25.6 C
Medan
Monday, June 3, 2024

Licin, Nazaruddin Kecoh Tim Pemburu

Terlihat Jalan-jalan di Kuala Lumpur

JAKARTA- Keseriusan polisi dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk sesegera mungkin menangkap tersangka kasus suap wisma atlet Sea Games 2011 Palembang Muhammad Nazaruddin benar-benar dipertaruhkan. Walau masih berusia 32 tahun, kelihaian Nazaruddin dalam meloloskan jejak cukup lumayan. Buktinya, sudah dua kali tim KPK kecolongan.

Kemarin, tim pemburu juga dibuat bingung dengan informasi yang beredar melalui Blackberry Messenger (BBM). Anggota DPR dari dapil Jember Lumajang itu disebut-sebut berada di Bangil, Jawa Timur. “Operasi pelarian memang dikendalikan dari Singapura, tapi Nazar ada di Bangil,” begitu tulisan BBM yang beredar cepat di kalangan wartawan.

Saat dikonfirmasi ke Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Bachrul Alam, polisi memilih wait and see. “Kalau itu informasi dari masyarakat tentu akan kita tindaklanjuti,” kata jenderal dua bintang itu.

Penelusuran polisi, kata Anton selalu dibicarakan dengan KPK “Karena dia statusnya kan tersangka KPK. Kita membantu saja,” ujar mantan Kapolda Jatim ini.

Rupanya, menurut informasi yang dihimpun koran ini, kerancuan siapa penjuru atau leader  dari tim pemburu itulah yang jadi penghambat di lapangan. Tim dari kepolisian menjadi hati-hati bergerak karena KPK juga punya tim sendiri. “Kita tidak ingin melangkahi,” ujar sumber Jawa Pos kemarin.

Tim Polri yang berangkat ke Singapura beberapa hari lalu belum ditarik pulang. Meskipun, sudah ada pernyataan resmi dari pemerintah Singapura bahwa Nazaruddin tidak ada di negeri Singa. “Masih di Roxy Marina, Singapura,” jelas perwira menengah ini.

Tadi malam, pesan singkat melalui Blackberry Messenger juga beredar. Isinya : Nazaruddin ditangkap Interpol di Manila. Wakil Ketua KPK Haryono Umar saat dihubungi tadi malam mengatakan, pihaknya belum mengetahui kabar tentang penangkapan Nazaruddin di Filipina itu.

Tak hanya Haryono, Dirjen Imigrasi Kemenkum HAM Bambang Irawan juga mengaku belum mengetahui kabar penangkapan tersebut. Yang jelas, kata dia, hingga tadi malam, belum ada informasi yang masuk ke instansinya yang menyatakan bahwa mantan anggota Komisi III itu sudah berhasil dibekuk di luar negeri.

Menkopolhukam Djoko Suyanto dalam pesan singkatnya yang dikirimkan pada wartawan menegaskan, informasi tertangkapnya Nazaruddin di Filipina belum terkonfirmasi. “Sudah dicek ke KBRI Filipina tidak ada,” kata mantan Panglima TNI itu.

Sementara itu, Kapolri Jendral (Pol) Timur Pradopo saat ditemui usai rapat bersama timwas Bank Century di Gedung KPK mengatakan,  sampai saat ini keberadaan Nazaruddin belum bisa dideteksi. Namun, dia mengaku bahwa tim Polri sudah dikirimkan ke Singapura kini sedang berupaya keras untuk melacak keberadaan Nazaruddin.

“Tapi sampai sekarang belum ada laporan,”  kata Timur. Menurutnya, selain mengirimkan tim ke Singapura, Mabes Polri juga sudah mengirimkan red notice untuk memburu mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu.

Hal itu dilakukan sebagai tindaklanjut terhadap instruksi presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk segera menangkap M Nazaruddin dari pelariannya. Tapi saat disinggung tentang pernyataan pemerintah Singapura yang menyatakan bahwa Nazaruddin sudah tidak berada di sana, Timur mengaku akan mendalami dan menyelidiki laporan tersebut. “Itu semua informasi yang akan kami selidiki,” katanya singkat.

Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar menyatakan, pihaknya saat ini belum bisa memastikan keberadaan Nazaruddin. Yang bisa dipastikan, bahwa saat ini paspor Nazaruddin sudah dicabut, dan KemenkumHAM sudah memberitahukan status tersebut kepada seluruh perwakilan RI di luar negeri.

“Mungkin dia ke Malaysia atau dimana. Tapi sekarang kami juga tidak tahu ada dimana itu (Nazaruddin),” kata Patrialis, usai rapat kerja bersama Komisi III DPR RI.

Tugas untuk melacak Nazaruddin saat ini, kata Patrialis, sudah menjadi tanggung jawab Polri. Kapolri sendiri sudah menindaklanjuti status Nazaruddin ke situs interpol. Jika ada kendala pemulangan, tentu pihak Polri yang lebih tahu. “Saya tanya dulu ke kawan kepolisian,” ujarnya.

Apakah betul Nazaruddin memiliki paspor lebih dari satu? Patrialis tidak mengetahui hal itu. Menurut dia, Nazaruddin terdaftar di pihak imigrasi dengan satu paspor saja. “Kalau ada yang lain, di luar sepengetahuan kita,” katanya.

Patrialis juga tidak ingin berspekulasi atas informasi bahwa Pemerintah Singapura sengaja melindungi Nazaruddin. Menurut dia, informasi yang disampaikan oleh Kementrian Luar Negeri Singapura adalah resmi. Tidak mungkin KemenkumHAM sebagai bagian institusi pemerintah RI lantas menuding indikasi tersebut. “Kita harus menghormati kedaulatan negara masing-masing. Saya kira mereka (Singapura) juga tidak mau bohong lah,” nilainya.

Pemerintah RI sendiri, kata Patrialis, tengah melakukan upaya untuk melacak dan kemudian memulangkan Nazaruddin. Namun, tentu tidak bisa semua informasi disampaikan kepada publik. “Polisi sekarang sudah jalan, kita tunggu saja hasilnya. Jadi gak bisa kita kasih tahu semua. Nanti malah gak dapat dong,” tandasnya.

Sementara itu, kemarin KPK kembali memeriksa tersangka kasus suap wisma atlet Wafid Muharam. Sesmenpora non aktif tersebut kemarin dimintai keterangan perihal tentang proses pengadaan dan tender pelaksaan proyel wisma atlet. “Semua dijawab dengan tenang oleh pak Wafid,” kata Erman Umar, kuasa hukum Wafid.

Selain tentang pengadaan proyek wisma atlet, kepada penyidik, Wafid juga menceritakan tentang pertemuannya dengan Menpora Andi Mallareng dan beberapa anggota DPR, yakni Muhammad Nazaruddin, dan Angelina Sondakh yang berlangsung di ruang Menpora di lantai 10.

“Baru kali ini pak Wafid ditanyai tentang pertemuan itu,” kata Erman. Nah, menjawab pertanyaan itu, Wafid pun menceritakan bahwa memang benar Andi Mallarangeng memperkenalkan dirinya dengan Nazaruddin. Perkenalan tersebut terjadi pada di akhir pertemuan. “Waktu rapatnya hampir selesai, pak Wafid dipanggil ke ruangan Menpora lalu diperkenalkan. Jadi pak Wafid nggak tahu apa-apa tentang pertemuan waktu itu,” katanya.

Sementara itu seorang pengusaha asal Jakarta kepada wartawan Sumut Pos kemarin (6/7) mengaku, melihat buronan KPK itu di Kuala Lumpur Malaysia. “Waktu itu sekira pukul lima sore hari Kamis tanggal 30 Juni, saat saya berada di Twin Tower Petronas, Kuala Lumpur, secara tidak sengaja saya bertemu dia (Nazaruddin, Red) di sana. Saya yakin itu pasti Nazaruddin, karena wajahnya familiar dan setiap hari masuk TV. Anak saya yang pertama melihatnya,” ujarnya menolak disebutkan identitasnya.

Dia mengatakan, keberadaannya di Kuala Lumpur saat itu membawa anaknya yang sedang liburan sekolah. Dia juga tidak pernah menyangka bakal melihat Nazaruddin di Kuala Lumpur. Pasalnya, saat itu pemberitaan masih gencar menyebut Nazaruddin berada di Singapura. “Saya sedang melintas bersama anak saya. Saya langsung terkejut begitu anak saya mengatakan, ada Nazaruddin di tempat itu. Sayangnya, saat itu saya tidak membawa kamera karena tertinggal di penginapan,” katanya.

Saat terlihat Nazaruddin sedang beraktivitas apa? Pengusaha itu bilang, saat itu Nazaruddin berada di lantai satu tower twin itu, menuju ke basement. “Nazaruddin berjalan bersama dua orang lainnya, yang satu berwajah oriental, dan yang satu lagi berwajah Timur Tengah. Saat itu Nazaruddin memakai baju jeans warna kebiruan, dengan bawahan yang sama,” katanya.

Dijelaskannya, kondisi Nazaruddin saat itu hampir 100 persen berubah. Tubuhnya terlihat sangat kurus, berbeda dengan foto atau gambar Nazaruddin yang sering tayang di televisi. Satu lagi yang membuatnya tampak berubah adalah kumis yang melintang agak tebal.

“Saat itu dia berkumis, padahal selama ini seperti yang tampak di TV, Nazaruddin selalu tampil klimis, kumisnya selalu dicukur,” tambahnya.
Karena saat itu dia sedang membawa anak, tak mungkin dia mengikuti atau berusaha lebih dekat dengan Nazaruddin.

Sepupunya di DPRD Riau Juga Kabur
Anggota keluarga Nazaruddin juga sudah kabur. M Nasir misalnya, sudah tak tampak di Komisi III DPR beberapa hari terakhir. Rita Zahara, sepupu Nazaruddin yang menjadi anggota DPRD Riau, juga sulit dihubungi. Sejak kasus suap Nazaruddin mencuat ke publik, Rita Zahara-sepupu Nazaruddin yang menjadi ketua Fraksi Partai Demokrat di DPRD Riau, sering tutup mulut kepada wartawan. Beberapa kali wartawan di Pekanbaru mencoba untuk mengorek informasi keterkaitan kasus yang dialami Nazaruddin, Rita terkesan menghindar.

Kendati Rita dalam sebulan ini masih terlihat di DPRD Riau, namun tetap saja wanita itu terkesan tidak mau terusik dengan wartawan soal urusan kakak sepupunya, Nazaruddin dan M Nasir itu. Rabu (6/7), Rita pun seperti menghilang dari DPRD Riau. Rita tidak muncul di gedung DPRD Riau saat dicari wartawan. Nomor ponsel Rita yang selama ini dengan mudah dihubungi sesama anggota dewan, dua hari terakhir ini tidak bisa dihubungi lagi. Nomor itu tidak aktif lagi saat coba dihubungi.

Salah seorang anggota DPRD Riau, Tengku Azwir yang masih satu fraksi dengan Rita, mengaku tidak dapat menghubungi ponsel Rita yang biasa dia gunakan. “Sudah dua hari ini saya mencoba menghubungi ibu Rita. Tapi nomor HP-nya itu tidak aktif,” kata Azwir.

Azwir yang mengaku saat ini tengah berada di Jakarta dalam rangka tugas DPRD Riau, menyebutkan dia tidak mengetahui di mana keberadaan Rita Zahara saat ini. “Hari Senin kemarin kita masih ketemu di DPRD Riau. Tapi setelah itu, saya tidak bertemu lagi,” kata Azwir.

Masih menurut Azwir selama di Jakarta, dia terus mencoba menghubungi Rita. Hal itu dimungkinkan, karena mereka memiliki tugas dewan yang harus dikerjakan bersama. “Padahal kita ini ada agenda kerja DPRD Riau. Makanya saya terus mencoba menghubunginya untuk urusan kerja tersebut, namun HP-nya tidak pernah aktif,” kata Azwir.

Rita Zahara, adalah Ketua Fraksi Demokrat di DPRD Riau. Rita Zahara saat ini menjabat sebagai bendahara di DPD Partai Demokrat Riau. Keberadaan Rita yang memiliki jabatan elit di Demokrat Riau ini disebut-sebut memang sempat menimbulkan gesekan di internal partai tersebut.

Rita dianggap sebagai orang titipan Nazaruddin yang menjabat bendahara umum DPP Partai Demokrat. Rita terkesan dipaksakan untuk masuk susunan pengurus DPD Demokrat Riau, padahal tidak memenuhi syarat yang ditetapkan AD/ART. (her/kuh/rdl/bay/jpnn)

Terlihat Jalan-jalan di Kuala Lumpur

JAKARTA- Keseriusan polisi dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk sesegera mungkin menangkap tersangka kasus suap wisma atlet Sea Games 2011 Palembang Muhammad Nazaruddin benar-benar dipertaruhkan. Walau masih berusia 32 tahun, kelihaian Nazaruddin dalam meloloskan jejak cukup lumayan. Buktinya, sudah dua kali tim KPK kecolongan.

Kemarin, tim pemburu juga dibuat bingung dengan informasi yang beredar melalui Blackberry Messenger (BBM). Anggota DPR dari dapil Jember Lumajang itu disebut-sebut berada di Bangil, Jawa Timur. “Operasi pelarian memang dikendalikan dari Singapura, tapi Nazar ada di Bangil,” begitu tulisan BBM yang beredar cepat di kalangan wartawan.

Saat dikonfirmasi ke Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Bachrul Alam, polisi memilih wait and see. “Kalau itu informasi dari masyarakat tentu akan kita tindaklanjuti,” kata jenderal dua bintang itu.

Penelusuran polisi, kata Anton selalu dibicarakan dengan KPK “Karena dia statusnya kan tersangka KPK. Kita membantu saja,” ujar mantan Kapolda Jatim ini.

Rupanya, menurut informasi yang dihimpun koran ini, kerancuan siapa penjuru atau leader  dari tim pemburu itulah yang jadi penghambat di lapangan. Tim dari kepolisian menjadi hati-hati bergerak karena KPK juga punya tim sendiri. “Kita tidak ingin melangkahi,” ujar sumber Jawa Pos kemarin.

Tim Polri yang berangkat ke Singapura beberapa hari lalu belum ditarik pulang. Meskipun, sudah ada pernyataan resmi dari pemerintah Singapura bahwa Nazaruddin tidak ada di negeri Singa. “Masih di Roxy Marina, Singapura,” jelas perwira menengah ini.

Tadi malam, pesan singkat melalui Blackberry Messenger juga beredar. Isinya : Nazaruddin ditangkap Interpol di Manila. Wakil Ketua KPK Haryono Umar saat dihubungi tadi malam mengatakan, pihaknya belum mengetahui kabar tentang penangkapan Nazaruddin di Filipina itu.

Tak hanya Haryono, Dirjen Imigrasi Kemenkum HAM Bambang Irawan juga mengaku belum mengetahui kabar penangkapan tersebut. Yang jelas, kata dia, hingga tadi malam, belum ada informasi yang masuk ke instansinya yang menyatakan bahwa mantan anggota Komisi III itu sudah berhasil dibekuk di luar negeri.

Menkopolhukam Djoko Suyanto dalam pesan singkatnya yang dikirimkan pada wartawan menegaskan, informasi tertangkapnya Nazaruddin di Filipina belum terkonfirmasi. “Sudah dicek ke KBRI Filipina tidak ada,” kata mantan Panglima TNI itu.

Sementara itu, Kapolri Jendral (Pol) Timur Pradopo saat ditemui usai rapat bersama timwas Bank Century di Gedung KPK mengatakan,  sampai saat ini keberadaan Nazaruddin belum bisa dideteksi. Namun, dia mengaku bahwa tim Polri sudah dikirimkan ke Singapura kini sedang berupaya keras untuk melacak keberadaan Nazaruddin.

“Tapi sampai sekarang belum ada laporan,”  kata Timur. Menurutnya, selain mengirimkan tim ke Singapura, Mabes Polri juga sudah mengirimkan red notice untuk memburu mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu.

Hal itu dilakukan sebagai tindaklanjut terhadap instruksi presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk segera menangkap M Nazaruddin dari pelariannya. Tapi saat disinggung tentang pernyataan pemerintah Singapura yang menyatakan bahwa Nazaruddin sudah tidak berada di sana, Timur mengaku akan mendalami dan menyelidiki laporan tersebut. “Itu semua informasi yang akan kami selidiki,” katanya singkat.

Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar menyatakan, pihaknya saat ini belum bisa memastikan keberadaan Nazaruddin. Yang bisa dipastikan, bahwa saat ini paspor Nazaruddin sudah dicabut, dan KemenkumHAM sudah memberitahukan status tersebut kepada seluruh perwakilan RI di luar negeri.

“Mungkin dia ke Malaysia atau dimana. Tapi sekarang kami juga tidak tahu ada dimana itu (Nazaruddin),” kata Patrialis, usai rapat kerja bersama Komisi III DPR RI.

Tugas untuk melacak Nazaruddin saat ini, kata Patrialis, sudah menjadi tanggung jawab Polri. Kapolri sendiri sudah menindaklanjuti status Nazaruddin ke situs interpol. Jika ada kendala pemulangan, tentu pihak Polri yang lebih tahu. “Saya tanya dulu ke kawan kepolisian,” ujarnya.

Apakah betul Nazaruddin memiliki paspor lebih dari satu? Patrialis tidak mengetahui hal itu. Menurut dia, Nazaruddin terdaftar di pihak imigrasi dengan satu paspor saja. “Kalau ada yang lain, di luar sepengetahuan kita,” katanya.

Patrialis juga tidak ingin berspekulasi atas informasi bahwa Pemerintah Singapura sengaja melindungi Nazaruddin. Menurut dia, informasi yang disampaikan oleh Kementrian Luar Negeri Singapura adalah resmi. Tidak mungkin KemenkumHAM sebagai bagian institusi pemerintah RI lantas menuding indikasi tersebut. “Kita harus menghormati kedaulatan negara masing-masing. Saya kira mereka (Singapura) juga tidak mau bohong lah,” nilainya.

Pemerintah RI sendiri, kata Patrialis, tengah melakukan upaya untuk melacak dan kemudian memulangkan Nazaruddin. Namun, tentu tidak bisa semua informasi disampaikan kepada publik. “Polisi sekarang sudah jalan, kita tunggu saja hasilnya. Jadi gak bisa kita kasih tahu semua. Nanti malah gak dapat dong,” tandasnya.

Sementara itu, kemarin KPK kembali memeriksa tersangka kasus suap wisma atlet Wafid Muharam. Sesmenpora non aktif tersebut kemarin dimintai keterangan perihal tentang proses pengadaan dan tender pelaksaan proyel wisma atlet. “Semua dijawab dengan tenang oleh pak Wafid,” kata Erman Umar, kuasa hukum Wafid.

Selain tentang pengadaan proyek wisma atlet, kepada penyidik, Wafid juga menceritakan tentang pertemuannya dengan Menpora Andi Mallareng dan beberapa anggota DPR, yakni Muhammad Nazaruddin, dan Angelina Sondakh yang berlangsung di ruang Menpora di lantai 10.

“Baru kali ini pak Wafid ditanyai tentang pertemuan itu,” kata Erman. Nah, menjawab pertanyaan itu, Wafid pun menceritakan bahwa memang benar Andi Mallarangeng memperkenalkan dirinya dengan Nazaruddin. Perkenalan tersebut terjadi pada di akhir pertemuan. “Waktu rapatnya hampir selesai, pak Wafid dipanggil ke ruangan Menpora lalu diperkenalkan. Jadi pak Wafid nggak tahu apa-apa tentang pertemuan waktu itu,” katanya.

Sementara itu seorang pengusaha asal Jakarta kepada wartawan Sumut Pos kemarin (6/7) mengaku, melihat buronan KPK itu di Kuala Lumpur Malaysia. “Waktu itu sekira pukul lima sore hari Kamis tanggal 30 Juni, saat saya berada di Twin Tower Petronas, Kuala Lumpur, secara tidak sengaja saya bertemu dia (Nazaruddin, Red) di sana. Saya yakin itu pasti Nazaruddin, karena wajahnya familiar dan setiap hari masuk TV. Anak saya yang pertama melihatnya,” ujarnya menolak disebutkan identitasnya.

Dia mengatakan, keberadaannya di Kuala Lumpur saat itu membawa anaknya yang sedang liburan sekolah. Dia juga tidak pernah menyangka bakal melihat Nazaruddin di Kuala Lumpur. Pasalnya, saat itu pemberitaan masih gencar menyebut Nazaruddin berada di Singapura. “Saya sedang melintas bersama anak saya. Saya langsung terkejut begitu anak saya mengatakan, ada Nazaruddin di tempat itu. Sayangnya, saat itu saya tidak membawa kamera karena tertinggal di penginapan,” katanya.

Saat terlihat Nazaruddin sedang beraktivitas apa? Pengusaha itu bilang, saat itu Nazaruddin berada di lantai satu tower twin itu, menuju ke basement. “Nazaruddin berjalan bersama dua orang lainnya, yang satu berwajah oriental, dan yang satu lagi berwajah Timur Tengah. Saat itu Nazaruddin memakai baju jeans warna kebiruan, dengan bawahan yang sama,” katanya.

Dijelaskannya, kondisi Nazaruddin saat itu hampir 100 persen berubah. Tubuhnya terlihat sangat kurus, berbeda dengan foto atau gambar Nazaruddin yang sering tayang di televisi. Satu lagi yang membuatnya tampak berubah adalah kumis yang melintang agak tebal.

“Saat itu dia berkumis, padahal selama ini seperti yang tampak di TV, Nazaruddin selalu tampil klimis, kumisnya selalu dicukur,” tambahnya.
Karena saat itu dia sedang membawa anak, tak mungkin dia mengikuti atau berusaha lebih dekat dengan Nazaruddin.

Sepupunya di DPRD Riau Juga Kabur
Anggota keluarga Nazaruddin juga sudah kabur. M Nasir misalnya, sudah tak tampak di Komisi III DPR beberapa hari terakhir. Rita Zahara, sepupu Nazaruddin yang menjadi anggota DPRD Riau, juga sulit dihubungi. Sejak kasus suap Nazaruddin mencuat ke publik, Rita Zahara-sepupu Nazaruddin yang menjadi ketua Fraksi Partai Demokrat di DPRD Riau, sering tutup mulut kepada wartawan. Beberapa kali wartawan di Pekanbaru mencoba untuk mengorek informasi keterkaitan kasus yang dialami Nazaruddin, Rita terkesan menghindar.

Kendati Rita dalam sebulan ini masih terlihat di DPRD Riau, namun tetap saja wanita itu terkesan tidak mau terusik dengan wartawan soal urusan kakak sepupunya, Nazaruddin dan M Nasir itu. Rabu (6/7), Rita pun seperti menghilang dari DPRD Riau. Rita tidak muncul di gedung DPRD Riau saat dicari wartawan. Nomor ponsel Rita yang selama ini dengan mudah dihubungi sesama anggota dewan, dua hari terakhir ini tidak bisa dihubungi lagi. Nomor itu tidak aktif lagi saat coba dihubungi.

Salah seorang anggota DPRD Riau, Tengku Azwir yang masih satu fraksi dengan Rita, mengaku tidak dapat menghubungi ponsel Rita yang biasa dia gunakan. “Sudah dua hari ini saya mencoba menghubungi ibu Rita. Tapi nomor HP-nya itu tidak aktif,” kata Azwir.

Azwir yang mengaku saat ini tengah berada di Jakarta dalam rangka tugas DPRD Riau, menyebutkan dia tidak mengetahui di mana keberadaan Rita Zahara saat ini. “Hari Senin kemarin kita masih ketemu di DPRD Riau. Tapi setelah itu, saya tidak bertemu lagi,” kata Azwir.

Masih menurut Azwir selama di Jakarta, dia terus mencoba menghubungi Rita. Hal itu dimungkinkan, karena mereka memiliki tugas dewan yang harus dikerjakan bersama. “Padahal kita ini ada agenda kerja DPRD Riau. Makanya saya terus mencoba menghubunginya untuk urusan kerja tersebut, namun HP-nya tidak pernah aktif,” kata Azwir.

Rita Zahara, adalah Ketua Fraksi Demokrat di DPRD Riau. Rita Zahara saat ini menjabat sebagai bendahara di DPD Partai Demokrat Riau. Keberadaan Rita yang memiliki jabatan elit di Demokrat Riau ini disebut-sebut memang sempat menimbulkan gesekan di internal partai tersebut.

Rita dianggap sebagai orang titipan Nazaruddin yang menjabat bendahara umum DPP Partai Demokrat. Rita terkesan dipaksakan untuk masuk susunan pengurus DPD Demokrat Riau, padahal tidak memenuhi syarat yang ditetapkan AD/ART. (her/kuh/rdl/bay/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/