30.6 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Debat Capres dan Cawapres Pengaruhnya Kecil

SUMUTPOS.CO – DEBAT Capres dan Cawapres yang meniadakan sesi debat khusus Cawapres masih dipersoalkan. Namun begitu, bagaimana efektivitas debat Capres dan Cawapres dalam mendongkrak suara. Lembaga Survei Indonesia (LSI) memastikan debat Capres dan Cawapres pengaruhnya terhadap peningkatan elektabilitas terbilang kecil.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan menuturkan, memang pengaruh debat Capres dan Cawapres itu pengaruhnya terhadap elektabilitas antara 3 persen hingga 5 persen. Pengaruhnya memang tidak seberapa. “Tak banyak berpengaruh ke elektabilitas,” jelasnya.

Namun, beda cerita bila kandidat melakukan kesalahan fatal dalam debat tersebut. Kesalahan itu akan berdampak serius terhadap elektabilitas pasangan calon.

“Entah salah menjawab atau dalam bersikap selama debat,” jelasnya.

Sebenarnya fungsi debat itu lebih banyak untuk memperkuat orang-orang yang sudah mendukung sedari awal. Jadi, semakin yakin dengan kandidat yang akan dipilih. “Sebab yang menonton itu pendukung masing-masing kandidat,” urainya.

Namun, debat bisa berpengaruh terhadap pemilih yang masih ragu-ragu dan pemilih kritis. Namun, format debat harus memungkinkan untuk berdebat secara substantif, interaktif, dan saling adu gagasan. “Yang paling penting tidak formalistik,” terangnya.

Debat Capres dan Cawapres selama empat kali pilpres sebelumnya cenderung monoton, formalistic dan terkesan bak lomba pidato. “Karena moderator tidak berfungsi sebagai pembawa acara. Tidak dapat mengajukan pertanyaan lanjutan,” tuturnya.

Konsep debat semacam itu membuat penonton tidak bisa melihat kualitas sebenarnya para kandidat. Dalam debat pilpres 2024 ini sepertinya akan kembali seperti debat yang sudah-sudah. Cenderung kaku dan formalistic. “Apalagi, lima kali debat semua pasangan calon hadir semua,” jelasnya.

Peniadaan debat khusus cawapres membuat debat sulit untuk substantif. Dari kemampuan debat, yang dinilai paling lemah adalah pasangan calon nomor 2 Prabowo-Gibran. Tentunya, tanpa debat khusus Cawapres, pasangan tersebut lebih diuntungkan. “Itu yang terjadi,” paparnya.

Dia menuturkan, debat Capres dan Cawapres yang ideal itu tiga kali debat khusus Capres dan dua kali debat khusus Cawapres. Lalu, moderator harus diberikan wewenang mengajukan pertanyaan pendalaman. Akan lebih baik lagi bila audiens diperbolehkan untuk mengajukan pertanyaan. “format tempat tidak hanya berdiri di mimbar, tapi juga duduk berhadapan,” terangnya. (idr/jpg)

SUMUTPOS.CO – DEBAT Capres dan Cawapres yang meniadakan sesi debat khusus Cawapres masih dipersoalkan. Namun begitu, bagaimana efektivitas debat Capres dan Cawapres dalam mendongkrak suara. Lembaga Survei Indonesia (LSI) memastikan debat Capres dan Cawapres pengaruhnya terhadap peningkatan elektabilitas terbilang kecil.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan menuturkan, memang pengaruh debat Capres dan Cawapres itu pengaruhnya terhadap elektabilitas antara 3 persen hingga 5 persen. Pengaruhnya memang tidak seberapa. “Tak banyak berpengaruh ke elektabilitas,” jelasnya.

Namun, beda cerita bila kandidat melakukan kesalahan fatal dalam debat tersebut. Kesalahan itu akan berdampak serius terhadap elektabilitas pasangan calon.

“Entah salah menjawab atau dalam bersikap selama debat,” jelasnya.

Sebenarnya fungsi debat itu lebih banyak untuk memperkuat orang-orang yang sudah mendukung sedari awal. Jadi, semakin yakin dengan kandidat yang akan dipilih. “Sebab yang menonton itu pendukung masing-masing kandidat,” urainya.

Namun, debat bisa berpengaruh terhadap pemilih yang masih ragu-ragu dan pemilih kritis. Namun, format debat harus memungkinkan untuk berdebat secara substantif, interaktif, dan saling adu gagasan. “Yang paling penting tidak formalistik,” terangnya.

Debat Capres dan Cawapres selama empat kali pilpres sebelumnya cenderung monoton, formalistic dan terkesan bak lomba pidato. “Karena moderator tidak berfungsi sebagai pembawa acara. Tidak dapat mengajukan pertanyaan lanjutan,” tuturnya.

Konsep debat semacam itu membuat penonton tidak bisa melihat kualitas sebenarnya para kandidat. Dalam debat pilpres 2024 ini sepertinya akan kembali seperti debat yang sudah-sudah. Cenderung kaku dan formalistic. “Apalagi, lima kali debat semua pasangan calon hadir semua,” jelasnya.

Peniadaan debat khusus cawapres membuat debat sulit untuk substantif. Dari kemampuan debat, yang dinilai paling lemah adalah pasangan calon nomor 2 Prabowo-Gibran. Tentunya, tanpa debat khusus Cawapres, pasangan tersebut lebih diuntungkan. “Itu yang terjadi,” paparnya.

Dia menuturkan, debat Capres dan Cawapres yang ideal itu tiga kali debat khusus Capres dan dua kali debat khusus Cawapres. Lalu, moderator harus diberikan wewenang mengajukan pertanyaan pendalaman. Akan lebih baik lagi bila audiens diperbolehkan untuk mengajukan pertanyaan. “format tempat tidak hanya berdiri di mimbar, tapi juga duduk berhadapan,” terangnya. (idr/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/