btr)

Pada usia 17 tahun, Jacky Mailoor harus masuk penjara karena mencuri dan perampokan menggunakan senjata api. Ketiadaan panutan hidup dimasa muda dan juga lingkungan penjara mempengaruhi hidupnya. Inilah kisah nyata dari dunia bandit jalanan.
Awalnya Jacky hanya ikut-ikutan seorang teman yang lebih tua usianya untuk menjadi seorang pencuri. Meskipun diawali dengan kekhawatiran bahwa dirinya akan tertangkap polisi, nafsu untuk mengejar kesenangan semu melalui pencurian telah menjadi gaya hidupnya. Jacky pun menjadi target pencarian polisi dan suatu ketika dirinya tertangkap dan harus mendekam di penjara selama satu tahun lebih.
Di penjara, Jacky mendapatkan lingkungan yang juga merusak hidupnya. “Bisa dibayangkan, saya adalah seorang figur yang tidak punya teladan dan dimasukan ke tempat yang seperti itu (penjara), tentu semua yang ada di situ terserap kepada saya,” ungkap Jacky.
Keluar dari penjara, sifat arogan dan kasar menyelimuti diri Jacky. Tak jarang ketika menemui masalah, diselesaikannya dengan kekerasan. Hal itu juga dibarengi dengan penggunaan narkotika yang dampaknya begitu besar terhadap perilaku Jacky di lingkungannya. “Dan akhirnya hidup saya hancur dan rusak, motivasi saya hanya sekadar mencari kebutuhan akan pemenuhan heroin,” ungkapnya.
Mulai dari kasus pencurian, perkelahian, dan kepemilikan narkoba telah menjeratnya ke jurang kebingungan hidup di dalam penjara. “Akhirnya saya jenuh. Dan yang terlebih parah lagi saya menyadari, kalau saya tidak berhenti, ini akan membawa saya kepada kematian. Kalau saya didapati mati dalam keadaan sebagai pecandu narkotika, kira-kira habis mati itu kemana?” ungkapnya.
Rasa takut terus membayangi hidup Jacky, dirinya berkeinginan berhenti dari ketergantungannya dari narkotika. Lepas dari hukuman penjara, Jacky menyambangi kakaknya untuk meminta pertolongan. Jacky akhirnya pergi kepada seorang dokter untuk melepaskan ketergantungannya dari obat. “Di titik itu saya mengalami kesakitan yang amat sangat. Semua kecemasan dan ketakutan saya bahwa kematian ada di depan saya.”
Pada saat itulah Jacky yang merasakan kesendirian teringat oleh seseorang di penjara yang pernah menasehati dan memberitahunya bahwa jika dirinya hingga pada saat ini masih hidup, hal itu bukanlah karena kekuatan dari diri sendiri. Itu karena perkenanan Tuhan Yesus yang mengasihi dan selalu menjaga dirinya. “Kata-kata itu yang menempelak hati saya, hal itu tidak pernah saya lakukan selama hidup saya sebelumnya. Dengan hati yang hancur, mengharapkan hanya satu-satunya pertolongan dari Tuhan itu sendiri. Saya berseru kepadaNya, hancur dan menangis sejadi-jadinya. Menyesali segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup saya.”
Pada saat itulah Jacky merasakan mukjizat dari Tuhan Yesus, melalui rasa penerimaan yang kuat dimana Yesus datang menjamah dan menerima dirinya apa adanya. “Karena semua pelanggaran dan dosa saya telah ditimpakan kepada Yesus di kayu salib,” katanya.
Masih dalam keadaan sakaw, Jacky merasa dirinya kuat dan dimenangkan secara pribadi oleh Yesus. Dirinya yang tadinya merasa takut dan sendirian kini mempunyai pegangan hidup yang luarbiasa. Selama 28 hari di rumah sakit, Jacky belajar mendengar apa yang baik. Dirinya didoakan secara khusus dan dimenangkan, untuk kembali pulang kepada keluarganya dengan identitas sebagai pribadi yang lahir baru dalam Yesus dan kebenaranNya.
Pemulihan terjadi secara bertahap dan pasti dalam hidup Jacky. Dirinya mendedikasikan diri dalam pelayanan dan berkomitmen menutup buku terhadap masa lalunya yang hampir menghancurkan hidupnya. Jacky kini menjadi teladan, tidak hanya bagi istri, anak dan keluarganya saja, tetapi bagi teman-temannya yang dibantunya untuk mengenal Yesus dan kebenaranNya yang hidup dan menyelamatkan. Jacky sepenuhnya dimenangkan Kristus!(jc/btr)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/