26.7 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

2 Juta Orang Mengungsi

Foto: Triadi Wibowo/Sumut Pos
Pengemudi mobil nekat menerobos banjir lokal di Jalan Karya Kasih Kecamatan Medan Johor, Minggu (3/12/2017). Banjir lokal ini disebabkan tingginya curah hujan yang deras dan berkurangnya resapan air akibat maraknya bangunan perumahan di kawasan tersebut.

Warga Sei Mati Pesimis Revitalisasi

Sementara terkait rencana Pemko Medan merevitalisasi pemukiman di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS), ditanggapi pesimis oleh warga Kelurahan Sei Mati, Medan Maimun. Selain soal anggaran yang pastinya cukup besar, masalah lain, setiap warga memiliki lahan dengan luas berbeda-beda. Hal itu dikatakan seorang warga, Musahar Siregar ketika ditanyai Sumut Pos di halaman depan rumahnya di Lingkungan IX, Sei Mati Kecamatan Medan Maimun, Selasa (5/12).

“Tanah di sini masing-masing pribadi yang punya. Kalau kami yang tanahnya tidak lebar, mau kali. Tinggal di sini, kita tidak bisa beli barang-barang. Tapi yang punya tanah lebar pasti tidak mau kalau tidak setimpal gantinya, ” ujar Musahar.

Selain itu, sebut Musahar, sebagian besar warga enggan pindah, mengingat lokasi sangat dekat dengan pusat Kota Medan. Bahkan disebutya, secara lokasi masih banyak yang mau tinggal di Kelurahan Sei Mati. Ditegaskannya hal itu terlihat dengan jumlah penduduk yang terus bertambah. Oleh karena itu, Musahar menyakini jika tidak ada ganti yang setimpal, semakin mempersulit pelaksanaan revitalisasi itu.

” Saya bilang begitu, karena isu seperti itu dulu juga sudah ada. Namun hingga kini tidak ada juga realisasinya. Mungkin apa yang saya bilang tadi, termasuk juga sebagai alasannya, ” tambahnya.

Ditanya soal banjir, diakuinya sejak 61 tahun lalu, lingkungan tempat tinggalnya memang terkena dampak banjir, apabila Sungai Deli meluap. Namun, disebutnya di bawaj Tahun 70-an, banjir yang terjadi 1 kali dalam 1 tahun. Seiring bertambah penduduk, disebutnya di atas tahun 70, banjir terjadi 3 kali dalam 1 tahun. Pada tahun 1985 ke atas, dikatakannya banjir yang menggenangi pemukin warga bisa beberpaa kali terjadi dalam 1 bulan, saat musim hujan.

“Kalau belakangan ini, makin sering banjirnya. Ini aja nggak sampai 1 bulan udah 4 kali banjir. Kalau bulan 11 lalu. Sampai 8 kali banjir dan 2 kali banjirnya masukbke rumah-rumah, ” tandasnya.

Warga lainnya, Marsimin bahkan dengan tegas mengatakan hal tersebut bohong. Disebutnya, kabar itu sudah sejak lama beredar namun tidak kunjung terlaksana. Dikatakannya, dia meyakini hal itu juga karena tidak adanya anggaran. Untuk itu, disebutnya dia pesimis dengan rencana itu. Disebutnya, memaksimalkan fungsi kanal, dapat menjadi pilihan mengatasi banjir yang terjadi di Sei Mati.

” Karena bukan sungai deli ini saja. Ada sungai batuan juga. Kalau sudah penuh sungai Deli akibat banjir dari hulu serta banjir di Medan, maka Sungai Deli tidak bisa menampung lagi. Daripada keluar sampai berapa Milyar, bagus kanal itu difungsikan, ” ujarnya.

Disinggung soal penataan pemukiman, disebutnya untuk di Kelurahan Sei Mati, tidak ada lagi yang tinggal di jalur hijau. Namun, disebutnya di sekitaran Sungai Batuan, masih ada yang tinggal di jalur hijau. Selain itu, dikatakannya bantaran Sungai Deli mulai dari perempatan Jalan Pelangi sampai Jalan Juanda, sudah dibeli oleh pengembang. Namun, diakui Marsimin, kelanjutan pembangunannya tidak diketahuinya karena memang ada beberapa kali warga menolak saat akan dilakukan pembangunan.

“Saya sudah 40 tahun tinggal di sini. Dulu jarang banjir. Memang karena dulu Sungai Deli tidak sempit. Sekarang ini, banyak sekali bangunan yang berdiri di bantaran sungai. Termasuk bangunan kantor Pemerintahan. Kalau mau adil, semuanya 15 meter dari bibir sungai, ” tandas Marsimin. (lyn/jpg/ris/dvs/ain/adz)

Foto: Triadi Wibowo/Sumut Pos
Pengemudi mobil nekat menerobos banjir lokal di Jalan Karya Kasih Kecamatan Medan Johor, Minggu (3/12/2017). Banjir lokal ini disebabkan tingginya curah hujan yang deras dan berkurangnya resapan air akibat maraknya bangunan perumahan di kawasan tersebut.

Warga Sei Mati Pesimis Revitalisasi

Sementara terkait rencana Pemko Medan merevitalisasi pemukiman di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS), ditanggapi pesimis oleh warga Kelurahan Sei Mati, Medan Maimun. Selain soal anggaran yang pastinya cukup besar, masalah lain, setiap warga memiliki lahan dengan luas berbeda-beda. Hal itu dikatakan seorang warga, Musahar Siregar ketika ditanyai Sumut Pos di halaman depan rumahnya di Lingkungan IX, Sei Mati Kecamatan Medan Maimun, Selasa (5/12).

“Tanah di sini masing-masing pribadi yang punya. Kalau kami yang tanahnya tidak lebar, mau kali. Tinggal di sini, kita tidak bisa beli barang-barang. Tapi yang punya tanah lebar pasti tidak mau kalau tidak setimpal gantinya, ” ujar Musahar.

Selain itu, sebut Musahar, sebagian besar warga enggan pindah, mengingat lokasi sangat dekat dengan pusat Kota Medan. Bahkan disebutya, secara lokasi masih banyak yang mau tinggal di Kelurahan Sei Mati. Ditegaskannya hal itu terlihat dengan jumlah penduduk yang terus bertambah. Oleh karena itu, Musahar menyakini jika tidak ada ganti yang setimpal, semakin mempersulit pelaksanaan revitalisasi itu.

” Saya bilang begitu, karena isu seperti itu dulu juga sudah ada. Namun hingga kini tidak ada juga realisasinya. Mungkin apa yang saya bilang tadi, termasuk juga sebagai alasannya, ” tambahnya.

Ditanya soal banjir, diakuinya sejak 61 tahun lalu, lingkungan tempat tinggalnya memang terkena dampak banjir, apabila Sungai Deli meluap. Namun, disebutnya di bawaj Tahun 70-an, banjir yang terjadi 1 kali dalam 1 tahun. Seiring bertambah penduduk, disebutnya di atas tahun 70, banjir terjadi 3 kali dalam 1 tahun. Pada tahun 1985 ke atas, dikatakannya banjir yang menggenangi pemukin warga bisa beberpaa kali terjadi dalam 1 bulan, saat musim hujan.

“Kalau belakangan ini, makin sering banjirnya. Ini aja nggak sampai 1 bulan udah 4 kali banjir. Kalau bulan 11 lalu. Sampai 8 kali banjir dan 2 kali banjirnya masukbke rumah-rumah, ” tandasnya.

Warga lainnya, Marsimin bahkan dengan tegas mengatakan hal tersebut bohong. Disebutnya, kabar itu sudah sejak lama beredar namun tidak kunjung terlaksana. Dikatakannya, dia meyakini hal itu juga karena tidak adanya anggaran. Untuk itu, disebutnya dia pesimis dengan rencana itu. Disebutnya, memaksimalkan fungsi kanal, dapat menjadi pilihan mengatasi banjir yang terjadi di Sei Mati.

” Karena bukan sungai deli ini saja. Ada sungai batuan juga. Kalau sudah penuh sungai Deli akibat banjir dari hulu serta banjir di Medan, maka Sungai Deli tidak bisa menampung lagi. Daripada keluar sampai berapa Milyar, bagus kanal itu difungsikan, ” ujarnya.

Disinggung soal penataan pemukiman, disebutnya untuk di Kelurahan Sei Mati, tidak ada lagi yang tinggal di jalur hijau. Namun, disebutnya di sekitaran Sungai Batuan, masih ada yang tinggal di jalur hijau. Selain itu, dikatakannya bantaran Sungai Deli mulai dari perempatan Jalan Pelangi sampai Jalan Juanda, sudah dibeli oleh pengembang. Namun, diakui Marsimin, kelanjutan pembangunannya tidak diketahuinya karena memang ada beberapa kali warga menolak saat akan dilakukan pembangunan.

“Saya sudah 40 tahun tinggal di sini. Dulu jarang banjir. Memang karena dulu Sungai Deli tidak sempit. Sekarang ini, banyak sekali bangunan yang berdiri di bantaran sungai. Termasuk bangunan kantor Pemerintahan. Kalau mau adil, semuanya 15 meter dari bibir sungai, ” tandas Marsimin. (lyn/jpg/ris/dvs/ain/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/