31.8 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

H Anif Berzakat di Pantai Barat

Medan- Wanita tua itu seketika meneteskan air mata. Hatinya tersayat sewaktu H Anif lebih dulu menyongsongnya seraya menyalam dan mencium tangan si nenek yang kulitnya sudah keriput itu. “Panjanglah umurnya ya karena kehidupanmu banyak membawa berkah bagi kami yang tinggal di kampung ini,” katanya sesenggukan.

H Anif ikut larut dalam keharuan. Namun dibalik perasaan itu wajah si nenek masih bisa dipandangnya dengan senyuman dan menyelipkan amplop yang berisikan uang sebagai zakat untuk mensucikan hartanya. Pemandangan ini terlihat sebelum H Anif berbuka puasa di rumah mertuanya di Desa Singkuang, Kecamatan Muara Batanggadis, salah satu desa terpencil di pantai barat Kabupaten Madina, Senin (29/7) lalu.

Inilah salah satu pengalaman berharga yang dialami tokoh masyarakat Sumatera Utara yang dikenal dermawan ini saat bertandang ke beberapa pelosok desa di pesisir pantai tersebut. “Senang dan bahagia nya luar biasa setiap kali bisa berbagi rezeki kepada warga yang memang membutuhkannya,” kata lelaki berusia 74 tahun ini kepada Sumut Pos.

Dalam kunjungannya kali ini, H Anif yang semasa kanak-kanak sudah hidup dilingkungan keluarga yang Islami ini juga membagikan 1000 paket sembako seperti beras, gula pasir, sirup.

Ini dibagikan kepada warga di Desa Tabuyung, Rantau Panjang dan sekitarnya. Sembako ini khusus dibawa dari Medan dengan menggunakan truk.

Di mata warga desa di sana sosok H Anif dikenal rendah hati. Siapapun yang berpapasan dengannya disapa dengan senyuman. Kepala Desa Singkuang, Sunut, mengatakan, beberapa warganya sudah melaksanakan ibadah haji atas biaya H Anif. Kalau ada yang sakit atau yang sedang mengalami kesulitan dengan ikhlas secepatnya dibantu.

H Anif mengaku pedihnya menjadi orang tak punya. Di awal pernikahannya, Ia sempat mengalami kepahitan hidup. Makanya setelah sukses sebagai pengusaha dia tetap ikut merasakan getirnya hidup sebagai orang yang serba kekurangan. Perasaan ini terus membayanginya hingga membentuk dirinya menjadi murah hati.

Begitupun, kata H Anif, pada dasarnya sikap ini semakin kuat karena sejak kecil dia sudah dididik dengan ajaran agama oleh kedua orangtua, guru mengaji di madrasah. Yakni berbagi rezeki kepada orang yang kurang mampu. (abh)

Medan- Wanita tua itu seketika meneteskan air mata. Hatinya tersayat sewaktu H Anif lebih dulu menyongsongnya seraya menyalam dan mencium tangan si nenek yang kulitnya sudah keriput itu. “Panjanglah umurnya ya karena kehidupanmu banyak membawa berkah bagi kami yang tinggal di kampung ini,” katanya sesenggukan.

H Anif ikut larut dalam keharuan. Namun dibalik perasaan itu wajah si nenek masih bisa dipandangnya dengan senyuman dan menyelipkan amplop yang berisikan uang sebagai zakat untuk mensucikan hartanya. Pemandangan ini terlihat sebelum H Anif berbuka puasa di rumah mertuanya di Desa Singkuang, Kecamatan Muara Batanggadis, salah satu desa terpencil di pantai barat Kabupaten Madina, Senin (29/7) lalu.

Inilah salah satu pengalaman berharga yang dialami tokoh masyarakat Sumatera Utara yang dikenal dermawan ini saat bertandang ke beberapa pelosok desa di pesisir pantai tersebut. “Senang dan bahagia nya luar biasa setiap kali bisa berbagi rezeki kepada warga yang memang membutuhkannya,” kata lelaki berusia 74 tahun ini kepada Sumut Pos.

Dalam kunjungannya kali ini, H Anif yang semasa kanak-kanak sudah hidup dilingkungan keluarga yang Islami ini juga membagikan 1000 paket sembako seperti beras, gula pasir, sirup.

Ini dibagikan kepada warga di Desa Tabuyung, Rantau Panjang dan sekitarnya. Sembako ini khusus dibawa dari Medan dengan menggunakan truk.

Di mata warga desa di sana sosok H Anif dikenal rendah hati. Siapapun yang berpapasan dengannya disapa dengan senyuman. Kepala Desa Singkuang, Sunut, mengatakan, beberapa warganya sudah melaksanakan ibadah haji atas biaya H Anif. Kalau ada yang sakit atau yang sedang mengalami kesulitan dengan ikhlas secepatnya dibantu.

H Anif mengaku pedihnya menjadi orang tak punya. Di awal pernikahannya, Ia sempat mengalami kepahitan hidup. Makanya setelah sukses sebagai pengusaha dia tetap ikut merasakan getirnya hidup sebagai orang yang serba kekurangan. Perasaan ini terus membayanginya hingga membentuk dirinya menjadi murah hati.

Begitupun, kata H Anif, pada dasarnya sikap ini semakin kuat karena sejak kecil dia sudah dididik dengan ajaran agama oleh kedua orangtua, guru mengaji di madrasah. Yakni berbagi rezeki kepada orang yang kurang mampu. (abh)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/